topmetro.news, MEDAN- Di saat sebagian merayakan Hari Buruh Internasional dengan panggung hiburan dan seremonial meriah, suara berbeda datang dari Fatiwanolo Zega, SH, Ketua Umum Konfederasi Serikat Buruh Sejahtera Independen (K. SEJATI). Dalam pernyataan tegasnya, ia menolak glamorasi tanpa makna dan menuntut keadilan nyata bagi buruh.
“Setiap tahun kita diajak bergembira, tapi kenyataannya masih banyak buruh hidup dalam tekanan, hak dilanggar, dan pengawasan yang lamban,” tegas Fatiwanolo, Kamis (1/5).
Di tengah perjuangannya, ancaman nyata pun datang. Rumah Fatiwanolo diteror dengan bom molotov, diduga kuat terkait sikap kritisnya atas tiga kasus besar ketenagakerjaan yang tengah disorot di Sumut: CV Cahaya Ternak, pabrik tapioka, dan Sari Kebun Alam.
“Ini bukan sekadar serangan pribadi. Ini upaya membungkam suara buruh. Dan kita tidak akan mundur,” ujarnya lantang.
Fatiwanolo menilai, jika negara ingin benar-benar berpihak pada buruh, maka langkah pertama bukanlah membuat pesta mahal, melainkan membenahi akar sistem perlindungan tenaga kerja, mempercepat penanganan pengaduan, dan memperkuat pendidikan hak-hak buruh di semua lini.
“Hari Buruh bukan tentang panggung hiburan. Ini tentang panggung keadilan,” katanya.
Ia menyerukan agar May Day 2025 menjadi titik balik menuju reformasi total pengawasan ketenagakerjaan, terutama di Sumatera Utara yang masih diliputi banyak persoalan ketimpangan dan pelanggaran hak normatif.
Penulis Sadam
