TOPMETRO.NEWS – Tak hanya Pantai Ora, Pulau Seram juga menyimpan keindahan alami yaitu Desa Sawai. Anda akan puas menikmati laut jernih di desa tertua di Maluku ini.
Pulau Seram tidaklah seseram namanya. Ia menyimpan wisata alam yang menakjubkan. Meski belum sepopuler Bali atau Lombok, pulau ini memiliki tempat-tempat yang eksotis. Pulau Seram sering disebut juga Induk Pulau karena kepercayaan penduduk lokal bahwa semua penduduk Maluku awalnya berasal dari pulau ini.
Salah satu surga yang tersembunyi di pulau Seram adalah Desa Sawai yang terletak di Teluk Sawai. Pemandangan yang ditawarkan adalah air laut dengan gradasi warna berlatar belakang bukit menjulang tinggi dan langit biru membentang.
Desa Tertua
Desa Sawai merupakan desa wisata yang berada di kawasan Taman Nasional Manusela. Sebagian besar laut yang ada di desa ini masih alami dan terawat dengan baik. Sawai termasuk desa tertua di Maluku yang dikelilingi oleh pulau-pulau kecil.
Tidak ada literatur resmi yang menceritakan asal mula Desa Sawai. Namun, menurut cerita penduduk lokal, Desa Sawai pertama kali dibangun oleh para pedagang Arab yang datang ke pulau Seram jauh sebelum Spanyol, Portugis maupun Belanda datang ke Maluku. Tak heran bila budaya masyarakat Sawai mendapat pengaruh dari kebudayaan Arab.
Kolam Renang Raksasa
Lokasi Sawai yang berada di teluk menyebabkan lautnya cenderung tenang, jernih dan tidak berombak. Berbeda dengan laut pada umumnya, Laut Sawai rata-rata kedalamannya hanyalah sebatas pinggang orang dewasa.
Warna biru kehijauan yang membentang ditambah hamparan koral membuat Laut Sawai begitu sempurna. Karena airnya yang selalu tenang, Laut Sawai bagaikan sebuah kolam renang raksasa.
Ikan-ikan kecil dan biota laut yang masih terjaga alami menjadi hiasan indah kolam renang raksasa ini. Berenang dan bersantai di Laut Sawai sembari menunggu senja adalah agenda wajib yang sayang bila dilewatkan.
Air Asinahu
Tak hanya laut, Desa Sawai juga dikelilingi oleh sungai yang jernih yang menjadi pusat kegiatan masyarakat. Sungai di desa ini diberi nama Air Asinahu karena konon zaman dahulu air sungai tawar sering tercampur oleh air laut yang sedang pasang.
Air Asinahu bersumber dari bebatuan di daerah tebing menuju hutan yang berbatasan langsung dengan desa Sawai. Pinggiran sungai Air Asinahu seluruhnya dilapisi keramik.
Bila dilihat, sungai ini mirip dengan tempat pemandian umum. Banyak warga yang melakukan aktivitas di pinggiran sungai, mulai dari mandi, mencuci baju, hingga bermain air. Meskipun demikian, sungai Air Asinahu tetaplah jernih.
Penduduk yang ramah
Penduduk desa Sawai mayoritas bekerja sebagai nelayan. Tak hanya mencari ikan dengan memancing, namun mereka juga melakukan tradisi Kalawai.
Kalawai adalah cara menangkap ikan menggunakan tombak yang umumnya dilakukan pada malam hari. Selain sebagai nelayan, ada juga penduduk yang berkebun palawija dan buah-buahan.
Sempatkan untuk berkeliling desa dengan berjalan kaki. Anda akan kagum dengan keramahan para penduduk desa. Mereka sudah tidak asing lagi dengan kedatangan wisatawan. Jangan heran bila Anda ditawari ikan hasil tangkapan para nelayan saat sedang berjalan-jalan.
Menuju Sawai
Bila ingin pergi ke Sawai, tampaknya Anda harus menggunakan segala moda transportasi. Pertama, Anda terbang dengan pesawat ke bandara Pattimura, Ambon.
Kemudian dilanjutkan dengan menggunakan mobil taksi menuju pelabuhan Tuleha. Dari pelabuhan Tuleha, Anda harus naik kapal ferry ke Pelabuhan Amahai di Pulau Seram yang merupakan pulau terbesar di provinsi Maluku.
Perjalanan berikutnya dari Amahai bisa ditempuh dengan transportasi umum maupun rental mobil. Karena jalanan yang belum mulus, perjalanan ini akan menempuh waktu sekitar tiga jam hingga Anda sampai di Horale, daratan terakhir sebelum mencapai Sawai.
Dari Horale ke Sawai, Anda bisa menggunakan perahu nelayan. Sungguh perjalanan yang jauh dan melelahkan, bukan? Namun semua itu terbayar dengan indahnya pemandangan yang ditawarkan oleh Sawai dilansir dari Beritagar.(TMN)