Ferdinand Hutahaean: Politisasi Gagal dan Pemahaman Sempit PPKM Terkendali yang Disampaikan Luhut

Ferdinand Hutahaean menyesalkan

topmetro.news – Ferdinand Hutahaean sesalkan, banyaknya pemahaman sempit soal penyataan Luhut Panjaitan yang menyebut, bahwa PPKM terkendali. Bahkan menurutnya, beberapa pihak memang terkesan sengaja menafsirkannya dengan serampangan dengan tujuan tertentu.

“Berulang kali Jen TNI (Purn) Luhut Binsar Panjaitan sebagai Kordinator PPKM Darurat menyatakan bahwa PPKM Darurat sekarang yang sedang terlaksana dalam kondisi terkendali. Pernyataan terkendali itu kemudian banyak penafsiran secara serampangan oleh beberapa pihak. Dan mereka memang selalu ingin mempolitisasi keadaan untuk menyerang pemerintah. Khususnya menyerang Jokowi sebagai Presiden dan Luhut sebagai Kordinator PPKM,” paparnya kepada media, Rabu (14/7/2021).

Makna Luas Terkendali

Menurutnya, pihak-pihak tertentu telah memahami secara salah dan sempit, apa maksud Luhut dengan terkendali. Pihak yang mempolitisasi, menurutnya, hanya mengambil makna dari angka positif Covid-19 yang masih tetus naik setiap hari.

“Padahal kata terkendali itu maksudnya luas dan integrasi beberapa langkah penanggulangan Covid-19. Misalnya penyediaan dan penambahan fasilitas Rumah Sakit Darurat. Penyaluran bantuan kepada masyarakat. Penyediaan kekurangan oksigen. Penyediaan obat-obatan. Pengendalian aktifitas masyarakat,. Penyekatan. Dan berbagai hal yang harus terintegrasikan dalam menanggulangi Covid-19,” urainya.

Dan menurut Ferdinand, semua terkendali dan terintegrasi. “Jadi jangan hanya melihat dari sudut angka positif Covid hariannya. Kalau hanya melihat dari angka positif, maka sempit sekali pemikiran orang-orang yang berupaya menyerang pemerintah dengan mempolitisasi yang tak patut jadi bahan politisasi. Apalagi pemahaman yang rendah terhadap pernyataan Pak Luhut,” tandasnya.

Maka oleh sebab itu, ia minta kepada pihak-pihak yang ingin mempolitisasi kata ‘terkendali’ itu, sebaiknya betul-betul memahami dulu maknanya sebelum berkomentar. “Jangan bikin malu karena pemahaman sempit. Pemahaman itu menunjukkan kualitas nalar dan kapasitas berpikir. Malulah punya nalar sempit,” tutup Ketua Yayasan Keadilan Masyarakat itu.

reporter | Zepri Siregar

Related posts

Leave a Comment