Mahasiswa KKN dari Malikussaleh di Blok VI Aceh Singkil Diajari Cara Membuat Tahu Tempe

Delapan mahasiswa dari Malikussaleh Lhokseumawe melakukan KKN di Desa Blok VI Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil

topmetro.news – Delapan mahasiswa dari Malikussaleh Lhokseumawe melakukan KKN di Desa Blok VI Kecamatan Gunung Meriah Kabupaten Aceh Singkil.

Dalam kegiatan KKN tersebut para mahasiswa dari berbagai jurusan tersebut berkesempatan ikut serta dalam mengolah kedelai menjadi tempe.

Mereka dapat pelajaran langsung dari pengrajin tempe di desa tersebut. Salah satunya adalah pengrajin yang akrab dengan panggilan Pak Janto.

Pak Janto merupakan pengrajin tempe sejak 2011 lalu. Meski masih sekelas ‘mome industry’, namun tempe Pak Janto ini sudah terkenal hingga keluar daerah Kabupaten Aceh Singkil.

“Saya membuka usaha pembuatan tempe ini sejak 2011 lalu. Dan setiap harinya bisa mengolah kedelai hingga 50 kilogram,” ucap Janto di sela sela kegiatan membuat tempe, Jumat (26/12/2021).

Janto menyebut, usaha yang ia geluti tersebut terus berkembang pesat karena banyaknya permintaan konsumen terhadap tempe.

Pengalaman Mahasiswa

Sementara itu Rini Afriani selaku mahasiswa KKN mengatakan bahwa proses pembuatan tahu tempe itu panjang. Serta melalui waktu yang lumayan lama.

“Pak Janto membutuhkan waktu berhari-hari untuk mengolah tempe. Selain tempe, Pak Janto juga membuat tahu,” terang Rini.

Ia mengaku, bahwa Pak Janto banyak memberikan pengetahuan bagi mereka dalam tata cara mengolah kedelai menjadi tahu tempe.

Mahasiswa lainnya yang ikut dalam KKN tersebut, Ridani, juga menyampaikan pengalamannya soal pengolahan tempe. “Kami juga diberi saran oleh Pak Janto mengenai pengolahan tahu tempe bagi ‘home industry’ bila ingin menggelutinya,” katanya.

Namun Ridani menyampaikan saran, supaya perusahaan lebih memperhatikan situasi dari stasiun kerja tersebut. Terutama soal alat-alat produksi, yang menurutnya sudah barang lama dan perlu pembaharuan.

“Baik dari segi penempatan alat maupun mekanisme alat yang digunakan sebaiknya diperbaharui. Karena mekanisme dan alat yang ada itu sudah mereka gunakan sejak awal perusahaan buka,” katanya.

“Yang pastinya sudah terdapat sistem yang lebih baik lagi. Sehingga perbaikan stasiun kerja baik untuk pekerja, baik juga untuk produktivitas dari perusahaan. Yang pastinya akan meningkatkan produksi dan profit dari perusahaan itu sendiri,” sebut Ridani.

Mengenai kegiatan itu sendiri, menurut dosen pembimbing lapangan para mahasiswa yang KKN, merupakan hal positif. Khususnya dalam upaya menumbuhkan jiwa kewirausahaan pada diri mahasiswa.

“Artinya, saat selesai kuliah nantinya, tidak hanya berorientasi menjadi PNS atau pencari kerja. Akan tetapi dapat berperan juga sebagai pemberi kerja yang dalam hal ini adalah sebagai pengusaha baik dalam bidang agroindustri maupun bidang bidang lain sesuai keilmuannya,” sebut Khaidir SSi MSi.

reporter | Rusid Hidayat Berutu

Related posts

Leave a Comment