topmetro.news – Mengubah wajah Kota Medan bisa dibilang gampang-gampang susah. Selain imej yang selama ini menjadi kota terkotor, Kota Medan menambah kesan baru menjadi kota banjir.
Ungkapan ini bukan hanya pepesan kosong, sebab sudah tidak surprise lagi bagi warga Kota Medan, jika hujan deras yang cuma beberapa jam, sudah mampu merendam jalan di inti Kota Medan.
Fenomena Kota Medan banjir ini bisa dibilang bukan barang baru, tiga generasi Walikota Medan sebelumnya pun sudah mengalami peristiwa ini.
Namun, ironisnya usaha pembangunan, yang katanya sedang giat dilakukan Walikota Medan saat ini, nyaris tidak mampu mengatasi banjir bahkan mengubah Wajah Kota Medan. Warga tetap saja manjadi korban dari drainase yang buruk.
Ganggu Wisata Kuliner
Salah seorang Tokoh Masyarakat Kota Medan, Ade Sandrawati Purba SH MH, yang saat diwawancarai topmetro.news coba mengulik permasalahan banjir dan sampah yang belum tuntas teratasi di Kota Medan.
Kak Ade, sapaan akrabnya, menuturkan Kota Medan dengan luas 265,1 km² sangat berpotensi meningkatkan value dari sektor kulinier.
“Saat ini Kota Medan bisa dibilang menjadi kota destinasi wisata kulinner di Indonesia. Banyak wisatawan lokal yang berkunjung di Kota Medan berburu kuliner,” kata Alumni SMAN 13 Medan (sekarang SMAN 14-red) ini.
Ade menjelaskan, untuk mewujudkan mengubah wajah Kota Medan tentunya berkaitan dengan permasalahan yang ada di Kota Medan saat ini.
“Bagaimana mungkin pengunjung bisa nyaman jika dua permasalahan ini belum tertasi. Ini yang seharusnya menjadi prioritas walikota untuk membenahi Kota Medan,” terang Ade.

Pembenahan Mental
Ade Sandra mengakui, hal yang harus dilakukan pertama kali adalah pembenahan mental. Menurut, mantan Ketua Lemkari Kota Medan tahun 2005 ini, ada lima sungai besar yang melintasi beberapa wilayah di Kota Medan. Mulai dari Sungai Deli, Sungai Denai, Sungai Badera, Sungai Sikambing, Sungai Selayang.
Sehingga, lanjut Ade, tidak ada alasan gagal mengatasi mengatasi banjir. Karena sekali pun intensitas hujan lebat, keberadaan sungai-sungai itu tetap akan mampu menangani debit air, kalau keberadaannya dimaksimalkan.
“Itu baru cerita sungainya. Belum lagi anak sungai yang jumlahnya ada sekitar belasan. Nah, nyatanya, sungai-sungai ini tadi tidak terawat. Penanganan sampah dan sosialiasi yang minim juga menjadi faktor utama penyebab banjir,” terang Direktur LBH MHKI (Masyarakat Hukum Kesehatan indonesia) Sumut ini.
Dari pemaparan Ade, bahwa perawatan sungai dilakuan bukan hanya pada saat banjir, melainkan sebelum terjadi.
“Sungai berjalan dari hulu ke hilir. Sedangkan pada saat dari hulu ke hilir air akan membawa sedimen. Sampai di tengah kota sedimen ini akan menumpuk dan jika dibiarkan akan mengeras sehingga sungai menjadi dangkal. Sebenarnya, kalau pengerukan ini rutin dilakukan setiap hari akan meminimalisir terjadinya kedangkalan sungai,” terangnya.
Ade Sandrawati Purba : Pengelolaan Sampah Harus Dicari Solusi
Selain sedimen, lanjut Ade, sampah yang dibuang di sungai juga menjadi permasalahan yang harus dicari solusinya.
“Jika pemerintah kota melakukan ini secara berkesinambungan, permasalahan banjir akan teratasi akan mampu mengubah wajah Kota Medan. Tapi kembali lagi, kalau mentalnya memang tidak mengabdi dengan demi kemajuan Kota Medan, pasti hal ini sulit tercapai,” jelasnya.
Ade menerangkan, Kota Medan yang sempat mendapat predikat kota terkotor akibat sampah salah satu kendala untuk menjadi kota destinasi wisata kuliner. Ini tugas kita bersama untuk mengubah wajah Kota Medan
“Yang selama ini dilakukan adalah mengangkut sampah dari satu tempat dan memindahkannya ke tempat lain. Hal ini bukannya mengatasi masalah, karena sampah-sampah itu nantinya akan menumpuk dan menimbulkan masalah baru,” akunya.
Seharusnya, menurut Ade, sampah ini bisa dikelola dengan baik bahkan bisa menghasilkan uang.
“Sampah-sampah ini seharusnya dikelola sehingga bisa menjadi uang. Banyak kota-kota lain di Indonesia yang mengelola sampahnya dengan kreatif dan menghasilkan uang. Seperti kota Bandung dan Surabaya,” pungkas Ade yang Mengubah wajah Kota Medan.
Penulis | Rizaldi Gultom