Tanaman Tumbang, Harga Jual Anjlok, Petani di Tanjung Beringin Terancam Rugi Besar Akibat Gagal Panen

topmetro.news – Para petani di Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai), Sumatera Utara, menghadapi ancaman kerugian besar menyusul panen raya padi yang penuh tantangan tahun ini. Puluhan hektar sawah yang seharusnya siap panen justru terancam tidak dapat dipanen akibat berbagai kendala.

Keterbatasan alat dan tenaga kerja menjadi salah satu masalah utama. Selain itu, hasil panen yang tidak sebanding dengan biaya upah tenaga kerja dan alat pemanen turut memperburuk situasi.

Para petani juga mengalami kendala akibat curah hujan yang tinggi, yang menyebabkan banyak tanaman padi roboh dan terendam banjir. Hal ini memaksa mereka memanen dengan peralatan seadanya guna menyelamatkan hasil panen yang tersisa.

Sopian Helmi, seorang petani asal Desa Pematang Cermai, Kecamatan Tanjung Beringin, mengatakan bahwa lahan sawah miliknya di Dusun IV, Desa Tebing Tinggi seluas 21 rantai mengalami gagal panen.

Menurutnya, kondisi tanaman yang penuh air memang masih bisa dipanen, namun harga gabah dipastikan anjlok dari harga normal Rp6.500 per kilogram menjadi sekitar Rp4.000 per kilogram.

“Kalau kondisi padi terendam seperti ini, otomatis harga gabah pasti murah. Selain itu, biaya upah panen akan jauh lebih mahal karena sulitnya alat panen seperti Kreser untuk masuk ke lokasi yang terendam air,” ujar Sopian saat ditemui di persawahan bersama Pj Kepala Desa Tebing Tinggi pada Sabtu (12/10/2024).

Sopian menjelaskan, biasanya dari lahan 21 rantai, hasil penjualan bisa mencapai lebih dari satu juta rupiah per rantai. Namun, dengan kondisi saat ini, kemungkinan besar tidak akan balik modal, mengingat biaya sewa alat panen yang mencapai Rp500 ribu per rantai, ditambah upah untuk mengikat padi agar tidak roboh.

“Kami sangat sedih melihat kondisi ini. Hasil panen tidak akan memuaskan, dan ini pertama kalinya kami mengalami situasi seperti ini saat menjelang panen,” ucap Sopian dengan nada kecewa.

Senada dengan Sopian, Odon, petani lainnya di Tanjung Beringin, juga mengalami kesulitan serupa. Ia mengatakan bahwa tanaman padinya yang ambruk akibat hujan deras dan angin kencang harus segera dipanen agar tidak membusuk. Namun, keterbatasan alat dan biaya menjadi kendala utama.

“Kami harus membayar warga untuk membantu mengikat padi dengan upah sekitar Rp120 ribu per hari. Jika tidak diikat, padi akan membusuk dan tidak bisa dijual,” ungkap Odon.

Ia menambahkan, harga jual padi yang terendam banjir dipastikan akan turun drastis karena kualitasnya menurun. “Biasanya harga padi sekitar Rp6.500 per kilogram, namun sekarang diperkirakan hanya Rp4.000 per kilogram. Ini tentu menjadi kerugian besar bagi kami,” ujarnya.

Sementara itu, Pj Kepala Desa Tebing Tinggi, Ilham, menyebutkan bahwa kondisi persawahan di wilayah tersebut sudah digenangi air selama tiga hari. Banyak tanaman padi yang roboh akibat hujan deras dan angin kencang.

“Saya sudah turun ke lokasi dan melihat langsung kondisi padi petani. Banyak yang tidak bisa dipanen karena terendam air dan roboh,” ujar Ilham.

Hampir seluruh persawahan di Kecamatan Tanjung Beringin terdampak banjir, mengancam gagal panen secara massal.

Para petani berharap pemerintah Sergai dapat memberikan bantuan, baik dalam bentuk alat pemanen maupun tenaga kerja tambahan, untuk menyelamatkan sisa hasil panen dan mengurangi potensi kerugian yang lebih besar.

Reporter| Fani

Related posts

Leave a Comment