Komunitas Medan Osoji Club (MOC)

TOPMETRO.NEWS – Medan Osoji Club (MOC) merupakan sebuah komunitas bersih-bersih yang terbentuk dari keresahan Atsuhiro Tsunoda seorang warga negara Jepang yang melihat keadaan kota Medan yang masih dikotori dengan sampah, ia bersama beberapa orang warga Kota Medan membentuk sebuah komunitas dengan nama Medan Osoji Club. Sebuah komunitas peduli lingkungan yang menginginkan Indonesia bersih dan bebas sampah.

Dengan banyaknya sampah yang berserakan di tempat- tempat tersebut, Atsuhiro Tsunoda merasa gerah, karena dia merasa di negaranya sendiri sampah-sampah tidak ada yang berserakan seperti yang ada disini, oleh karena itu dia termotivasi untuk melakukan bersih-bersih yang dimulai dari Lapangan Merdeka Medan.

Kata Osoji merupakan sebuah kata yang berasal dari bahasa Jepang yang artinya bersih-bersih, kata ini cocok bagi sebuah komunitas yang selalu mengadakan kegiatan bersih-bersih ditempat tempat keramaian, seperti di lapangan Merdeka, sekolah-sekolah, kampus, kantor dan beberapa tempat publik lainnya.

Awaluddin Pulungan selaku pemerhati dibidang lingkungan, konservasi hutan dan konversi laut yang juga sebagai dewan pendiri Osoji, dalam keterangannya pada Top metro  mengatakan:

“Osoji merupakan wadah sosial kemasyarakatan yang mempunyai visi dan misi yang jelas baik member maupun aktivitasnya, dengan adanya Osoji ini diharapkan bisa menjadi contoh bagi masyarakat yang ada dikota medan agar tidak lagi membuang sampah sembarangan, karena sampah merupakan tempat bersarangnya penyakit yang tentunya akan membahayakan bagi kita sendiri maupun masyarakat yang ada disekitarnya.”

Selanjutnya awal menambahkan:

“ untuk kedepannya saya harapkan Osoji akan terus berkembang dan selalu menjadi pelopor kebersihan di kota Medan ini, selain itu pemahaman masyarakat untuk hidup bersih dan sehat harus terus meningkat, karena kebersihan itu penting untuk mewujudkan Medan rumah kita, jika rumah kita jorok dan bau siapa yang mau datang.”

Dalam kesempatan yang sama, Liliy Padma selaku wakil ketua MOC dalam keterangannya mengatakan,” MOC berdiri sejak tanggal sembilan nopember 2014, bahwa tujuan utama komunitas ini tak sedekar memungut sampah. “Melalui kegiatan ini kita berharap agar masyarakat yang terbiasa membuang sampah sembarangan dapat lebih sadar lagi untuk menjaga kebersihan dan kepeduliannya terhadap lingkungan.”

Lebih lanjut ia menekankan bahwa kesadaran untuk menjaga lingkungan harus ditumbuhkan dalam diri masing-masing orang, “Kalau kita lihat Medan ini kan, masih banyak sekali sampah berserakan. Jadi butuh kesadaran masing-masing orang untuk menjaga kebersihan lingkungan kita. Lihatlah negara Jepang yang bersih dan terbebas dari sampah,” ucap wanita yang juga masih berdarah Jepang ini.

Selanjutnya dia mengatakan, “Kegiatan rutin yang dilakukan komunitas MOC adalah melakukan pemungutan sampah dengan menggunakan penjepit panjang yang terbuat dari bambu, kegiatan pemungutan sampah ini dilakukan dua minggu sekali. Anggota Medan Osoji Club, menurut Lily, berjumlah puluhan orang. Tak hanya orang Jepang, juga banyak orang pribumi yang bergabung. Mereka kerap menggelar kegiatan bersih-bersih ketika di Medan digelar acara di mana banyak massa berkumpul. Mereka mengenakan kaos hijau bertuliskan

‘Terima kasih untuk Anda yang tidak buang sampah sembarangan”.

Sebagai warga Kota Medan, hendaknya kita bisa mengambil pelajaran dari apa yang tengah digeluti komunitas Medan Osoji Club (MOC). Bisa dibilang kehadiran komunitas ini merupakan salah satu wujud kepedulian dunia terhadap kebersihan Kota Medan.

Kemudian dia menambahkan, “Jumlah anggota Osoji pertama kali dibentuk mempunyai anggota yang kurang lebih 30 orang. Untuk penanggung jawabnya ada 4, sedangkan relawannya setiap saat berbeda-beda, jadi jumlahnya tidak tetap, karena yang tergabung dalam club ini bisa siapa saja. Karena club ini bukanlah sebuah organisasi.”

Untuk bergabung dengan club ini tidak ada syarat apa-apa, yang penting ada keberanian, semangat dan tidak malu untuk mengangkat sampah lalu diamasukkan kedalam plastic atau ke tong sampah yang telah disediakan, setelah siap nantinya para relawan nantinya diminta untuk mengisi data diri yang telah disediakan untuk mengetahui darimana relawan-relawan tersebut berasal. Data tersebut hanya sebagai dokumentasi saja bagi MOC.

Fatma selanjutnya menjelaskan, “Sebelum berdirinya MOC sebenarnya sudah ada Club bersih-bersih lain yang berada di luar Medan seperti di Jakarta, yang bernama ( JOC ) Jakarta Osoji Club yang merupakan contoh dari terbentuknya MOC ini. Dan inilah sebenarnya kelompok bersih-bersih pertama yang berdiri di Indonesia, selain di Jakarta ada lagi terbentuk di Bandung, Palembang, Malang, Banyuwangi.dll.,” pungkasnya.

Hingga saat ini mengenai alat alat kebersihan serta kantong-kantong sampah masih menggunakan dana dari kantong sendiri. Bahkan untuk sapu lidi didapat dari sumbangan para relawan.

Mengenai harapannya kedepan selanjutnya Liliy mengatakan,” kepada generasi muda diharapkan dapat menjaga kebersihan dan keindahan kota Medan, dan kami berharap kepada generasi muda untuk menjadi pelopor kebersihan, sehingga generasi berikutnya dapat meneruskan kegiatan bersih bersih ini.

Andi salah seorang relawan mengatakan,” saya senang menjadi relawan disini karena bisa mendapatkan pembelajaran tentang bagaimana cara kita menjaga agar lingkungan disekitar kita tetap terjaga dengan baik dan bersih, sehingga lingkungan nampak begitu indah tanpa terlihat sampah berserakan dimana-mana.”

Atsuhiro Tsunoda selaku ketua MOC dalam keterangannya mengatakan:” Untuk kedepannya diharapkan, kota Medan ini sudah menjadi kota yang paling bersih dari beberapa kota yang ada di Indonesia, selain itu saya berharap kepada masyarakat kota Medan untuk menyediakan tempat sampah dirumahnya masing-masing dan diharapkan mereka dapat memisahkan sampah-sampah yang organic dan non organic,”

Selanjutnya dia menambahkan, “karena kedua bentuk sampah baik organic maupun non organic tersebut mempunyai karakter yang berbeda, untuk yang organic misalnya, daun kering, kertas, serbuk kayu, kulit buah dll, dapat terurai dengan mudah oleh tanah. Sedangkan sampah non organic seperti, plastic, pecahan kaca, sterofom, ban bekas dll sulit untuk diuraikan oleh sebab itu sampah non organic dapat di daur ulang untuk dibuat bentuk benda lainnya,” pungkasnya

(TM – Herryansyah)

Related posts

Leave a Comment