Djumongkas Hutagaol: HKBP Sebaiknya Siapkan Caretaker Ephorus

caretaker Ephorus HKBP

topmetro.news – Salah seorang tokoh HKBP, Djumongkas Hutagaol, mengingatkan kepada para pucuk pimpinan HKBP (Huria Kristen Batak Protestan), untuk sebaiknya mempersiapkan caretaker Ephorus.

Hal itu disampaikannya kepada media, Senin (21/9/2020), melihat situasi dan kondisi saat ini, dimana Pandemi Covid-19 justeru semakin mengkhawatirkan. Sementara jabatan Ephorus HKBP sudah akan berakhir.

Memang, kata Djumongkas, sudah ada pengumuman soal pengunduran Sinode Godang HKBP. Yaitu dari Oktober 2020, menjadi tanggal 9-13 Desember 2020. Tapi, lanjutnya, HKBP maupun panitia sinode, harus melihat perkembangan saat ini. Dimana bahkan pelaksanaan Pilkada Serentak tanggal 9 Desember 2020, juga berpotensi diundurkan.

“Dasarnya memang ini soal Covid-19 yang signifikan. Bukan Pilkada saja yang membuat kerumunan dalam arti pemilihan. Tapi juga Sinode Godang. Sehingga terkait dengan Covid-19, maka Panitia Sinode Godang pun harus berpikir ulang,” katanya.

Apalagi, lanjut mantan Ketua FKW (Forum Keprihatinan Warga) HKBP ini, beberapa ormas maupun organisasi keagamaan, sudah menyuarakan soal pengunduran Pilkada Serentak. Termasuk PB NU.

Sehingga menurutnya, kalau pelaksanaan Pilkada Serentak saja sudah mundur, yang artinya menjadi tahun 2021, maka semua perhelatan yang mengumpulkan massa, juga harus berlaku sama. Termasuk tentunya Sinode Godang HKBP.

“Jadi, apabila memang harus diundur hingga tahun 2021, maka pimpinan yang lima orang di HKBP (Ephorus, Sekjen, Kadep Koinonia, Kadep Marturia, dan Kadep Diakonia), harus berpikiran soal kelangsungan pimpinan HKBP menjelang Sinode Godang,” sebutnya.

“Hal itu lantaran periode Pdt Darwin Lumbantobing adalah 2016-2020, terlepas tanggal diangkat dan tanggal sebenarnya habis periode. Artinya harus ada caretaker. Karena tidak boleh ada kekosongan kepemimpinan HKBP,” sambung Djumongkas.

Mengenai caretaker Ephorus, kata Djumongkas Hutagaol, hal tersebut sudah pernah terjadi dua kali dalam tubuh HKBP.

“Pertama saat Bakorstanasda Sumut mengangkat SM Siahaan menjadi caretaker. Kedua saat selesainya jabatan SAE Nababan di satu pihak dan PWT Simanjuntak di satu pihak lagi, sementara Sinode Godang (Bersama) belum terlaksana. Saat itu sebagai ‘caretaker’ adalah JR Hutauruk,” jelasnya.

Independensi HKBP

Pada kesempatan itu, Djumongkas Hutagaol menyampaikan harapannya, supaya petinggi atau organisasi dari luar, jangan ada yang ikut mencampuri soal kepemimpinan HKBP.

“Kebetulan saya pernah ikut terlibat dalam kemelut HKBP. Tetapi keterlibatan saya hanya waktu itu supaya ada Sinode Godang Bersama. Dan itu terlaksana, setelah pihak penguasa tidak lagi intervensi dalam kepemimpinan HKBP. Oleh karena itu saya minta, supaya jangan ada petinggi atau organisasi dari luar HKBP mencampuri urusan penataan kepemimpinan HKBP dalam situasi sekarang ini. Inilah harapan atau permintaan dari saya pribadi,” tegasnya.

Menjawab pertanyaan wartawan soal siapa yang cocok menjadi caretaker, menurut Djumongkas, bukan kapasitasnya membahas masalah itu. Apalagi menurutnya, soal itu (caretaker) pasti sudah ada dalam Aturan Peraturan HKBP.

“Yang penting, laksanakan saja sesuai Aturan Peraturan HKBP. Dan saya pun tidak mau pandai-pandaian seperti orang lain,” tutupnya.

reporter | Jeremi Taran

Related posts

Leave a Comment