Save Iptu Tomi Marbun, Medan Bergolak: 1.000 Lebih Orang Batak ‘Serbu’ Mapolda Sumut

liansi Masyarakat Batak Indonesia, tumpah ruah di depan Mapolda Sumut, Rabu (9/7/2025)

topmetro.news, Medan – Tidak kurang dari 1.000 massa menamakan dirinya Aliansi Masyarakat Batak Indonesia, tumpah ruah di depan Mapolda Sumut, Rabu (9/7/2025). Mereka datang dari berbagai daerah di Sumut, dengan menggunakan beberapa bus besar, juga kendaraan kecil hingga sepeda motor. Tidak ketinggalan, dua mobil komando juga mendukung aksi ‘Save Iptu Marbun’ tersebut.

Dalam aksi itu, mereka membawa berbagai peraga, mulai spanduk besar hingga pamflet, yang umumnya berisikan curahan hati seputar hilangnya Iptu Tomi Samuel Marbun, sejak tujuh bulan lalu, di Papua. Tulisan di alat peraga itu di antaranya mempertanyakan tanggung jawab negara atas hilangnya seorang polisi. Mereka juga menuliskan pertanyaan, apakah Iptu Tomi Marbun hilang atau dihilangkan. Ada puluhan pamflet lainnya dengan tulisan berbeda-beda.

Mereka pun meminta, agar Kapolda Sumut datang menemui mereka.

Awalnya, seluruh peserta melakukan aksi dengan mengambil tempat di depan gerbang Mapolda Sumut. Mereka semua memenuhi lokasi itu, menyampaikan orasi dan tidak mengganggu lalu lintas.

Namun suasana kemudian memanas, setelah selama satu jam mereka menunggu, Kapolda Sumut tidak juga datang menemui mereka.

Akhirnya massa memundurkan kedua mobil komando mereka yang sebelumnya berjejer parkir di depan gerbang Mapolda Sumut, hingga akhirnya melintang di tengah jalan. Massa pun kemudian bergeser memenuhi badan jalan di depan Mapolda Sumut. Mereka bahkan menyebut akan tidur di tengah Jalan Lintas Sumatera itu, kalau Kapolda Sumut, tak juga menemui mereka.

Histeris

Bahkan, ibu kandung Iptu Tomi Marbun yang juga hadir dalam aksi, menjerit histeris dan menjatuhkan diri di tengah jalan besar itu. Ia meneriakkan nama anaknya, sembari meminta keadilan atas apa yang menimpa mereka. Beberapa peserta aksi pun terlihat berupaya menenangkan ibu yang kehilangan putranya itu.

Sementara suasana di seputaran kedua mobil komando yang melintang di badan jalan tersebut, juga tak kalah serius. Kendaraan yang datang dari kedua arah di jalan padat itu, menjadikan kemacetan semakin parah. Terlihat beberapa aparat kemudian mengalihkan kendaraan untuk berputar balik demi mengurai kemcetan.

Tak ayal, salah satu orator yang berasal dari Pematang Siantar itu pun meminta maaf kepada para pengguna jalan karena kemacetan itu.

“Kami hanya ingin Kapolda (Sumut) menemui kami. Tapi sudah sejam kami menunggu, namun Kapolda tak juga menemui kami. Padahal tadi sudah kami ingatkan, bahwa kami akan menutup jalan ini kalau Kapolda tak menemui kami. Jadi, situasi ini adalah keinginan Kapolda,” teriak orator itu di hadapan kendaraan yang berhenti karena terhalang.

Uniknya, beberapa pengendara yang terhambat, malah terlihat mendukung aksi mereka yang memprotes sikap kepolisian dalam peristiwa hilangnya Iptu Tomi Marbun.

Di tengah suasana panas, seorang tak dikenal terlihat seolah memancing keributan di tengah kerumunan massa. Namun pimpinan aksi dengan cepat meminta massa agar tidak terpancing. Sehingga OTK tadi pun berlalu, tanpa ada disentuh oleh para Orang Batak yang sedang melakukan aksi protes itu.

Hingga kemudian, dari barisan polisi yang berjaga di balik pagar, terdengar suara, bahwa aspirasi massa akan diterima oleh Wadir Intelkam Polda Sumut. Massa sempat menolak, namun kemudian mereka memajukan kembali dua mobil komando ke arah pagar Mapolda Sumut, sehingga lalulintas mulai bergerak.

Namun massa kembali kecewa mendengar jawaban dari balik pagar, bahwa Kapolda Sumut sedang acara menanam jagung. Mereka bertanya, apa lebih berharga acara tanam jagung daripada seorang anggota polisi yang hilang? Kemudian dijawab, bahwa itu adalah program pemerintah.

Massa pun memutuskan untuk menunggu Kapolda Sumut selesai menanam jagung, sembari melakukan orasi. Di mana pada kesempatan itu, salah satu adik Iptu Tomu Marbun, yaitu, Monterry Marbun, mengungkapkan beberapa kejanggalan atas hilangnya Iptu Tomi.

Ia pun mempertanyakan, kok bisa institusi Polri malah meminta perlindungan ke masyarakat adat. “Ini kan terbalik. Kalau Polri saja minta perlindungan ke masyarakat adat, lantas warga ini ke mana lagi minta perlindungan?” tanyanya seraya menegaskan, bahwa omong kosong ada pencarian atas hilangnya Iptu Tomi.

“Saya ada di lokasi dan hadapkan kepada saya siapa saya yang mengaku ikut dalam pencarian biar berdebat dengan saya,” teriaknya di hadapan para polisi yang berjaga.

Seorang kakak Iptu Tomi Marbun, juga melontarkan pertanyaan yang cukup tajam. “Seorang iptu hilang dan polisi membiarkan saja. Lalu bagaimana pula dengan masyarakat biasa kalau ada masalah?” tanyanya.

Dari para orator juga terungkap salah satu dari sekian banyak kejanggalan, yakni, saat Iptu Tomi Marbun hilang, operasi malah tetap jalan. Bahkan tim masih bermalam di seputaran lokasi hilangnya Iptu Tomi Marbun tanpa melakukan pencarian.

“Logika apa ini? Pimpinan tim hilang tapi tidak langsung dicari. Malah operasi terus berlanjut. Perintah dari siapa itu?” teriak mereka.

1.000 Lilin

Hingga berita ini tayang, massa masih bertahan. Mereka menyalakan lilin sebagai lambang pencarian terang atas kegelapan yang menyelimuti tragedi hilangnya Iptu Tomi Samuel Marbun.

Sebagaimana berita beredar, Iptu Tomi hilang, Rabu (18/12/2024), saat sedang memburu kelompok kriminal bersenjata (KKB). Pencarian pun langsung mulai untuk tahap pertama hingga 30 Desember 2024. Kemudian berlanjut dengan operasi pencarian tahap kedua pada 27 Januari-2 Februari 2025.

Hingga kemudian pihak Polda Papua Barat menutup pencarian tahap ketiga terhadap Iptu Tomi Samuel Marbun.

reporter | Jeremi Taran

Related posts

Leave a Comment