topmetro.news – Ketua Steering Committee (SC) Piala Presiden 2019 Maruarar Sirait, menegaskan, pihaknya tidak akan menggunakan uang badan usaha milik negara (BUMN) untuk menggelar turnamen pramusim ini.
Maruarar menyatakan, Piala Presiden 2019 murni digelar berdasarkan dana dari sponsorship yang tidak berasal dari pemerintah. Menurutnya, penyelenggara harus menjaga citra yang sudah terbangun di tiga edisi sebelumnya.
“Kami sudah tiga kali membuat Piala Presiden dengan prinsip fair play. Tidak ada pengaturan skor dan tidak menggunakan uang BUMN, atau sponsor dari BUMN. Kami harus jaga itu dengan baik,” ujar pria yang akrab disapa Ara ini.
Ara menambahkan, pihaknya tetap mengedepankan transparasi keuangan. Sehingga kembali menggandeng PricewaterhouseCoopers (PwC) sebagai auditor turnamen.
“Tujuan dari dilakukan audit adalah untuk membuktikan transparansi keuangan yang terjadi selama Piala Presiden bergulir. Kami juga disini ingin meningkatkan ekonomi kerakyatan,” kata Ara.
Sementara perwakilan organizing committee (OC) Pieter Tanuri mengutarakan, kerja sama dengan PwC dilakukaan untuk menjaga akuntabilitas serta kepercayaan semua pihak. Termasuk klub, sponsor, pemain, dan publik.
“Kami sudah pernah kerja sama dengan mereka pada edisi sebelumnya. Karena sudah tahu kualitas mereka, makanya kami tunjuk lagi. PwC juga merupakan salah satu perusahaan audit terbaik di dunia. Kami juga mendapatkan rekomendasi dari ketua steering committee untuk memakai mereka,” jelas Pieter.
BACA JUGA | Pesepakbola Asing di Piala Presiden 2019 Wajib Miliki Kitas
Tujuan Piala Presiden
Sebelumnya dalam sebuah kesempatan, Maruarar mengucapkan terima kasih kepada kepolisian, atas kinerja terkait mafia bola. Termasuk Kapolri Jenderal Polisi Prof Drs H Muhammad Tito Karnavian MA PhD dan Kepala Satgas Antimafia Bola Brigjen Pol Drs Hendro Pandowo MSi.
“Luar biasa, kita mengikuti di sosial media. Harapan publik kepada Polri luar biasa. Dan polisi membuktikan profesional dan bekerja. Siapa sih selama ini yang bisa bongkar? Nggak ada kan? Artinya polisi di bawah pimpinan Pak Kapolri dan Mas Hendro ini luar biasa. Saya pikir kepercayaan publik kepada polisi semakin meningkat dengan prestasi yang luar biasa ini,” papar Ara.
Soal dugaan adanya permainan yang diatur di Piala Presiden sebelumnya, Maruarar pun minta, agar hal dimaksud diungkap tuntas. “Saya ada azas praduga tidak bersalah. Tapi saya minta dengan hormat, kepolisian untuk menindaklanjuti apa soal dugaan pengaturan skor. Karena ini sudah menyangkut kehormatan Piala Presiden yang memang kita jaga betul. Bahkan bisa dicek. Kita diaudit dan hasilnya baik. Kemudian setiap menit ke 75 diumumkan berapa jumlah penonton yang masuk dan uang yang masuk. Itu menunjukkan transparansi,” urainya.
“Harus diudut tuntas tanpa pandang bulu,” tegas Maruarar lagi.
Maruarar pun lantas menceritakan, bagaimana Piala Presiden itu digagas. Saat itu, kata dia, pada tahun 2015, dirinya dan Presiden Jokowi ngobrol di Istana Negara. “Saya masih ingat. Sore-sore kita ngobrol di Istana,” katanya.
Lalu digagaslah sebuah turnamen sepakbola dengan niat tanpa uang negara dan tanpa pengaturan skor. Lalu bermanfaat bagi ekonomi kerakyatan seperti pedagang kaki lima, pedagang asongan, warung dan restoran. Serta ratingnya berkualitas.
“Jadi ini (mafia bola-red) menciderai,” katanya.
berbagai sumber