PRODUK-PRODUK kerajinan khas Berastagi yang memadukan motif dan Budaya Batak kini menjadi favorit wisatawan domestik dan mancanegara. Pelaku UMKM (Usaha,Mikro,Kecil, dan Menengah) di Berastagi memanfaatkan kekayaan Budaya Batak untuk menciptakan produk-produk inovatif yang tetap memegang teguh nilai tradisi.
Gantungan kunci rumah adat, misalnya, dihasilkan dari kayu lokal dan dicat dengan detail yang memperlihatkan bentuk rumah Adat Batak lengkap dengan ornamen khasnya. Produk ini tak hanya sebagai hiasan, tetapi juga cara wisatawan membawa sedikit kenangan dari Budaya Batak. Harga gantungan kunci ini Rp10.000.
Baju bermotif rumah Adat Batak juga menjadi produk favorit. Desain baju yang dikembangkan dengan pola rumah adat yang dihiasi ornamen tradisional ini tidak hanya berfungsi sebagai pakaian sehari-hari, tetapi juga sebagai cara mengenalkan Budaya Batak kepada generasi muda. Pakaian ini hadir dalam berbagai ukuran, mulai dari anak-anak hingga dewasa, dengan bahan yang nyaman dan tahan lama. Harga baju ini Rp55.000.
Dompet Ulos juga mencuri perhatian pengunjung. Dibuat dari kain tenun Ulos yang merupakan warisan Budaya Batak, dompet ini menggabungkan nilai seni dan fungsi praktis. Dengan beragam pilihan warna dan motif, dompet Ulos ini cocok digunakan sebagai suvenir atau oleh-oleh yang penuh makna budaya. Harga Dompet ini Rp35.000.
Selain itu, syal Ulos menjadi salah satu produk yang paling laris. Syal ini tidak hanya dapat digunakan sebagai aksesoris fashion, tetapi juga sebagai simbol penghormatan dan kebanggaan terhadap Budaya Batak. Desainnya yang elegan dan warnanya yang menarik menjadikan syal Ulos pilihan banyak pengunjung, terutama mereka yang ingin mengenang keindahan seni tenun Ulos Batak. Harga syal ulos ini Rp125.000.
Menurut Nabila Simatupang, salah seorang pemilik toko suvenir di Berastagi, penjualan produk-produk ini meningkat pesat sejak pertengahan tahun. “Para wisatawan sangat antusias terhadap produk berbasis budaya lokal. Mereka merasa produk ini lebih otentik dan punya nilai seni yang tinggi,” ujar Nabila.
Dia juga menambahkan bahwa minat terhadap dompet dan syal Ulos khususnya tinggi, terutama di kalangan wisatawan dari luar negeri.
Pemerintah Kabupaten Karo memberikan dukungan bagi para pengrajin lokal melalui pelatihan, promosi, dan pameran rutin. Kepala Dinas Pariwisata Karo Asmara Ginting mengungkapkan, bahwa produk kerajinan ini tidak hanya berpotensi sebagai suvenir, tetapi juga sebagai alat promosi budaya.
“Kami melihat ini sebagai peluang untuk mengenalkan Budaya Batak ke lebih banyak orang. Produk seperti syal Ulos atau baju rumah adat ini adalah cara yang elegan untuk memperkenalkan keindahan dan makna budaya kita,” jelasnya.
Untuk memperluas pasar, pemerintah juga menggandeng platform e-commerce agar produk-produk ini bisa diakses oleh konsumen di luar Berastagi. Upaya ini mendapat tanggapan positif dari pengrajin yang berharap dapat menjangkau lebih banyak pelanggan dari seluruh Indonesia hingga ke mancanegara.
Meskipun produk kerajinan khas Berastagi menunjukkan potensi besar, pengrajin lokal masih menghadapi beberapa tantangan, terutama terkait dengan kapasitas produksi dan bahan baku. Beberapa pengrajin mengaku masih kesulitan memenuhi permintaan dalam jumlah besar.
Mereka berharap ada dukungan lebih lanjut dalam hal pembiayaan dan bahan baku yang berkelanjutan agar dapat terus memenuhi permintaan pasar tanpa mengorbankan kualitas produk.
Seorang pengrajin syal ulos, Mira Sibarani, menyatakan harapannya agar kerajinan Batak lebih dikenal secara global. “Kami ingin kerajinan seperti Ulos bisa mendunia. Jika produk-produk ini bisa dikenal lebih luas, tentunya akan membantu para pengrajin di sini dan melestarikan budaya kita,” kata Mira.
Kehadiran produk-produk khas Berastagi ini tak hanya sekadar menambah pilihan oleh-oleh, tetapi juga menumbuhkan kesadaran akan pentingnya melestarikan budaya lokal. Bagi wisatawan, suvenir ini merupakan simbol penghargaan dan pengenalan terhadap warisan budaya yang kaya dan penuh makna.
Kehadiran gantungan kunci rumah adat, baju motif rumah adat, dompet, dan syal ulos diharapkan dapat terus memperkuat identitas Budaya Batak, sekaligus menjadi daya tarik bagi lebih banyak wisatawan untuk mengenal dan mencintai kebudayaan Nusantara.
Produk inovatif khas Berastagi ini diharapkan akan terus berkembang, membawa semangat budaya Batak ke kancah yang lebih luas, sekaligus mendukung ekonomi kreatif masyarakat setempat. (Penulis: Roma Hotni Uhur Purba/Fakultas Ilmu Budaya – Prodi Sastra Batak)