topmetro.news – Buntut kerusuhan di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Menteri Pertahanan (Menhan) Ryamizard Ryacudu meminta agar pembahasan revisi UU Terorisme bisa dipercepat untuk mencegah dan memutus jaringan teroris.
Saat ini UU Terorisme masih di tangan DPR dan masih ada sejumlah pasal yang alot dibahas serta perbedaan pandangan antar fraksi. Salah satunya terkait keterlibatan Tentara Nasional Indonesia (TNI) dalam penanganan tindak pidana terorisme.
“Enggak perlu lagi ego-ego sektoral-lah. Keinginan-keinginan yang hanya mempertahankan dari kelompok tertentu,” kata Ryamizard di Kementerian Pertahanan (Kemhan), Jakarta, Jumat (11/5/2018).
Ia menjelaskan apa yang terjadi di Mako Brimob menunjukkan keganasan teroris. Mereka merusak, melawan petugas, dan membunuh anggota Polri dalam penjara secara keji.
Musuh Kedaulatan Bangsa
Menurutnya, teroris adalah musuh bersama dan musuh bangsa. Sebagai musuh bersama maka penanganannya tidak bisa hanya sekelompok orang saja atau satu institusi saja. Semua masyarakat harus ikut terlibat mencegah dan melawan.
Dia menegaskan keterlibatan TNI mutlak dilakukan dalam penanganan teroris. Pasalnya terorisme bukan hanya soal pelanggaran hukum semata tetapi sudah masuk mengancam kedaulatan bangsa. Mereka ingin mengganti ideologi negara Indonesia yang berdasarkan Pancasila.
“TNI siap, Polri siap. Itu kan bagus. TNI menjaga pertahanan negara, Polri bagian keamanan. Jadi sama-sama,” ujarnya.
Dia meminta pembahasan Rancangan UU Terorisme jangan terus ditunda-tunda. Semakin lama ditunda maka upaya memberantas teroris tidak akan efektif. “Kita ingin cepat, biar negara ini aman. Jagan tahan-tahan,” tutup Ryamizard.
Masyarakat Lawan Teroris
Insiden yang terjadi di Mako Brimob, Kelapa Dua, Depok, Jawa Barat (Jabar), cukup mengejutkan masyarakat. Kejadian yang mengakibatkan gugurnya lima anggota kepolisian itu juga membuat masyarakat geram dengan aksi teroris yang merusak kondusifitas keamanan dan kenyamanan rakyat.
Oleh karena itu, upaya untuk melawan teroris jangan hanya dibebankan kepada aparat keamanan. Peran masyarakat juga sangat penting dalam melawan kelompok-kelompok teroris. Mmasyarakat jangan gentar melawan aksi teroris serta turut membantu aparat keamanan dalam menjaga ketentraman di lingkungan masing-masing.
“Teroris harus kita lawan secara bersama-sama, bukan hanya menjadi tanggung jawab aparat keamanan. Ini juga tanggung jawab seluruh rakyat Indonesia,” ujar calon gubernur Jawa Barat nomor urut dua, Tb Hasanuddin.
Purnawirawan jenderal TNI yang pernah mengenyam pendidikan militer di Prancis itu mengatakan, aksi-aksi teroris di Indonesia akan membahayakan kehidupan berbangsa dan bernegara, serta bisa memecah belah persatuan dan kesatuan NKRI. Untuk itu, dia menegaskan, masyarakat harus bahu membahu bersatu untuk melawan setiap aksi terorisme dengan melibatkan para pemimpin, baik formal maupun nonformal.
Tingkatkan Pengawasan
Selain itu, lanjut Kang Hasan, pemimpin dan tokoh masyarakat di daerah, seperti para pengurus rukun tetangga (RT) dan rukun warga (RW) perlu meningkatkan pengawasan terhadap warga. Melalui kerja sama dengan aparat keamanan setempat, sambungnya, pengurus RT dan RW harus mengidentifikasi setiap tamu atau masyarakat baru yang belum dikenal.
Hal tersebut perlua dilakukan sebagai antisipasi terjadinya aksi terorisme di daerah, dengan arahan dan bimbingan dari kepolisian dan pihak berwenang lainnya. “Mereka tidak mungkin kemana-mana. Mereka akan bersembunyi di wilayah kita, berada di antara masyarakat. Jadi, kunci paling efektif adalah pengawasan yang dilakukan oleh masyarakat,” ujarnya.
Kang Hasan juga menyampaikan belasungkawa atas gugurnya para pahlawanan yang merupakan anggota kepolisian dalam insiden di Mako Brimob itu. Dia berharap, keluarga yang ditinggalkan terus diberikan kekuatan serta ketabahan dalam melanjutkan hidup dan mengasuh anak-anak mereka dengan baik. “Mereka (anggota polisi yang tewas) adalah syuhada yang mempertahankan NKRI dari serangan teroris. Semoga para almarhum husnul khotimah,” ujarnya. (TM-RED)
sumber: beritasatu.com