topmetro.news, Medan – Salah satu sekolah yang mengutamakan prestasi dan kedekatan para guru dengan siswa/i, adalah SMAN 10 Medan Jalan Tilak No 108, Sei Rengas I, Kecamatan Medan Kota, Kota Medan.
Saat berkunjung ke SMAN 10 Medan, Jumat (9/5/2025), Tim Wartawan Pendidikan Sumatera Utara (Tim Wardiksu) disambut langsung oleh Wakil Kepala Sekolah Adi Nasution dan seorang guru matematika, PAk Sianipar dengan sikap penuh ramah yang mengesankan.
Sambil beramah tamah, Tim Wardiksu menyaksikan para siswa-wi sedang bermain badminton dan tenis meja dalam sebuah ruangan. Memperhatikan situasi dan kondisi saat itu, terlihat SMAN 10 Medan hanya punya sarana dan prasarana olahraga dalam ruang, sebagaimana sekolah-sekolah lain pada umumnya. Posisi sekolah itu sendiri memang berada di antara pemukiman penduduk dan bisnis.
Ketika dikonfirmasi terkait prestasi sekolah, Kepala Sekolah Sri Murni diwakili Adi Nasution selaku wakil dan merangkap guru olahraga mengatakan, bahwa melalui jalur prestasi, ada 36 siswa/i SMAN 10 Medan yang diterima di Perguruan Tinggi Negeri (PTN) lewat jalur undangan.
Ia mencontohkan di bidang olahraga, Theresia April Iyani Sitorus juara lari dan diterima di Universitas Negeri Jakarta, Pendidikan Kepelatihan Olah Raga (PKO). Selain itu, ada Lailatus Seifa, juara karate/atlet karate Sumut, diterima di PKO Unimed, dan bidang lain, Suci Anissa, Ilmu Komputer di Unimed.
“Memang untuk jalur PTN di luar provinsi, tak banyak diterima. Karena, murid-murid SMAN 10 Medan, rata-rata ekonomi menengah ke bawah. Jadi banyak yang tidak mampu ketika diterima di PTN luar provinsi,” jelas Adi Nasution yang sudah 16 tahun sebagai guru di SMAN 10 Medan.
Masih soal olagraga, Adi Nasution menyebut, bahwa bidang ini tidak boleh vakum, sesuaikan dan berdayakan apa yang ada di sekolah. Sekalipun keterbatasan fasilitas di sekolah, siswa/i juga masih bisa meraih prestasi. Sebab, mereka juga punya klub di luar sekolah dan berlatih. Karenanya, pihak sekolah memberikan dispensasi waktu. Contohnya, kata Adi Nasution, ada siswa latihan di pagi hari, maka dispensasi bagi siswa itu diperbolehkan tiba di sekolah pukul 08.00 WIB.
Lanjutnya lagi salah satu kunci keberhasilan di sekolah ini yaitu kedekatan antara guru dan siswa. “Kami sangat dekat secara emosional dengan siswa-siswi. Sehingga jika ada siswa yang berulah yang tidak baik, kami dapat segera menanganinya,” katanya. Hal ini juga membuat siswa-siswi di sekolah ini tidak pernah terlibat dalam tindakan seperti tawuran.
Sekolah ini juga menunjukkan komitmen untuk memberikan pendidikan berkualitas tinggi bagi siswa dan mencetak generasi muda yang unggul dan siap menghadapi tantangan di masa depan.
Sekolah Bekerja Belajar
Mungkin sudah biasa mendengar banyak mahasiswa kuliah sambil kerja. Namun di SMAN 10, ada sejumlah siswa selepas jam sekolah tidak mau menyia-nyiakan waktu terbuang begitu saja, tapi menggunakan waktunya untuk bekerja.
Seperti Adib, Ketua Kelas X E5 SMAN 10 Medan, ia menuturkan, setelah pulang sekolah, ganti baju lalu makan dan langsung ke tempat kerjaannya di bengkel. “Uang hasil kerja di bengkel saya tabungi. Lalu nanti saya berikan kepada orangtua buat kebutuhan sekolah,” jelas Adib dengan nada gembira.
Sementara, Ibnu, satu kelas dengan Adib, juga bercerita setelah pulang kerja, ia memiliki kesibukan lain, yakni mengedit video para konten kreator. “Jadi belajar sambil bekerja,” terang Ibnu sembari menjelaskan masih ada teman-teman lain setelah pulang sekolah, mereka bekerja, seperti di ponsel dan lainnya.
Ketika ditanya tentang tawuran, ia dan teman-temannya mengatakan lebih baik waktunya digunakan untuk yang lebih bermanfaat. “Kemudian kalau olahraga di sekolah, kami ada badminton, tenis meja, takraw dan ekskulnya ada menari, paskib, dan lainnya,” ujarnya.
Saat ditanya apakah pekerjaan yang dilakukan mereka itu tidak mengganggu waktu belajar, mereka merespon dengan cepat, “Tidak mengganggu.”
Guru Matematika Pak Sianipar, membenarkan, bahwa ada sejumlah siswa-siswi yang bekerja setelah pulang sekolah untuk membantu ekonomi keluarga. “Memang ada siswa-siswi kita yang berjualan atau bekerja setelah pulang sekolah karena orangtuanya ekonominya menengah ke bawah,” ujarnya.
sumber | RELIS
