Tano Ponggol Akan Tetap Sebagai Tanah yang Dipenggal

tano ponggol

topmetro.news – ‘Tano-ponggol’ akan tetap sebagai tanah yang dipenggal. Alias tidak akan hilang. Demikian kata mantan Bupati Samosir, Ir Mangindar Simbolon, sebagaimana disampaikannya dalam WA-group par-Samosir, Jumat (22/2/2019).

Mengenai upaya pelebaran, menurut dia, sudah dilakukan juga sejak masa dirinya menjabat bupati di kabupaten itu. Namun karena berbagai hal, kurang maksimal.

“Sesungguhnya pada tahun 2007/2008 sudah pernah kita perlebar dan perdalam alur Tano Ponggol tersebut dengan proyek bersama Kemementerian Perhubungan. Namun karena keterbatasan anggaran dan belum ada program pariwisata internasional untuk Kawasan Danau Toba saat itu, maka hasilnya kurang maksimal,” kata Mangindar.

Sedangkan mengenai pembangunan saat ini, kata dia, sudah dibahas sejak tahun 2015 lalu. “Program pembangunan Tano Ponggol saat ini, sudah dibahas dan disepakati bersama pemerintah pusat pada tahun 2015 yang lalu, bersamaan dengan persetujuan perubahan status jalan provinsi menjadi jalan nasional untuk ruas Jalan Lingkar Pulau Samosir dan Jalan Tele – Pangururan,” urainya.

Dia pun berharap, pembangunan terusan itu akan berdampak positif bagi ekonomidan pariwisata di daerah tersebut. “Dengan selesainya nanti pembangunan Jembatan Tano Ponggol yang baru, maka aktivitas ekonomi dan pariwisata, terutama wisata di Perairan Danau Toba, akan semakin pesat,” katanya.

BACA JUGA | Mangindar Simbolon Gelar Silaturahmi di Pangururan

Tano Ponggol Tinggal Kenangan?

Sebelumnya, mantan anggota DPRD Sumut, Efendy Naibaho, menyampaikan kekhawatirannya, bahwa Tano Ponggol di Pangururan, Samosir, akan tinggal kenangan.

Menurut Efendy Naibaho, dirinya bersama beberapa warga di sana, maupun para perantau, sebenarnya tak pernah setuju jika Jembatan Tano Ponggol dipotong, dibongkar atau dirusak.

“Untuk apa diperlebar? Apakah jembatan sudah rusak? Tidak, masih bagus dan kuat dan mampu dilintasi truk-truk. Lagi pula, jika pengganti jembatan ini diperkuat, untuk apa diperkuat? Mobil bermuatan yang berat-berat tidak akan mau melintas karena jalan turun dari Tele ke Pangururan berkelok. Mobil tangki membawa BBM juga tidak mau lintas dan memilih mengambil rute danau, Ajibata – Tomok naik ferry,” paparnya.

Disebutkan, Jembatan Tano Ponggol sudah berdiri sejak 1907/1908 (ada versi lain). Jembatan itu menghubungkan Pulau Sumatera dengan Pulau Samosir dan merupakan sebuah situs sejarah.

Sementara terusan yang ada di Sumatera Utara itu merupakan salah satu dari segelintir terusan yang ada di dunia, selain Terusan Suez, Terusan Panama, dan lainnya. Terusan ini, menurut data, dibangun untuk memotong jalur pelayaran danau, yang dulunya harus mengelilingi Pulau Samosir.

Terusan itu menjadi seolah perbatasan antara Pulau Sumatera dengan Pulau Samosir. Terusan yang dikerjakan puluhan tahun yang lalu ini sudah beberapa kali dikeruk. Tapi masih tetap saja dangkal, tidak bisa dilalui kapal ferry.

reporter | Jeremi Taran

Related posts

Leave a Comment