Ternyata Dulu Satu Hari Satu Malam Lamanya 23 Jam

topmetro.news – Anda berpikir bahwa sehari semalam sepanjang sejarah kehidupan itu selalu sama? Kalau ya, Anda salah. Waktu sehari semalam yang ditentukan berdasarkan waktu yang dibutuhkan untuk Bumi dalam melakukan satu rotasi pada porosnya ternyata bervariasi. Dan hasil penelitian dengan teknik ‘very-long baseline interferometry’ (VLBI), dipadu riset lain berbasis fosil, mengungkap bahwa rotasi Bumi melambat.

Studi fisikawan University of Durham, FR Stephenson dan rekannya, LV Morrison, mengungkap bahwa dalam waktu 100 tahun, kecepatan rotasi Bumi melambat 1,7 milidetik. Durasi waktu tersebut memang sangat singkat. Mengedipkan mata saja butuh waktu lebih dari itu. Namun bila diakumulasi dalam jangka panjang, perbedaannya bisa besar.

Bukti bahwa variasi sehari semalam bisa besar diungkapkan oleh Daniel MacMillan dari Goddard Space Flight Center Badan Penerbangan dan Antariksa Amerika Serikat (NASA). “Pada masa dinosaurus, Bumi menyelesaikan satu rotasi selama 23 jam,” katanya seperti diterangkan di situs NASA. “Tahun 1820, rotasi tepat 24 jam, 86.400 detik. Sejak 1820, hari matahari rata-rata meningkat sekitar 2,5 milidetik,” imbuhnya.

RA Nelson dan rekan dalam makalah “Leap Second, Its History and Possible Future” dalam jurnal Metrologia volume 38 Tahun 2001 mengungkap fakta mengejutkan. Menurut mereka, karena gaya tidal dan sebab-sebab lain, dalam 2.000 tahun, Bumi telah kehilangan waktu tiga jam.

DETIK KABISAT

Untuk menjaga waktu tetap standar sekaligus sesuai dengan apa yang terjadi dengan Bumi, Bulan, dan Matahari, ilmuwan kemudian menggagas detik kabisat pada tahun 1972. Konsepnya, penambahan atau bahkan bisa pengurangan satu detik pada waktu-waktu tertentu sehingga waktu tetap sinkron dengan rotasi Bumi.

Detik kabisat sendiri muncul berkat kemajuan pengukuran waktu, terutama detik, secara lebih presisi dengan atom sesium. Tahun 2015 adalah salah satu tahun yang memiliki detik kabisat. Satu detik ditambahkan pada tanggal 30 Juni 2015 kemarin.

Ada sejumlah kalangan yang menghendaki penghapusan detik kabisat karena justeru merepotkan secara teknologi. Misalnya, membuat sistem komputer eror. Walau demikian, kalangan lain, misalnya Moedji Raharto dari Institut Teknologi Bandung (ITB), mengatakan bahwa detik kabisat tetap perlu untuk menjaga presisi waktu.

Di samping itu, jika detik kabisat dihapus, maka, dalam jangka panjang, perubahan besar dipercaya akan terjadi dalam waktu pergantian musim dan lainnya. NASA sendiri memprediksi bahwa jika detik kabisat dihapus, maka, dalam 500 tahun, waktu di Bumi akan berbeda 25 menit dengan waktu menurut gerakan rotasi dan revolusi Bumi yang sebenarnya. (TM-RED)

sumber: kompas.com

Related posts

Leave a Comment