Adli Tama Miris Melihat Kondisi Warga Sekitar Kilang Minyak Pertama, Tapi Status Sosial dan Insfrastruktur Jalan Hancur

Sei Lepan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Ibukotanya terletak di Kelurahan Alur Dua

topmetro.news – Sei Lepan adalah sebuah kecamatan di Kabupaten Langkat, Sumatera Utara. Ibukotanya terletak di Kelurahan Alur Dua. Dikutip dari Wikipedia, sebagian wilayah Kecamatan Sei Lepan berbatasan dengan Kabupaten Gayo Lues dan Kabupaten Aceh Tamiang di Provinsi Aceh. Jarak Kecamatan Sei Lepan dengan Pangkalan Brandan yang dikenal merupakan kota minyak pertama di Indonesia hanya berjarak sekitar 2,3 km.

Bukan itu saja, di Kecamatan Sei Lepan ternyata terdapat sumur minyak pertama di Indonesia, tepatnya di Desa Telaga Said. Di tempat inilah muncul sumur minyak pertama yang menjadi cikal bakal Pertamina. Sumur Minyak Telaga Said Langkat ini mulai beroperasi dan menghasilkan sejak tahun 1885. Sementara, Pertamina baru berdiri pada 1957. Artinya, jauh sebelum ada Pertamina, Sumur Minyak Telaga Said Langkat telah beroperasi dan disusul penemuan aliran sumur minyak terbesar yakni Telaga Tunggal yang letaknya tidak jauh.

Kendati saat ini kilang minyak pertama di Indonesia ini telah ditinggalkan dan bermunculan para pengesflorasi minyak ilegal yang dikelola masyarakat secara tradisional. Namun usaha eksploitasi dan eksplorasi yang berisiko tinggi tersebut hanya menguntungkan pengelola sumur ilegal itu sendiri.

Seharusnya, sudah selayaknya jika kehidupan warga desa di Kecamatan Sei Lepan ini perekonomian bangkit dan infrastruktur lainnya, yakni sarana prasarana jalan tertata rapi.

Namun faktanya, sudah 79 tahun Indonesia merayakan kemerdekaannya, kondisi status sosial masyarakat desa dan infrastruktur jalan di Sei Lepan sangat miris.

Hal ini dirasakan Ponimah (56) salah seorang ibu dari empat anak ini. Perempuan paruh baya yang berstatus janda ini tak pernah membayangkan bahwa rumah yang sangat sederhana terbuat dari kayu yang kondisinya telah lapuk di Dusun Madang Ara Desa Lama Baru Kecamatan Sei Lepan, akan direnovasi.

Selama puluhan tahun, ia hanya bisa bertahan dalam keterbatasan, mengisi hari-harinya dengan do’a agar rumah tua tempat yang mereka tinggali, bisa menjadi rumah layak huni.

Allhamdulillah, do’a dan harapan Ponimah berbuah manis. Bantuan tak terduga itu datang dari sosok yang tak pernah ia bayangkan, yakni Adli Tama Hidayat Sembiring. Calon Wakil Bupati Langkat periode 2024-2029 ini kebetulan melakukan kunjungan ke desa tersebut dan melihat kondisi miris warga.

Di tengah kondisi rumah yang benar-benar sudah tak layak, Ponimah terus berjuang. Setiap malam ia tidur dengan rasa cemas, takut atap yang mulai rapuh dan tiang penyangga akan runtuh menimpa anak-anaknya.

Bertahun-tahun, ia berharap ada bantuan yang datang, tapi kenyataannya, tak ada sekalipun perhatian dari pemerintah.

“Sudah lama sekali kami tinggal di sini, tapi bantuan tak pernah datang. Kami hanya bisa bertahan, menunggu perhatian dan janji-janji yang tidak pasti,” ujar Ponimah dengan suara lirih saat menerima kedatangan Adli Tama Hidayat Sembiring, Jumat (18/10/2024) bersama tim.

Namun, di saat ia hampir putus asa, sebuah kabar baik datang. Tim Adli Tama Hidayat Sembiring datang ke desanya, menawarkan renovasi rumah bagi keluarga Ponimah.

“Demi Allah, saya benar-benar terkejut. Ternyata masih ada yang peduli dengan kondisi kami,” ujar Ponimah dengan mata berkaca-kaca.

Renovasi rumah Ponimah ini bukan hanya soal memperbaiki bangunan fisik, tetapi juga menghidupkan kembali harapan yang telah lama mati di hati seorang ibu.

Dengan bantuan Allah melalui Adli Tama, kini Ponimah dan keempat anaknya bisa tinggal di rumah yang layak, tanpa harus khawatir akan keselamatan mereka.

“Saya tak bisa berkata-kata, rasanya seperti mimpi. Anak-anak saya akhirnya bisa tidur dengan nyaman, dan rumah ini akan menjadi tempat yang benar-benar kami sebut rumah,” kata Ponimah dengan senyum penuh haru.

Bagi Ponimah, bantuan ini bukan hanya soal renovasi rumah, tetapi juga tentang kehadiran seorang pemimpin muda yang peduli dengan kehidupan rakyat kecil.

“Saya sangat berterima kasih kepada Pak Adli. Semoga dia bisa terus membantu orang-orang seperti kami yang membutuhkan,” ungkapnya.

Kisah Ponimah adalah satu dari sekian banyak cerita perjuangan warga kecil yang jarang terdengar, dan di sinilah sosok Adli Tama hadir. Bagi Ponimah, Adli Tama bukan sekadar Calon Wakil Bupati, tetapi harapan baru bagi mereka yang lama tak diperhatikan.

Sementara Adli Tama di lokasi mengaku sangat miris melihat kenyataan ini.

“Jujur saya sangat miris melihat kehidupan masyarakat kita seperti ini. Persoalannya kondisi ini, tak jauh dari sumber minyak pertama di Indonesia ini. Kaya dan berkahnya negeri ini rupanya tak dirasakan oleh warga sekitar dan Pemerintah juga tak hadir melihat kondisi masyarakatnya,” ujar Adli menahan sesak di dada.

reporter | Rudy Hartono

Related posts

Leave a Comment