topmetro.news – Kondisi permukiman pesisir di Desa Bagan Kuala, Kecamatan Tanjung Beringin, Kabupaten Serdang Bedagai (Sergai), Sumatera Utara, semakin mengkhawatirkan.
Pasalnya, selama tiga malam berturut-turut, kawasan ini terendam air laut akibat fenomena pasang, yang membuatnya dinilai tidak layak untuk dihuni. Tak hanya itu, jarak antara air laut dan pemukiman warga kini hanya tersisa sekitar 10 meter. Hal ini memicu keresahan warga setiap malam.
Situasi mencekam ini mengingatkan warga kepada peristiwa gelombang tinggi yang menghantam pemukiman mereka pada 17 September lalu yang menyebabkan kerusakan parah dan menimbulkan trauma mendalam.
Warga terus menyerukan permohonan untuk relokasi kepada pemerintah pusat, provinsi, hingga daerah demi keselamatan mereka.
Afnita (42), warga Dusun I Desa Bagan Kuala, menyampaikan betapa sulitnya beristirahat dengan tenang dalam beberapa hari terakhir.
“Kami sangat takut, takut kalau kejadian seperti kemarin terulang lagi, ketika pasir dan ombak besar menerjang rumah. Setiap malam, suara ombak di belakang rumah kami ini membuat kami tidak tenang,” ungkapnya dengan cemas.
Setelah peristiwa gelombang tinggi bulan lalu, fenomena pasang yang terjadi setiap tengah malam beberapa hari ini kini kembali merendam permukiman warga hingga kedalaman 90 cm.
Afnita berharap agar pemerintah segera memindahkan mereka ke lokasi yang lebih aman. “Kami mohon kepada pemerintah untuk mengerti keadaan kami. Saat ini yang kami rasakan hanya ketakutan, setiap malam kami tidak bisa istirahat dengan tenang,” pintanya.
Pasang 15
Di sisi lain, Kepala Desa Bagan Kuala, Safril, menjelaskan bahwa pasang laut yang terjadi dalam tiga hari terakhir ini adalah fenomena ‘Pasang 15’ yang biasanya tidak terlalu tinggi. Namun, karena curah hujan yang cukup lebat, aliran Sungai Bedagai yang padat dengan air hujan menyebabkan air laut tertahan dan terjebak di wilayah desa.
“Pasang surut air laut tahun ini luar biasa tingginya. Air masuk ke pemukiman setiap pukul 3 pagi, membuat kondisi warga semakin sulit. Kami sangat prihatin melihat situasi ini, warga terus dihantui ketakutan,” ujarnya.
Safril juga berharap agar pemerintah pusat, provinsi, dan daerah dapat segera meninjau kondisi Desa Bagan Kuala secara langsung.
“Kami ingin agar masyarakat bisa dipindahkan dari bibir pantai yang hampir menelan permukiman ini. Kami sadar, proses pindah tidaklah mudah, apalagi saat ini kami belum memiliki lahan untuk relokasi. Namun, insyaallah, kami akan mengupayakan diskusi untuk mencari solusinya,” tambah Safril.
Sebagai langkah antisipasi, Safril mengimbau warga untuk waspada dan tidak tidur di rumah sementara waktu. “Saya sarankan agar warga tidur di masjid atau dataran tinggi untuk sementara, demi keamanan,” pungkasnya.
Permukiman pesisir Desa Bagan Kuala kini berada dalam kondisi darurat. Warga berharap pemerintah segera turun tangan untuk memberikan solusi terbaik bagi keselamatan mereka.
reporter | Fani