topmetro.news – Elektabilitas Prabowo yang tak kunjung naik, oleh pengamat politik Lingkar Madani (Lima), Ray Rangkuti, dinilai jadi penyebab munculnya keraguan untuk maju atau tidak di Pilpres 2019 nanti.
“Kalau menurut saya, Prabowo dalam kebimbangan, antara akan tetap mencalonkan diri atau menyerahkan ke kursi dukungan Gerindra ke orang lain,” ungkap Ray, Minggu (18/3/2018).
Ray menilai keraguan itu dipicu dengan elektabilitas mantan menantu Presiden RI kedua itu, tidak kunjung naik. Tepatnya 25 persen. Sementara pesaingnya, Joko Widodo (Jokowi) terus mengalami peningkatan.
“Siapa pun yang dukung dia (Prabowo), elektabilitasnya hanya 25 persen itu loh,” imbuh Ray.
Sekalipun Prabowo dipasangkan dengan Anies Baswedan, kata Ray, hal itu tidak akan mendongkrak suaranya. Meskipun Gubernur DKI Jakarta itu hingga kini disebut-sebut sebagai figur yang memiliki elektabilitas tinggi di luar Prabowo dan Jokowi.
Alasannya, pemilih Prabowo dan Anies itu sama, sehingga kalau dua sosok itu disandingkan, suara mereka tidak berdampak lebih baik.
MAKSIMAL 35 PERSEN
Begitu juga Prabowo jika disandingkan dengan Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), Komandan Satuan Tugas Bersama (Kogasma) Partai Demokrat. Prabowo diperkirakan hanya akan mendapat suntikan dukungan dari partai bintang mercy tersebut.
“Kalau AHY disandingkan dengan Prabowo, AHY nggak ada dukungannya. Paling dari Demokrat aja, Demokrat suara sekitar 10 persen. Kalau dijumlah cuma sekitar 35 persen aja,” kata Ray.
Dia menyimpulkan, dengan siapa pun Prabowo disandingkan, elektabilitasnya belum mumpuni untuk bersaing di Pilpres 2019.
Sementara itu, jika skenario tidak maju di Pilpres 2019, maka suara dukungan dari Partai Gerindra perlu diarahkan kepada sosok lain. Hal itu membuat Prabowo merasa dalam keraguan. Sebab, hingga kini belum ada sosok lain yang bisa menandingi elektabiltas dari Jokowi.
“Kalau diserahkan ke orang lain, orang lain juga elektabilitasnya nggak ada,” pungkas Ray.
GATOT SULIT IKUT
Sementara itu, Romahurmuziy berpendapat, berat bagi Gatot Nurmantyo masuk di arena Pilpres 2019 meskipun ada kelompok yang mendukungnya.
Namun, menurut Ketua Umum PPP itu, sebagai Warga Negara Indonesia, hak mencalonkan dilindungi konstitusi, apalagi Indonesia memiliki sejarah pernah dipimpin purnawirawan TNI.
“Jadi sangat wajar bila masyarakat yang menginginkan TNI berkuasa kembali lewat pencalonan purnawirawan, tetapi menurut saya itu sangat sulit bisa terwujud,” ujarnya seusai menjadi dosen tamu di FISIP Universitas Airlangga Surabaya, Jawa Timur, Jumat (16/3/2018).
Dia kembali menegaskan bahwa di Pilpres 2019, dua figur yang bertarung di Pilpres 2014 bakal rematch, yakni Jokowi dan Prabowo. “Saya masih yakin kontestan pilpres tinggal dua nama, Jokowi dan Prabowo. Calon lain sulit rasanya bersaing,” ujarnya.
Selain itu, sulit juga muncul poros baru. Menurut dia, poros hanya dua, yakni partai yang mendukung Jokowi dan partai yang mendukung Prabowo. “Dari seluruh parpol, tinggal Partai Demokrat yang sampai sekarang belum menentukan sikap, sedangkan parpol lainnya sudah jelas sikapnya,” tambahnya.
Meski belum mendeklarasikan diri sebagai bakal Capres 2019, nama Gatot Nurmantyo sudah diperbincangkan. PKS sudah menyebut bahwa Gatot berpotensi untuk didukung dalam Pilpres 2019 mendatang. (TM-RED)
sumber: jawapos.com dan tribunnews.com