Manajemen PSMS Medan Resmi Pecat Djajang Nurjaman

djajang nurjaman

topmetro.news – PSMS Medan usai dibantai Persipura 1-3, pada Kamis (12/07/2018) kemarin malam, di pekan ke-15 Liga 1 Indonesia. Kabar terhangat telah terjadi, manajemen PSMS Medan resmi pecat pelatih Djajang Nurjaman, pada Jumat (13/07/2018). Dipecatnya Djanur sapa akrabnya, karena performa tim berjulukan Ayam Kinantan itu terus menurun, tidak ada perubahan sama sekali, dan kini PSMS Medan menghuni di dasar klasemen sementara.

Tentunya, dicoretnya pelatih berusia 53 tahun itu tentu banyak mengagetkan sejumlah pihak. Mengingat, pelatih yang akrab disapa Djanur ini telah berjasa dalam mengantarkan tim ayam Kinantan Promosi di kompetisi tertinggi sepakbola Indonesia yakni liga 1 di musim 2018.

Menurunnya performa tim PSMS memang menjadi salah satu alasan Djanur didepak. Menganggapi pemecatan atas dirinya, Djanur mengaku putusan itu justru sudah dirasakan sejak jauh – jauh hari. Bahkan, pelatih berlisensi A AFC itu sudah membaca skenario dirinya bakal didepak manajemen di beberapa laga sebelumnya. Termasuk mencoret dua asisten pelatih Yusuf Prasetyo dan Suwanda, dan memasukkan asisten pelatih baru Suharto AD dan Nimrot Manalu.

Buat Skenario

“Sebetulnya sudah bisa mempelajari situasi yang terakhir ya. Artinya mereka itu sudah membuat skenario seperti ini. Mulai dari memasukkan Suharto tanpa koordinasi dengan saya. Kemudian memecat dua asisten saya dua – duanya tanpa ngomong ke (saya), kan aneh kan? Tapi ini langsung dipecat. Kemudian Ngomong – ngomong tentang penggantinya saya sudah usulkan satu nama, eh gak direspon juga, tapi yang didatangkan malah Nimrot. Bukan tidak setuju dengan mereka, tapi caranya gitu. Jadi, skenario itu memang sudah dibuat supaya tidak nyaman begitu, tapi akhirnya saya berkehadiran mengundurkan diri, tapi akhirnya mereka yang pecat,” ucap Djanur saat dikonfirmasi melalui seluler, pada Jumat (13/7/2018).

Selain faktor performa tim yang dimuliakan menurun, Djanur mengakui hubungan dirinya dengan manajemen juga tidak baik. Bahkan diakui pelatih yang pernah membawa tim Persib menjuarai liga Indonesia tahun 2014 silam ini, hubungan kurang harmonis dirasakan sejak mengikuti piala presiden 2018. Begitupun, sebagai pelatih profesional dirinya tidak mengaku kaget atas pemecatan tersebut.

” Memang Hubungan saya dengan manajemen juga kurang baik dari kapan – kapan sejak mulai piala presiden. Ya namanya dunia pelatih dunia seperti ini. Lantas, itu membuat saya menangis? Ya enggak lah,” tegas Djanur.

Meski saat ini PSMS berada di posisi dasar klasemen liga 1, Djanur masih berkeyakinan di putaran ke dua bisa bangkit dan keluar dari zona degradasi. Bahkan Djanur sejak jauh – jauh hari akan melakukan evaluasi terhadap pemain yang tidak lagi dianggap berkontribusi besar bagi pelatih. Teranyar pemain asal Argentina Blanco juga turut mencoba keperuntungan bersama tim.

” Saya tetap berkeyakinan PSMS ini bisa bangkit dan keluar dari zona degradasi. Tapi apa boleh buat gitu. Kalau saja rencana saya di putaran kedua, saya ingin bangun ada satu kekompakan. Karena bagaimanapun kalo tidak ada kekompakan antara manajemen dan pelatih susah dong. Bagaimana tim mau kuat?,” ungkap Djanur.(TMN-YOFE)

Related posts

Leave a Comment