Jual Beli Suara di Pilkada, Perempuan Lebih Rentan Jadi Target

jual beli suara

TOPMETRO.NEWS – Jual beli suara di Pemilu, mendapat respons dari Yayasan Perkumpulan untuk Pemilu dan Demokrasi (Perludem). Yayasan ini menilai kaum perempuan lebih rentan menjadi sasaran praktik seperti itu terkhusus dalam kontestasi politik.

Karena itu, kata Pembina Perludem, Titi Anggraini, perempuan menjadi sasaran lebih besar dari praktik jual beli suara. Apalagi perempuan merupakan pemilih yang loyal.

Perempuan, sebutnya, lebih loyal untuk datang ke TPS (Tempat Pemungutan Suara) dan cenderung lebih amanah. Jadi kalau disuruh memilih A, ya pilihnya A. Makanya lebih rentan menjadi sasaran jual beli suara.

BACA PULA | Coffee Morning KPU Medan, Ketua SMSI Sumut Minta Wartawan Diberdayakan

Hal itu dikatakan Pembina Perludem, Titi Anggraini di Jakarta, Senin 9 September 2024.

Di kontestasi politik seperti Pilkada 2024, kata dia, relasi patriarki berdampak pada rentan terjadinya pemaksaan pilihan ke kaum perempuan atau anak perempuan.

Perempuan maupun anak perempuan, kkata Titi Anggraini lagi, lebih rentan dieksploitasi karena relasi kuasa atau hubungan yang sifatnya patriarki itu.

BACA PULA | Taklukkan Pebiliar Yogyakarta, Pebiliar Sumut Lionnie Amanda Tetap Merendah

Titi Anggraini menilai pentingnya edukasi terkait Pemilu dan hak politik perempuan ke masyarakat terutama pemilih wanita.

Sesuai data KPU (Komisi Pemilihan Umum) sebagai lembaga penyelenggara Pemilu, tingkat partisipasi pemilih perempuan, baik dalam Pilkada, Pemilihan Presiden (Pilpres), hingga Pemilihan Legislatif (Pileg), jauh lebih tinggi daripada kaum laki-laki.

Dengan begitu perempuan memang lebih rentan terhadap praktik jual beli suara.***

reporter | dpsilalahi

sumber | antara

Related posts

Leave a Comment