topmetro.news – Saat ini di Indonesia, diperkirakan ada 2,5 juta penduduk yang terkena infeksi Hepatitis C. Dan yang mengkhawatirkan, hanya ada 20 persen orang yang hidup dengan Hepatitis C mengetahui kondisi mereka. Dan tak sampai 10 persen orang yang hidup dengan hepatitis B, tahu kondisi mereka.
Persaudaraan Korban Napza Indonesia (PKNI) mengatakan, situasi ini bisa terjadi karena masalah distribusi obat, harga, dan juga pengetahuan yang kurang mengenai Hepatitis.
Untuk itu, PKNI mendesak adanya perbaikan terkait penanganan Hepatitis C, misalnya mengenai harga obat dan perluasan distribusi. Mereka pun menyoroti obat Hepatitis C di Indonesia yang harganya 10 kali lipat di India.
Data 2017, harga Sofosbuvir (obat Hepatitis C) di India hanya US$14 atau sekitar Rp200 ribu. Sementara di Indonesia bisa mencapai Rp2,2 juta.
Selain memperhatikan masalah harga, PKNI juga minta supaya pedoman dan tata cara dalam penanganan Hepatitis C juga diperhatikan dan disederhanakan.
BACA JUGA:
Siapa Bilang Makanan Manis Selalu Bikin Gemuk?
Amitabh Bachchan Jadi Duta Hepatitis
Diakses Secara Umum
Sebagaimana diketahui, Oktober 2017 Kementerian Kesehatan mengeluarkan izin agar obat DAA (Direct Acting-Antiviral) dapat diakses secara umum. DAA ini merupakan temuan cara pengobatan paling mutakhir dan dapat memberikan harapan hidup tinggi bagi penderita Hepatitis.
Mengacu data WHO, sembilan dari 10 orang yang hidup dengan virus hepatitis tidak menyadari bahwa mereka memiliki virus hepatitis. Sementara di Indonesia diperkirakan 2,5 juta penduduk terinfeksi virus Hepatitis C.
“Tujuan yang ingin dicapai adalah 30 persen orang yang terinfeksi untuk mengetahui status mereka pada tahun 2020 dan 90 persen pada tahun 2030. Semua stakeholder harus meningkatkan pengetahuan masyarakat dan meningkatkan kesadaran untuk memeriksakan diri, menyediakan akses dan tes yang mudah serta terjangkau secara finansial,” papar Koordinator Nasional Persaudaraan Korban Napza Indonesia (PKNI) Edo Agustian. (TMN)
