Mendagri Puji Edy Rahmayadi Tangani Demo di Sumut

Mendagri mengapresiasi Gubernur Sumut

topmetro.news – Mendagri Tito Karnavian mengapresiasi tindakan dan upaya Gubernur Sumut Edy Rahmayadi dalam menanggapi aspirasi masyarakat yang menolak Undang-Undang Omnibus Law Cipta Kerja. Hal tersebut dapat jadi contoh bagi kepala daerah lainnya dalam menerima aspirasi masyarakat.

“Tekanan juga terjadi dari masyarakat pada pimpinan daerah. Saya maklum akan hal ini. Dan saya mengapresiasi dengan tindakan yang telah diambil oleh para gubernur untuk menenangkan aspirasi massa. Seperti Gubernur Sumut yang menyatakan bagaimana akan menolak sementara draf Undang-Undang Cipta Kerja itu belum ia terima dan pelajari,” ucap Tito Karnavian melalui video conference, Rabu (14/10/2020), dalam rapat koordinasi pokok-pokok penjelasan UU Cipta Kerja dengan menteri terkait dan para gubernur se-Indonesia.

Mendagri menyatakan UU Omnibus Law Ciptaker bertujuan mengatasi permasalahan yang mendasar, terkait dengan pertumbuhan penduduk dan pertambahan lanjut usia. Lebih dari 240 juta penduduk usia 60 tahun ke bawah dan ada 6,9 juta pengangguran. Hal ini menurutnya merupakan problem besar pemerintah.

“Kita harus membuka lapangan kerja berbagai daerah dengan memanfaatkan peran swasta. Membuka iklim usaha baik itu investor dalam negeri dan luar negeri dengan memangkas birokrasi yang berbelit-belit. Saya rasa undang-undang ini dapat menguntungkan semua baik pemerintah dan lainnya. Mengenai aksi yang terjadi, kami faham ini karena memiliki pemahaman yang berbeda, meski belum memiliki draf asli dari Undang-Undang Cipta Kerja itu sendiri,” katanya.

Sikap Pemprov Sumut

Gubernur Sumut Edy Rahmayadi dalam kesempatan itu melaporkan, sejak pengesahan Omnibus Law RUU Cipta Kerja menjadi undang-undang pada 5 Oktober 2020 lalu, telah terjadi gelombang unjuk rasa penolakan dari kelompok buruh dan mahasiswa.

“Dengan kesigapan dan sinergitas aparat keamanan dari TNI dan Polri untuk mengawal proses penyampaian pendapat tersebut, Sumut tetap dalam keadaan kondusif dan terkendali. Dapat dilaporkan bahwa aksi unjuk rasa yang terjadi tidak berdampak pada memburuknya berbagai indikator pembangunan, terutama perkembangan kasus Covid-19 di Sumut,” jelas Edy Rahmayadi, bersama Pangdam I/BB Mayjen TNI Irwansyah dan Kapolda Sumut Irjen Pol Martuani Sormin yang mengikuti secara virtual di Pendopo Rumah Dinas Gubernur Sumut Jalan Jenderal Sudirman Nomor 41 Medan.

Edy menjelaskan, sejak 5 Oktober 2020 hingga sekarang, kasus konfirmasi aktif untuk Sumut tetap menunjukkan penurunan. Demikian pula ‘recovery rate’ (angka kesembuhan) terus meningkat dengan konsisten. Merespon berbagai perkembangan terkait pengesahan UU Omnibus Law Ciptaker, Pemprov Sumut telah menyatakan sikap untuk menunggu draf asli UU tersebut dari pihak yang berwenang. Kemudian mempelajarinya secara bersama agar tidak terjadi kesalapahaman.

“Telah tersebar berita bohong (hoaks) mengenai statement saya terkait pengesahan Omnibus Law Cipta Kerja dalam berbagai media. Melalui forum ini, saya sampaikan bahwa itu tidak benar. Saya berharap agar semua elemen tetap bersikap produktif dan tidak merujuk informasi yang salah,” katanya.

Mengenai draf UU Omnibus Law Ciptaker yang telah ia terima, Edy akan menyosialisasikan dan membahas itu dengan para buruh, tokoh agama, tokoh adat, pakar hukum, mahasiswa, serta dengan tim ahli dari pakar ekonomi, TNI dan Polri. Selanjutnya mengambil kesimpulan untuk usulan ke pemerintah pusat.

“Nanti kita kasih waktu. Apakah tiga hari atau lima hari. Karena ini cukup banyak, 800 halaman lebih. Kalau mereka sanggup tiga hari, tapi kalau tak sanggup saya tak akan paksa. Lima hari oke. Habis itu kita duduk kembali, masing-masing elemen ini membahas untung ruginya undang-undang ini. Tidak cerita politik. Kita cerita tentang sosial budaya. Setelah itu kita presentasikan. Referensi kita laporkan ke pusat sebagai saran dan masukan untuk UU,” katanya.

Latar Belakang Omnibus Law

Sementara Menko Bidang Polhukam Mahfud MD dalam arahannya menyampaikan, UU ini berlatar belakang lambatnya izin dalam membuka usaha. Hingga pada waktu itu, Presiden Jokowi berinisiatif mengambil kebijakan dengan tidak menghambat. Sehingga munculah Omnimbus Law, yakni suatu kumpulan UU Cipta Kerja untuk menyelesaikan itu.

“Presiden sudah sejak lama mengampanyekan dalam mempermudah urusan, yakni dengan Omnibus law ini mempersatukan semua urusan dalam satu Undang-Undang. Dan Undang-Undang ini sudah dibahas secara terbuka hingga disinyalir memunculkan naskah-naskah yang beredar hingga mengalami perubahan dan perbaikan sampai sekarang,” katanya.

Mahfud menyayangkan banyak sekali hoaks beredar dengan isu UU ini. Misalkan PHK yang tidak ada pesangon, padahal itu tidak benar. Mahfud menegaskan, bahwa dalam draf UU Ciptaker, perusahaan tidak boleh langsung mem-PHK, sebelum karyawan tersebut menerima jaminan. Kemudian Mahfud juga membantah isu peniadaan sertifikasi halal, serta lainnya.

“Yang terjadi demo berlangsung anarkis dengan membawa parang dan bom molotov. Saya minta ini jangan terjadi. Saya mengutip dari ucapan Ibnu Taimiyah mengatakan pemerintahan 60 tahun memimpin secara tidak adil, lebih baik dari tindakan anarkis masyarakat yang hanya satu jam,” katanya.

Ia menjelaskanya, UU Ciptaker adalah untuk menciptakan pemerataan pembangunan daerah. Pembangunan di Indonesia masih didominasi oleh kelompok provinsi di Pulau Jawa. Dengan kemudahan perizinan berusaha pada daerah, kemudahan berusaha bagi masyarakat, insentif dan fasilitas bagi UMK dan koperasi, serta dengan menjamin perlindungan kepada pekerja/buruh, maka akan dapat mendorong penciptaan lapangan kerja dan pemerataan pembangunan daerah.

penulis | Erris JN

Related posts

Leave a Comment