Skenario Lengkap Asteroid Tabrak Bumi Terungkap

prediksi asteroid tabrak Bumi

topmetro.news – Laman NASA menunjukkan skenario lengkap prediksi asteroid tabrak Bumi merupakan simulasi yang jadi pembahasan para astronom dari berbagai negara di Wina, Austria.

Dalam konferensi ini disimulasikan Asteroid 2021 PDC akan menghantam Eropa, Amerika Utara, dan sebagian Afrika. Semetara, sebagian besar Asia seperti Indonesia dan wilayah Indonesia aman dari efek ledakan.

Skenario yang terunggah dalam laman NASA menyampaian, bahwa tabrakan kemungkinan bisa terjadi di bagian Bumi mana pun.

Skenario ini, katanya, akan melenyapkan setengah bagian Bumi dan membuat wilayah itu tak punya penghuni selama beberapa waktu. Hal ini tentu akan menimbulkan kepanikan massal dan relokasi besar-besaran ke wilayah yang aman dari ledakan tumbukan asteroid itu.

“Dengan makin banyak pengamatan, maka lokasi dampak (tabrakan) akan menjadi lebih spesifik daripada (sekedar) ‘separuh dunia’ sebagai titik awal dalam skenario PDC,” kata Dr Bruce Betts, kepala ilmuwan Planetary Society dan kepala Program Pertahanan Planet, kepada Daily Star.

Simulasi strategi penyelamatan Bumi dari asteroid PDC 2021 yang akan menabrak Bumi, jadi pembicaraan dalam Planetary Defense Conference di Wina, Austria.

Dalam konferensi itu, mereka membahas simulasi dampak asteroid jika menghantam Bumi. Dan apa strategi penyelamatan warga Bumi. Sebab, dalam skenario itu, umat manusia di Bumi hanya punya waktu enam bulan untuk mempersiapkan sebelum tabrakan terjadi.

Dalam acara konferensi dua tahunan itu, peneliti katanya menemukan asteroid bernama 2021 PDC itu, pada April 2021. Menurut perkiraan, akan menabrak Bumi pada Oktober 2021.

NASA menegaskan bahwa skenario tabrakan asteroid dalam pertemuan itu hanya fiksi belaka. Dan tidak menggambarkan potensi dampak asteroid yang sebenarnya. Namun, dalam banyak hal, skenario terlihat serealistis mungkin sebagai persiapan.

Asteroid Tabrak Bumi Oktober

Berikut adalah skenario yang jadi pembahasan dalam konferensi Planetary Defense Conference di Wina, Austria, pada 26-30 April 2021. Yakni, ketika asteroid 2021 PDC menghantam Bumi, seperti dikutip dari laman NASA.

Skenario berawal dengan astronom menemukan sebuah asteroid dengan kecerahan 21,5 pada 19 April 2021. Keesokan harinya, Minor Planet Center menamai asteroid itu dengan nama 2021 PDC.

Sehari setelah penemuan 2021 PDC, sistem pemantauan dampak Sentry JPL dan sistem CLOMON milik ESA mengidentifikasi, apakah asteroid itu berpotensi berdampak pada Bumi. Kedua sistem sepakat bahwa asteroid itu akan berdampak pada 20 Oktober 2021.

Namun, kemungkinan dampak itu rendah, hanya sekitar 1 dari 2.500 kemungkinan.

Dalam skenario itu, sangat sedikit pengetahuan tentang sifat fisik 2021 PDC. Berdasarkan pengamatan, astronom hanya memperkirakan ukuran rata-rata asteroid sekitar 120 meter. Tetapi, ada perkiraan 35 meter hingga 700 meter.

Ketika pertama kali terdeteksi, asteroid itu berada sekitar 0,38 au (57 juta kilometer atau 35 juta mil) dari Bumi. Asteroid itu mendekati Bumi dengan kecepatan sekitar 5 km/detik. Kemudian, perlahan-lahan semakin terang.

PDC 2021 dalam pengamatan secara ekstensif selama seminggu setelah penemuan. Kemudian, seiring dengan bertambahnya kumpulan data pengamatan dari satu hari ke hari berikutnya, probabilitas dampak tabrakan makin meningkat.

Orbit asteroid 2021 PDC disebut eksentrik. Memanjang dari jarak 0,92 au dari Matahari pada titik terdekatnya. Hingga 1,60 au pada titik terjauh, tepat di luar orbit Mars. Au merupakan jarak rata-rata Bumi dari Matahari, 149.597.870,7 km atau 92.955.807 mil. Periode orbit asteroid itu adalah 516 hari (1,41 tahun). Dan bidang orbitnya adalah miring 16 derajat ke bidang orbit Bumi.

“Asteroid tersebut menjadi cerah hanya sedikit pada hari-hari setelah penemuan. Dan mencapai kecerahan puncak hanya sebesar 21,35 pada tanggal 23 April,” kutip skenario PDC.

Asteroid 2021 PDC kemudian mendekati Bumi selama tiga minggu setelah penemuan. Kemudian, mencapai titik terdekatnya sekitar 0,35 au pada 9 Mei 2021. Asteroid tersebut katanya, terlalu jauh untuk terdeteksi oleh radar. Dan tidak akan berada dalam jangkauan radar sampai pendekatan yang berpotensi berdampak pada Bulan Oktober 2021.

Namun, para astronom terus melacak asteroid setiap malam setelah penemuan, dan kemungkinan tumbukannya terus meningkat.

Indonesia Aman

Dalam skenario di laman NASA itu terungkap, bahwa tabrakan dapat terjadi di mana saja. Namun, dalam peta yang tersaji dalam skenario ada penjelasan, semua wilayah dalam proyeksi ini berisiko terkena dampak potensial. Sebaliknya, wilayah Bumi yang tidak termasuk dalam gambar, misalnya Australia dan Indonesia tidak berisiko.

“Jika asteroid berada pada lintasan tabrakan, probabilitasnya akan terus meningkat. Mencapai setinggi 30 persen pada akhir minggu (Oktober), 70 persen pada minggu depan. Dan 90 persen selama minggu berikutnya. Jika asteroid tidak berada pada lintasan tumbukan, probabilitas tumbukan mungkin masih meningkat untuk sementara. Tetapi pada akhirnya akan turun ke nol,” kutip PDC.

Seperti informasi sebelumnya, ukuran 2021 PDC sangat tidak pasti. Mulai dari yang paling kecil 35 meter, hingga yang paling besar 700 meter. Perkiraan itu berdasarkan pada kecerahan asteroid, perkiraan jaraknya, dan berbagai kemungkinan albedos (reflektivitas). Akibatnya, potensi dampak kerusakan dan risiko penduduk juga sangat tidak menentu.

BACA JUGA | Membongkar Niat NASA Tabrakkan Pesawat ke Asteroid Ancam Bumi

Namun, skenario menyebutkan energi yang mungkin lepas saat terjadi benturan dapat berkisar dari 1,2 Mt hingga 13 Gt (setara TNT). Bahaya utama adalah semburan udara yang menyebabkan tekanan ledakan berlebih yang mungkin mencapai tingkat yang tidak dapat terhindari.

“Ukuran area potensi kerusakan ledakan dapat berkisar dari lokal (beberapa kilometer) di ujung kecil pada kisaran ukuran asteroid yang mungkin, hingga regional (ratusan kilometer) di ujung besar,” kutip PDC.

Lebih dari itu, para astronom juga menyiapkan aplikasi Defleksi NEO JPL/Aerospace Corp. Ini untuk menghitung lintasan pesawat ruang angkasa penabrak kinetik, serta massa pesawat ruang angkasa yang dapat meluncur ke lintasan tersebut dengan berbagai kendaraan peluncur.

sumber | CNN Indonesia

Related posts

Leave a Comment