Kerusakan Hutan Parapat, WALHI Sumut: Ada Korporasi Besar dan Mafia Lokal

Banjir bandang yang melanda Kota Parapat

topmetro.news – Banjir bandang yang melanda Kota Parapat, Kabupaten Simalungun, pada Kamis (13/05/2021), lalu menjadi polemik di tengah-tengah masyarakat dan pemerhati lingkungan Sumatera Utara. Khususnya Kota Parapat dan sekitarnya.

Meskipun tidak ada menelan korban jiwa, banjir bandang yang terjadi saat Perayaan Idul Fitri 1442 H itu, membawa air bah. Serta menerjang pemukiman warga dengan membawa material kayu, batu, dan lumpur.

Saat itu lokasi terparah terdampak banjir bandang tersebut adalah kawasan Lingkungan Anggarajim, Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon. Kawasan itu tergenang air hingga satu meter dan merusak rumah warga. Serta Huta Sualan, Nagori Sibaganding terkena longsor dan sempat menutupi badan Jalan Lintas Sumatera Utara.

Musibah banjir ini pun, menurut dugaan, tidak terlepas dari kerusakan fungsi hutan yang gundul akibat maraknya perambahan hutan. Terutama di seputar Kawasan Danau Toba.

Disinyalir sumber banjir tersebut datangnya dari arah perbukitan kawasan register 1, 2 dan 18 yang mulai gundul ditebangi oleh para perambah hutan yang hanya mementingkan bisnis ilegalnya tanpa memikirkan kelangsungan kehidupan manusia yang akan datang.

Selain curah hujan menjadi penyebab banjir, penyebab yang yang lebih dominan lagi adalah marak dan bebasnya pembalakan liar/illegal logging oleh para mafia dan korporasi besar yang berada di Kawasan Danau Toba.

Hal ini pun menjadi preseden buruk bagi pembanguan Kawasan Destinasi Wisata Dunia, seperti dicanangkan pemerintah pusat melalui Badan Otorita Danau Toba (BODT) sebagai pelaksana pariwisata di Kawasan Danau Toba dan sekitarnya.

Investigasi Penyebab Banjir

Menanggapi permasalahan kerusakan hutan dan lingkungan hidup yang berakibat banjir bandang, Wahana Lingkungan (Walhi) Sumatera Utara telah melakukan investigasi di lapangan terkait penyebab banjir yang melanda Kota Parapat, Kelurahan Parapat, Kecamatan Girsang Sipangan Bolon, Kabupaten Simalungun.

Menurut Direktur Eksekutif Walhi Sumatera Utara Doni Latuperisa melalui Deputi Bidang Advokasi Roy, menjawab konfirmasi, Senin (17/5/2021) via pesan WhatsApp (WA) mengatakan, sedang melakukan investigasi terkait hal ini (banjir bandang Parapat dan kerusakan).

“Saat banjir kemarin ketepatan hari libur. Jadi saat ini kita sedang lakukan investigasi untuk pengumpulan data dan bukti-bukti,” tutur Roy.

Roy menambahkan, kerusakan itu karena korporasi besar atau mafia lokal yang bercokol di kawasan hutan dan Perbukitan Danau Toba. “Sebab saat ini ada korporasi besar yang menguasai kawasan hutan Danau Toba,” sebut Roy tanpa merinci siapa korporasi tersebut.

reporter | David Napitu

Related posts

Leave a Comment