Suasana rumah duka dan Lapas Tebingtinggi. (Foto: Fani)
topmetro.news, SERGAI– Seorang narapidana kasus narkoba yang menjalani masa hukuman di Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Kelas II Tebing Tinggi, Sumatera Utara, meninggal dunia pada Kamis (17/4/2025) dini hari.
Anehnya, yang menjadi sorotan adalah ketidakhadiran satu pun petugas lapas dalam proses pengawalan jenazah hingga pemakaman narapidana tersebut.
Narapidana tersebut diketahui bernama Helmi alias Emi (49), warga Dusun XI, Desa Pekan Tanjung Beringin, Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai).
Informasi dihimpun Topmetro.news menyebutkan bahwa Helmi menghembuskan napas terakhir di dalam lingkungan lapas setelah mengalami gangguan kesehatan.
Sebelum meninggal, ia sempat mengeluh sakit di bagian lambung, muntah darah, dan ditemukan terjatuh di kamar mandi oleh sesama warga binaan.
Ia dinyatakan meninggal dunia sekitar pukul 02.00 WIB.Pihak keluarga mengaku tidak mengetahui kondisi kesehatan Helmi sebelumnya. Mereka baru menerima kabar setelah narapidana tersebut dinyatakan meninggal dunia.
“Kami tidak tahu kalau dia sempat muntah darah dan jatuh di kamar mandi. Tiba-tiba adik perempuan kami ditelepon pihak lapas dan diberitahu bahwa Bang Emi sudah meninggal dunia,” ungkap Riswan (45), adik kandung almarhum, saat ditemui di rumah duka di Desa Tebing Tinggi, Kecamatan Tanjung Beringin.
Menurut Riswan, Helmi memang memiliki riwayat sakit lambung dan setiap kunjungan keluarga selalu membawa obat untuk dikirimkan kepadanya.
“Kunjungan terakhir kami sebelum bulan puasa, saat lebaran ini kami memang belum sempat berkunjung dikarenakan keadaan ekonomi. Soal penyakit lambungnya, sejak sebelum masuk penjara, Bang Emi memang sudah sering sakit lambung. Tapi soal muntah darah, kami tidak pernah diberi tahu sebelumnya,” katanya.
Informasi bahwa Helmi sempat muntah darah diketahui Riswan dari seorang rekan narapidana yang juga berada di dalam lapas.
“Temanku yang juga di dalam lapas menelepon dan bilang bahwa sebelum meninggal, Bang Emi muntah-muntah darah dan mengeluh sakit lambung. Akhirnya dia terjatuh di kamar mandi dalam kondisi bersimbah darah,” tutur Riswan.
Jenazah Helmi diserahkan kepada keluarga sekitar pukul 04.00 WIB setelah sebelumnya dibawa ke rumah sakit untuk proses pemeriksaan medis.
“Pihak lapas menelepon kami sekitar pukul 02.00 WIB dan mengabarkan bahwa Bang Emi sudah meninggal. Jenazah dibawa ke rumah sakit dulu, lalu diserahkan kepada kami dengan ambulans milik lapas. Setelah diserahkan, pihak lapas pulang tanpa kembali lagi” jelasnya.
Di sisi lain, yang menjadi perhatian dalam peristiwa ini, tidak adanya satu pun petugas atau perwakilan dari Lapas Kelas II Tebing Tinggi yang hadir pada saat proses pemakaman berlangsung.
Jenazah Helmi dimakamkan sekitar pukul 13.30 WIB di pemakaman umum Desa Tebing Tinggi, disaksikan oleh keluarga dan warga setempat.
Ketidakhadiran pihak lapas ini menuai kritik dari warga sekitar dan keluarga almarhum yang menilai hal tersebut mencerminkan kurangnya empati dan tanggung jawab moral dari institusi pemasyarakatan.
“Sampai jenazah dimakamkan, tak ada satu orang pun dari lapas yang hadir. Padahal, seharusnya mereka menunjukkan sedikit saja rasa kemanusiaan. Ini soal nyawa manusia,” ungkap salah satu warga di sekitar Rumah Duka yang enggan disebutkan namanya.
Sementara itu, Kepala Lapas yang dikonfirmasi melalui Kepala Sub Seksi Keamanan Lapas Kelas II Tebing Tinggi, Rudy Budiman Purba, saat dikonfirmasi oleh Topmetro.news melalui sambungan telepon dan pesan WhatsApp pada Kamis (17/4/2025) sore, belum memberikan tanggapan terkait peristiwa meninggalnya Helmi, termasuk alasan ketidakhadiran petugas lapas saat pemakaman.
Hingga berita ini diterbitkan, belum ada keterangan resmi dari pihak Lapas Kelas II Tebing Tinggi mengenai penyebab pasti kematian Helmi maupun tindak lanjut dari kejadian tersebut.
Reporter | Fani
