topmetro.news, Langkat – Kepala Badan Perencanaan Pembangunan Daerah (Bappeda) Litbang Kabupaten Langkat Rina Wahyuni Marpaung, kembali menjadi sasaran aksi demo sejumlah aktivis mahasiswa, Selasa (2/6/2025).
Aksi yang dilakukan para aktivis tersebut masih terkait sikap istri Sekdakab Langkat ini, yang dinilai arogansi karena diduga melakukan penghinaan kepada salah seorang non-ASN yang mengabdi di Kantor Bappeda Kabupaten Langkat.
Menurut para mahasiswa, aksi ini dipicu ucapan Kepala Bappeda Langkat itu dituding telah melecehkan dan menghina salah satu honorer saat rapat di Ruang Pola Kantor Bappeda.
Menurut mahasiswa, ucapan indikasi pelecehan dan penghinaan yang dilakukan Rina Wahyuni, disampaikan di hadapan Staf dan seluruh honorer Kantor Bappeda Langkat yang dinilai sangat tidak pantas diucapkan seorang pimpinan ASN.
Rapat yang diselenggarakan Kepala Bappeda pada Hari Rabu (14/5/2025), di Ruang Rapat Bappeda Litbang Kabupaten Langkat, awalnya dengan alasan untuk pembahasan yang sangat penting. Yakni membahas teknis dan evaluasi kerja pegawai non ASN di lingkungan Bappeda Litbang.
Namun, saat rapat berlangsung, ada kejangalan yang terjadi. Selain rapat tersebut membahas perihal yang telah disampaikan melalui surat sebelumnya, Kepala Bappeda juga mengintervensi serta mengeluarkan kalimat penghinaan hingga dianggap mencemari nama baik salah satu pegawai non-ASN.
“Kami sebagai mahasiswa, menilai perbuat tersebut adalah perbuatan yang melanggar hukum yang mana telah diatur dalam Peraturan Pemerinah No 53 Tahun 2010 tentang Disiplin Pegawai Negeri Sipil. Pasal tersebut mengatur tentang disiplin dan etika PNS. Perbuatan tersebut sangat tidak pantas di lakukan oleh Kepala Bappeda Langkat. Seharusnya Kepala Bappeda memberikan contoh yang baik untuk pegawai lainnya dan paham akan aturan tentang etika dan disiplin PNS,” teriak mahasiswa.
“Dan kami juga meminta kepada Kepala Inspektorat Langkat agar segera tindak lanjuti terkait laporan/pengaduan masyarakat yang telah dilaporkan pada tanggal 19 Mei 2025 terkait permasalah di atas mengenai pernyataan keberatan dari keluarga salah seorang pegawai non ASN di Bappeda,” teriak masa.
Dalam aksi tersebut, mahasiswa meminta kepada Bupati Langkat untuk memanggil dan mengevaluasi Kepala Bappeda Kabupaten Langkat. “Karena kami menilai Kepala Bappeda telah melaggar kode etik sebagai ASN,” kata mereka.
Mahasiswa juga meminta kepada Bupati agar segera mencopot Kepala Bappeda Langkat yang telah mencoreng nama baik ASN dan budaya Kabupaten Langkat.
“Kami meminta kepada Kepala Inspektorat Kabupaten Langkat agar segera memperoses laporan terkait Kepala Bappeda Langkat dan segera memanggil Rina Wahyuni Marpaung untuk diproses sesuai dengan UU dan peraturan pemerintah tentang pejabat negara,” teriak massa.
Sementara itu, orangtua salah seorang honorer Kantor Bappeda berinisial TR mengaku sangat kecewa dan sangat tidak terima dengan statemen seorang Kepala Bappeda.
TR membenarkan semua tuntutan yang disampaikan aktiviti mahasiswa tersebut karena apa yang diucapkan Kepala Bappeda Rina Wahyuni.
“Semuanya terekam dengan jelas terkait penghinaan yang disampaikan kepada anak saya, tentang pribadi saya. Saat itu anak saya merasa malu dan tertekan dan merasa depresi. Sehingga anak saya sekarang tidak masuk kantor karena merasa malu dan tertekan,” terangnya.
Bahkan, di salah satu rekaman yang berdurasi 1 jam 13 menit itu, terdengar Kepala Bappeda ini dengan angkuhnya menyebut bahwa dirinya pernah jadi OB dan waitres menjadi pelayan di saat syukuran pelantikan Bupati Langkat terpilih, H Syah Afandin SH dan Wakil Bupati Tiorita di Jakarta beberapa waktu lalu.
reporter | Rudy Hartono