topmetro.news – Kasus tewasnya Satria Aritonang (35) warga Afdeling V Kwala Sawit Desa Sei Serdang Kecamatan Batang Serangan, Langkat yang diduga menjadi korban penganiayaan sehingga menyebabkan orang lain meninggal dunia dan mayatnya ditemukan di Dusun Titi Blanga Desa Sei Bamban Kecamatan Batang Serangan di tepian Sungai Batang Serangan pada Hari Rabu (11/10) tahun 2023 lalu, terus dipersoalkan keluarga korban.
Pasalnya, pihak keluarga korban masih tidak menerima hasil fisum dokter forensik Rumah Sakit Bhayangkara Medan yang menjelaskan jika kematian korban akibat tenggelam dan ditemukannya pasir di dalam mulut dan rongga dalam jenazah.
Keterangan dokter forensik tersebut dinilai pihak keluarga korban tidak sesuai dengan fakta yang terjadi saat jenazah anaknya ditemukan.
“Maaf Pak. Jujur, saat penyampaian dokter forensik tempohari di Polres Langkat, saya sudah membantahnya. Karena fakta yang terjadi saat mayat korban ditemukan, darah sudah mengering dan tubuh korban tidak gembung sebagaimana lazimnya jenazah korban yang tewas tenggelam. Selain itu, jenazah bukan di air, melainkan di atas bebatuan,” ujar ompung korban, Dapot Simanjuntak, di hadapan penyidik Sat Reskrim Polres Langkat dan Kanit Reskrim Polsek Padang Tualang, saat dilakukan Olah Tempat Kejadian Perkara (TKP) di tepian Sungai Batang Serangan, Dusun Titi Blanga Desa Sei Bamban Kecamatan Batang Serangan, Rabu (22/1/2025), mulai pukul 13.00 WIB hingga pukul 15.00 WIB.
Awalnya, Tim Penyidik Polres Langkat dan Tim Kanit Reskrim Polsek Padang Tualang, melakukan olah TKP mulai dari lokasi pertama korban terjatuh saat dikejar sekuriti perkebunan PTPN II Rayon Kebun Kwala Sawit. Di TKP, pihak penyidik menghadirkan sekuriti perkebunan, Agus Pinem dan Riki.
Saat olah TKP itu, dijelaskan saat penemuan sendal, jam tangan korban, dan kain sarung. Serta saat di mana pihak sekuriti melakukan pencarian korban (pelaku pencurian sawit versi sekuriti). Pertama kali disebut-sebut melarikan diri ke dalam perkebunan, hingga ke tepian aliran Sungai Batang Serangan.
“Saya selaku sekuriti perkebunan, bersama BKO dari Brimob dan BKO dari Satuan Rider 100, masing-masing berpencar untuk mencari Satria sebagai pencuri. Karena bagi kami saat itu Satria adalah pencuri sawit dan bukan korban. Jadi saya menelusuri jalan setapak di perkebunan kelapa sawit ini, hingga ke tepian sungai untuk mencari Satria. Tapi kami tidak menemukannya,” ujar Agus Pinem.
Saat melakukan olah TKP pertama di tepian Sungai Batang Serangan, tepatnya di sisi Pantai Citra yang dikelola Kades Tangkahan Rasliadi, keluarga korban menanyakan mengapa rekan korban yang saat-saat terakhir terus bersama korban, tidak dihadirkan untuk mendengarkan kesaksiannya saat olah TKP.
Selain itu, ibu korban Nurhayati Br Nababan menjelaskan, sekira pukul 19.30 WIB (sebelum kematian korban), korban dan temannya Davod Nababan sempat menjatuhkan tandan kelapa sawit di salah satu penampung dan belum melakukan jual beli.
“Saat itu, sesuai keterangan teman korban Davod Nababan) Satria dikejar oknum TNI. Menurut Davod, dia mendengar ‘kereta’ (sepeda motor) Satria terjatuh. Bahkan, oknum TNI itu sempat berusaha menarik ‘kereta’ Davod. Tapi Davod berhasil menendang ‘kereta’ oknum TNI itu dan masuk ke parit. Davod mengaku terus memacu keretanya. Sampai akhirnya, Davod menyuruh ibunya untuk melihat apa yang dialami Satria yang katanya terjatuh. Saat itulah, ibu Davod dan adiknya berupaya mencari tau keberadaan Satria dan bertemu dengan oknum TNI yang sedang sibuk di bawah pohon kelapa sawit seperti sedang melakukan sesuatu. Ada beberapa penerangan senter. Saat ibu Davod menanyakan kepada oknum TNI tentang keberadaan Satria, oknum TNI itu sempat membentak dan berdalih tidak tau,” terang ibu korban.
Kanit Reskrim Polsek Padang Tualang Iptu Hermawan menjelaskan, bahwa hari ini pihaknya hanya melakukan olah TKP saat kejadian pertama korban terjatuh dan saat pencarian yang dilakukan pihak keamanan perkebunan.
“Untuk rekan korban bernama Davod Nababan, nanti ditambahkan aja dalam keterangan pihak keluarga. Dan nanti akan kita tindaklanjuti. Ini kita lakukan olah TKP atas permintaan keluarga korban, mulai lokasi terjatuhnya korban, hingga ditemukannya jenazah korban,” ujar Iptu Hermawan.
Usai melakukan olah TKP di lokasi pertama saat korban disebut-sebut terjatuh saat dikejar sekuriti, Tim Sat Reskrim dan Tim Kanit Reskrim Polsek Padang Tualang beserta keluarga korban, bergerak menuju lokasi ditemukannya jenazah korban.
Ternyata, lokasi ditemukannya jenazah korban sangat jauh dari lokasi pertama. Sehingga pihak keluarga semakin tidak yakin jika korban disebut-sebut meninggal karena tewas tenggelam saat dikejar karena ketahuan mencuri kelapa sawit.
“Kalau dilihat mulai hilangnga korban, hingga jenazahnya ditemukan di aliran Sungai Batang Serangan di Titi Belanga. Sementara di beberapa lokasi aliran sungai terdapat usaha pengerukan galian C. Tidak mungkin anak saya bisa hanyut sampai ke sini (Titi Belanga),” ujar Nurhayati Br Nababan.
Saat tim sampai ke lokasi ditemukannya jenazah korban Satria, titik lokasi sudah berubah karena adanya aktivitas usaha pengerukan galian C.
“Jujur saja, Pak, kalau merunut cerita yang kami peroleh dari warga, sekitar pukul 9 malam saat kejadian, anak saya Satria masih terlihat oleh pemilik warung di sebrang Pantai Citra. Bahkan, ada yang melihat Satria masih hilir mudik melewati pos kemanan perkebunan,” bebernya.
Namun, Kanit Reskrim menjelaskan, pihaknya sangat terbuka jika pihak keluarga korban memiliki saksi yang melihat korban, bisa dihadirkan ke penyidik.
“Kita gak mau hanya mendengar cerita dari cerita orang. Jika yang melihat korban seperti keterangan ibu tadi, silahkan hadirkan ke penyidik untuk dijadikan saksi. Silahkan saja jika pihak keluarga korban bisa menghadirkan saksi-saksi baru. Karena kita butuh saksi,” terang Iptu Hermawan.
Sementara itu, ayah korban bernama Minton Aritonang, menyela pembicaraan Iptu Hermawan.
“Terus terang Pak, sebelumnya saya minta maaf dan jangan tersinggung. Jujur, sebenarnya Pak Kadus ini mengetahui ada yang melaporkan kepada yang jika ada warganya yang melihat ada sebuah kereta saat malam kejadian berboncengan tiga. Warga Pak Kadus melihat ada yang mengantarkan anak saya ke bebatuan sungai berboncengab tiga. Jujur aja lah Pak. Saya maklum kalau bapak takut, karena melibatkan seorang ‘bos’ yang ditakuti di sini. Saya tau kalau Pak Kadus takut, tapi saya tidak akan pernah takut,” tegas ayah korban sembari matanya berkaca menahan emosi.
Atas penjelasan tersebut, Kanit Reskrim Polsek Padang Tualang Iptu Hermawan menjelaskan, jika pihak keluarga mampu menghadirkan orang yang melihat ada orang berboncengan tiga diduga mengantarkan korban Satria ke lokasi terakhir ditemukannya jenazah korban, agar dibawa menghadap penyidik di Polres Langkat.
“Tolong ya Pak, kalau bisa menghadirkan saksi seperti yang Bapak sebutkan, silahkan aja. Itu merupakan saksi yang sangat bagus untuk membongkar kasus ini jika keluarga meyakini korban dibunuh. Kita selalu terbuka dan tidak menghalang-halangi. Karena kami juga berupaya untuk menyelesaikan kasus ini hingga tuntas,” ujar Hermawan.
Usai menutup kegiatan olah TKP tersebut, kemudian Tim Penyidik Polres Langkat bersama Kanit Provam Polres dan Tim Unit Reskrim Polsek Padang Tualang, serta keluarga korban membubarkan diri.
reporter | Rudy Hartono