topmetro.news – Nilai tukar Rupiah terhadap Dolar Amerika Serikat (AS) menguat pada kurs tengah Bank Indonesia (BI). Rupiah pun menghijau untuk perdagangan pasar spot.
Pada Senin (16/11/2020), kurs tengah BI atau kurs acuan Jakarta Interbank Spot Dollar Rate/Jisdor berada pada Rp14.139. Rupiah menguat 0,58% berbanding posisi akhir pekan lalu.
Sementara pada pasar spot, Rupiah juga menguat. Pada pukul 10:00 WIB, US$1 dihargai Rp14.100, yang mana Rupiah menguat 0,35%.
Seperti halnya Rupiah, sebagian mata uang utama Asia pun menguat terhadap Dolar AS. Sejauh ini yang masih tertinggal pada zona merah hanya Won Korea Selatan dan Dolar Taiwan. Namun Rupiah spesial karena menjadi yang terkuat di antara para tetangganya.
Dolar AS Teraniaya
Dolar AS tidak hanya teraniaya di Asia, tetapi juga pada level global. Pukul 09:12 WIB, Dollar Index (yang mengukur posisi greenback di hadapan enam mata uang utama dunia) terkoreksi 0,17%.
Tekanan terhadap mata uang Negeri Adikuasa belum berakhir. Dalam sebulan terakhir, Dollar Index sudah terpangkas lebih dari 1%.
Investor memang sedang ogah bermain aman. Pasalnya, berbagai sentimen positif tengah menyelimuti pasar.
Pertama adalah kabar seputar vaksin anti-Virus Corona (Covid-19). Presiden AS Donald Trump mengungkapkan bahwa perizinan untuk menggunakan vaksin atas nama kondisi darurat bisa terbit secepatnya. Bahkan presiden yang ini menegaskan bahwa vaksin aka tersedia bagi seluruh penduduk Negeri Paman Sam pada April 2021.
Kedua, masih dari AS. Kemungkinan besar Biden tidak akan melakukan kebijakan karantina wilayah (lockdown) berskala nasional kala dirinya mulai menjabat pada Januari tahun depan. Hal tersebut diungkapkan oleh Vivek Murthy, Pimpinan Gugus Tugas Penanganan Covid-19 dari Tim Kampanye Biden.
“Kami tidak dalam posisi menutup aktivitas seluruh negeri. Saat ini yang paling penting adalah pembatasan daerah-daerah spesifik tergantung seberapa parah tingkat infeksi,” kata Murthy dalam wawancara dengan ABC, sebagaimana berita dari Reuters.
Tanpa lockdown, setidaknya tidak dalam skala nasional, ekonomi Negeri Adidaya punya ruang untuk tumbuh. Bank Sentral AS (The Federal Reserve/The Fed) Cabang Atlanta dalam laman GDPNow membuat perkiraan, bahwa ekonomi AS pada kuartal IV-2020 bisa tumbuh 3,5% secara kuartalan.
“Harapan akan kehadiran vaksin melahirkan pandangan bahwa pemulihan ekonomiakan berlanjut,” ujar Michael Arone, Chief Investment Strategist dari State Street Global Advisors.
BACA | Bursa Saham Lompat ‘Rayakan’ Kemenangan Presiden Terpilih AS
Perdagangan Indonesia
Ketiga, kali ini dari dalam negeri. Badan Pusat Statistik (BPS) akan mengumumkan data perdagangan internasional periode Oktober 2020. Konsensus pasar memperkirakan ekspor mengalami kontraksi atau tumbuh negatif 4,5% pada Oktober 2020 berbanding periode yang sama tahun sebelumnya (year-on-year/YoY).
Sementara perkiraan impor ambles lebih dalam dengan kontraksi 18,86% YoY. Ini membuat neraca perdagangan surplus US$ 2, 2 miliar.
Artinya, pasokan devisa dari ekspor-impor sepertinya aman terkendali. Kemudian arus modal asing yang terus masuk ke pasar keuangan domestik, pasokan valas akan lebih ‘gemuk’ lagi. Ini bisa menjadi modal bagi Rupiah untuk terus perkasa.
sumber | CNBC Indonesia