Penemu Kehidupan di Luar Angkasa Dijanjikan Uang Rp1,3 Triliun

topmetro.news – Apakah ada kehidupan luar Bumi, sudah lama menjadi pertanyaan di benak banyak orang. Termasuk Yuri Milner, yang mengumumkan ia berencana menghabiskan $100 juta (Rp1,3 triliun) untuk mencari jawabannya.

Dengan menggunakan teleskop-teleskop radio terbesar di dunia, sebuah tim ilmuwan dipilih oleh Milner. Tim akan memimpin inisiatif yang ia sebut Breaktrough Listen selama 10 tahun ke depan. Tujuannya mencari sinyal radio yang dapat mengindikasikan adanya kehidupan yang cerdas di antariksa.

“Ini adalah pertanyaan teknologi yang paling menarik bagi generasi kita,” ujar Milner dalam wawancara, mengungkap ketertarikannya terhadap kehidupan ekstra terestrial dimulai saat ia berusia 10 tahun setelah membaca buku ‘Intelligent Life in the Universe’ karya Carl Sagan.

Dana untuk mendanai proyek ini berasal dari investasi-investasinya yang bijaksana terhadap berbagai perusahaan seperti Facebook, di tahun-tahun awal perusahaan tersebut. Motivasi Milner berasal dari keyakinannya bahwa peradaban-peradaban di luar Bumi mungkin akan dapat mengajarkan manusia bagaimana mengatasi berbagai tantangan, seperti pengalokasian sumber daya alam.

Proyek ini paling besar dibanding proyek-proyek serupa lainnya. Di seluruh dunia, hanya kurang dari $2 juta dolar per tahun dibelanjakan untuk pencarian kehidupan ekstra terestrial (SETI). Ini diungkapkan Dan Werthimer, seorang penasehat bagi proyek Milner dan astrofisikawan. Dia juga mengepalai proyek SETI@home bekerja sama dengan University of California di Berkeley.

Dukungan Teknologi Canggih

Semakin canggihnya teknologi, termasuk bagi komputer dan teleskop, $100 juta dolar akan berdampak lebih banyak sekarang dibanding pada tahun 1990-an, sewaktu SETI terakhir kali memperoleh dana dalam jumlah besar, menurut para ilmuwan.

Kemajuan teknologi juga memungkinkan para ilmuwan memantau miliaran frekuensi radio pada saat bersamaan. Namun sinyal apa pun yang akan tertangkap oleh para ilmuwan kemungkinan tercipta bertahun-tahun yang lalu. Atau bahkan berabad-adab dan ribuan tahun lalu. Dibutuhkan waktu empat tahun bagi sinyal radio untuk bergerak dari bumi dan bintang terdekat di luar sistem tata surya.

Dalam 10 tahun, dengan dana $100 jutanya, Milner memperkirakan para ilmuwan dapat mendengarkan transmisi di Galaksi Bima Sakti. Juga 100 galaksi terdekat.

Salah satu biaya terbesar adalah untuk menyewa teleskop radio. Termasuk di Observatorium Parkes di New South Wales, Australia dan Observatorium Radio Astronomi di Green Bank, West Virginia. Milner berencana untuk menyewa dua bulan per tahun di masing-masing lokasi. Biasanya ilmuwan hanya mendapat kesempatan dua hari pengamatan dengan teleskop.

Analisa Sinyal Radio

Tim ini, yang dipimpin oleh ilmuwan seperti Peter Worden, menyusun sinyal radio yang mereka temukan, merilis data ke publik dan memeriksa data untuk mencari pola tertentu.

Para anggota tim riset akan berupaya memahami sinyal-sinyal tersebut dalam menentukan apakah mereka dikirim oleh kehidupan yang serupa dengan manusia dan bukan berasal dari fenomena alami. Para ilmuwan mengatakan fakta bahwa manusia menciptakan pengiriman sinyal dengan radio menjadikan besar kemungkinannya kehidupan lain juga menggunakannya.

“Itu tidak menunjukkan apa pun mengenai peradaban tersebut, tapi menunjukkan bahwa peradaban tersebut eksis,” kata Frank Drake, yang bersama Carl Sagan mengirim pesan pertama ke luar angkasa tahun 1972 dalam penerbangan pesawat antariksa Pioneer 10. Drake menjadi penasehat bagi proyek antariksa Milner ini.

Selain melacak sinyal radio, Breakthrough Listen juga akan mencari sinyal cahaya menggunakan teleskop Observatorium Lick di California.

Milner mengumumkan proyek inisiatif barunya ini di London didampingi sejumlah ilmuwan terkemuka termasuk Stephen Hawking, yang menjadi penasehat bagi proyek ini. Milner yang memiliki gelar di bidang fisika menjadi seorang lagi investor miliuner dengan ketertarikan pada dunia antariksa, seperti eksekutif Space X Elon Musk, yang mengatakan suatu hari ingin menguasai planet Mars. (TM-RED)

sumber: VOA

Related posts

Leave a Comment