Fadli Zon Sebut Nuruzzaman Bukan Wasekjen Gerindra

fadli zon

topmetro.news – Wasekjen Partai Gerindra Mohammad Nuruzzaman mengundurkan diri dari Partai Gerindra. Gara-garanya, dia tersinggung dengan komentar Waketum Gerindra Fadli Zon terhadap anggota Wantimpres KH Yahya Cholil Staquf yang berkunjung ke Israel.

Fadli melakukan sindiran di Twitternya kepada Gus Yahya. Menurut dia, tokoh NU itu memalukan Bangsa Indonesia dan tak punya sensitivitas pada perjuangan Palestina.

Gus Yahya melakukan kunjungan ke Israel guna memenuhi undangan sebagai pembicara The David Amar Worldwide North Africa Jewish Heritage Center, Minggu (10/6/2018). Videonya beredar di media sosial, sehingga menuai pro dan kontra di dalam negeri.

Terkait pengunduran diri Mohammad Nuruzzaman, Fadli tak berkomentar banyak. Menurut Wakil Ketua DPR itu, Mohammad Nuruzzaman memang sudah lama tak aktif di Partai Gerindra, bahkan jabatannya bukan wakil sekjen.

“Seingat saya ia sudah lama tak aktif dan bukan wakil sekjen. Kabarnya memang mau pindah partai. Gerindra selalu berjuang untuk Indonesia Raya,” tulis Fadli Zon dalam akun Twitternya, Rabu (13/6/2018).

Penjelasan Terkait Kritikan

Fadli menjelaskan, mengapa dirinya mengkritik keras anggota Wantimpres berkunjung ke Israel.

Fadli menilai, kunjungan Gus Yahya sebagai bentuk pelanggaran konstitusi dan UU No 37/1999 tentang Hubungan Luar Negeri. Kunjungan tersebut juga dipandang kontraproduktif dengan sikap politik luar negeri Indonesia yang sejak 1947 konsisten mendukung kemerdekaan Palestina.

“Kunjungan Wantimpres Yahya Staquf ke Israel, selain mencederai reputasi politik luar Indonesia di mata internasional, juga jelas bisa melanggar konstitusi dan UU No.37/1999 tentang Hubungan Luar Negeri,” kata dia.

Menurut Fadli, dalam konstitusi tertulis tegas penentangan segala bentuk penjajahan. Dan Israel, berdasarkan serangkaian resolusi yang dikeluarkan PBB, merupakan negara yang telah melakukan banyak pelanggaran kemanusiaan terhadap Palestina.

Mulai dari Resolusi 181 Tahun 1947 tentang pembagian wilayah Palestina dan Israel. Resolusi 2253 Tahun 1967 tentang upaya Israel mengubah status Yerusalem, Resolusi 3379 Tentang Zionisme thn 1975, Resolusi 4321 Tahun 1988 tentang pendudukan Israel dalam peristiwa intifada dan sejumlah resolusi lainnya.

“Berdasarkan catatan statistik Otoritas Palestina, sejak tahun 2000 hingga Februari 2017, sebanyak 2.069 anak Palestina tewas akibat serangan Israel,” tulis Fadli lagi.

Bahkan pada serangan Israel ke Yerusalem Timur dan Tepi Barat pada 2014, Kantor PBB untuk Koordinasi Urusan Kemanusiaan (Office for the Coordination of Humanitarian Affairs/OCHA), menyatakan serangan tersebut mengakibatkan kematian warga sipil tertinggi sejak 1967.

Dari Laporan OCHA tahun 2014 yg berjudul, ‘Fragmented Lives’, lanjut Fadli, menyebutkan bahwa akibat okupasi Israel di Jalur Gaza, terdapat 1,8 juta warga Palestina menghadapi peningkatan permusuhan paling buruk sejak 1967.

“Lebih dari 1.500 warga sipil terbunuh, lebih dari 11.000 orang terluka dan 100.000 orang terlantar. Laporan tahun 2017 pun menunjukan situasi tak berubah. Akibat agresifitas Israel, terdapat 2,8 juta warga Palestina yang membutuhkan pertolongan dan perlindungan kemanusiaan,” jelas dia lagi.

Surat kepada Prabowo

Mohammad Nuruzzaman menuliskan surat langsung kepada Ketum Gerindra Prabowo Subianto soal pengunduran diri tersebut. Menurut dia, selama di Gerindra, banyak usulannya yang tak diakomodir oleh partai.

“Hari ini, 12 Juni 2018, saya marah. Kemarahan saya memuncak karena hinaan Saudara Fadli Zon kepada kiai saya, KH Yahya Cholil Staquf terkait acara di Israel yang diramaikan dan dibelokkan menjadi hal politis terkait isu ganti presiden,” tuturnya dalam surat yang beredar di kalangan wartawan.

Bagi santri sepertinya, penghinaan terhadap kiai menyangkut harga diri dan marwah. Menurut Nuruzzaman, ini tidak sepenuhnya dimengerti Prabowo karena sang ketua umum lebih mementingkan hal politis saja.

Dalam suratnya, dia menyampaikan kekesalan yang selama ini dipendam karena perjuangan Gerindra dinilai berubah. Nuruzzaman yang bergabung dengan Gerindra pada medio 2014 mengaku sempat berbangga hati bisa mengawal Prabowo di perhelatan akbar Pilpres melawan Joko Widodo. Di awal, dia membanggakan sosok Prabowo.

“Bahkan saya masih bangga walau Bapak kalah, tapi muka dan dada Bapak tidak menunjukkan kekalahan sebab Bapak adalah pemenang bagi saya,” ucapnya.

MUI dan PBNU tak Wakili Gus Yahya

Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI) Maruf Amin pun angkat bicara. Menurutnya, kunjungan tokoh Nahdlatul Ulama (NU) itu tidak mendapatkan dukungan dari MUI, termasuk dari PBNU.

Dia menegaskan MUI konsisten membela Palestina dan mendukung sikap Pemerintah Indonesia yang tegas menyatakan bahwa Yerusalem merupakan ibu kota Palestina. Hal itu sesuai dengan yang diserukan seluruh negara yang tergabung dalam Organisasi Kerjasama Islam (OKI).

“Masalah Cholil itu tidak ada kaitannya dengan MUI. Jangankan dengan MUI, dengan PBNU saja tidak. Karena itu kita tidak memberikan, mendukung oleh saudara Yahya Staquf,” tutur Maruf Amin di Kantor MUI, Jalan Proklamasi, Menteng, Jakarta Pusat, Selasa (12/6/2018).

Menurut Maruf Amin, ada atau tidaknya manfaat dari langkah Gus Yahya itu dapat dilihat nantinya. Terlebih, Kementerian Luar Negeri (Kemenlu) sendiri telah mengupayakan usaha perdamaian Palestina.

“Apakah itu memperlancar upaya-upaya Kemenlu dalam rangka mengupayakan perdamaian dengan tetap menjaga agar Palestina menjadi negara yang merdeka, berdaulat, atau justru mengganggu. Nanti akan dilihat. Tetapi sebenarnya diplomasi yang kita inginkan tetap melalui Kemenlu secara resmi,” jelas dia. (TM-RED)

sumber: merdeka.com

Related posts

Leave a Comment