Buronan Interpol, 78 Warga Taiwan Dibekuk di Tanjung Morawa

TOPMETRO.NEWS – Polisi Interpol Taiwan bekerjasama dengan Bareskrim Mabes Polri, Polda Metro Jaya, Poldasu dan Polres Deli Serdang berhasil mengungkap penipuan secara online, Senin (15/5) siang.

Tak tanggung-tanggung, sebanyak 78 warga negara Taiwan dan Tiongkok berhasil diamankan dari sebuah gudang di Gang Soponyono Dusun III Desa Telaga Sari Kecamatan Tanjung Morawa. Dalam menjalankan aksinya, 78 warga negara asal Taiwan dan Tiongkok yang diamankan itu berhasil menipu sejumlah pejabat di Taiwan dan Tiongkok dengan mengaku polisi, jaksa. Hasilnya, belum genap sebulan menjalankan aksi penipuan secara online itu, 78 warga negara asing itu berhasil meraup uang 1 juta US$

Informasi dihimpun dilokasi gudang, Selasa (16/5), kedatangan petugas gabungan dari dua negara itu sangat mengejutkan ke 78 warga Taiwan dan Tiongkok yang saat itu sebagian sedang sibuk menjalankan aksinya dengan mengotak-atik android ditangan dan sebagian lagi akan makan. Warga Taiwan dan Tiongkok yang masuk ke tanah air dengan menggunakan paspor kunjungan wisata itu berlarian masuk kedalam dua ruangan yang cukup besar. Petugas pun langsung mengamankan 78 warga Taiwan dan Tiongkok berikut 78 paspor pelancong, 78 HP android.

Direktur Reserse Kriminal Khusus (Dirreskrimsus) Poldasu Kombes Toga Panjaitan didampingi Kepala Kantor Imigrasi Kelas I Polonia Medan Sahala Pasaribu, Kapolres Deli Serdang AKBP Robert Dacosta dan Petugas Polisi Interpol Taiwan dalam paparannya dilokasi kejadian menyebutkan 78 warga asing diantaranya 49 pria dan 29 wanita dengan rincian 24 warga Taiwan, 54 warga Tiongkok itu masuk ke tanah air dengan menggunakan paspor kunjungan wisata yang masih berlaku.

“Mereka masuk ke tanah air via Jakarta dan Pekanbaru. Mereka masuk ke tanah air dua orang, bukan sekaligus,” sebutnya

Masih menurut Toga Panjaitan, gudang ini berfungsi untik penyimpanan barang dan dikontrak sebesar Rp 160 juta per tahun. Dalam menjalankan aksinya, mereka mengaku polisi, jaksa atau penyidik korupsi di negara masing-masing dengan terlebih dulu mencari informasi di negara masing-masing jika pejabat yang akan ditakut-takuti itu terindikasi korupsi. Selanjutnya para pelaku mengaku bisa membantu asalkan memberikan uang. Karena takut, maka pejabat yang menjadi korban itu mentransfer sejumlah uang ke rekening pelaku di Taiwan dan Tiongkok.
“Pengambilan uang juga dilakukan di Taiwan dan Tiongkok,” ujar Toga Panjaitan

Lanjut Toga Panjaitan, ada  9 pejabat di Taiwan dan Tiongkok yang menjadi korban para pelaku dan belum genap sebulan dalam menjalankan aksi penipuannya secara online itu, para pelaku berhasil meraup uang sebesar Rp 1 juta US$.

“Para pelaku mendapat gaji berkisar antara 2000 US$ hingga 3000 US$. Selain mengamankan 78 warga asing itu, petugas gabungan juga mengamankan 78 paspor, 69 HP android yang dijadikan sarana komunikasi untuk menipu pejabat di Taiwan dan Tiongkok, laptop dan kalkulator,” sebutnya

Selain itu, lanjutnya,m 5 WNI yang bertugas sebagai sopir, tukang masak, pesuruh juga diamankan.

“Sebagai tindak lanjutnya, kita akan kordinasi dengan Imigrasi agar ke 78 warga asing itu dideportasi. Sedangkan penyidikan tindak pidananya di Taiwan,” pungkasnya.

Untuk memuluskan aksinya memeras pejabat di Taiwan dan Tiongkok yang terindikasi korupsi itu, gudang yang sangat luas dilengkapi peralatan CCTV. Pantauan dilokasi gudang, dari Jalan Arteri Batang Kuis-Tanjung Morawa, jarak kelokasi gudang yang dijadikan lokasi memeras pejabat Taiwan dan Tiongkok itu berkisar 500 meter dengan jalan yang masih tanah. Sebelum tiba dilokasi, jika masuk melalui Gang Soponyono, terlebih dulu melewati sebuah gudang penampungan CPO. Gudang penampungan CPO dan lokasi yang digerebek tim gabungan itu pemiliknya pun satu orang yang disebut-sebut bernama Adut warga Medan

Agar mengetahui siapa saja yang datang keloaksi gudang, dua unit CCTV dipasang di depan tembok pintu masuk ke gudang yang dijadikan lokasi untuk beroperasi dan di pos jaga yang terletak disudut kiri gudang. Bahkan agar bisa masuk kelokasi gudang yang dikelilingi tembok setinggi 2 meter lebih itu, aparat terpaksa lewat dari kiri gudang atau persis dari samping pos jaga. Meski lokasinya berbentuk gudang, namun didalamnya semuanya serba lengkap. Ada dapur dilengkapi dengan stok makanan seperti telur puluhan papan, mie hun hingga beberapa bal, galon air mineral berkisar puluhan, beberapa kompor gas lengkap tabungnya berisi 12 kg, jemuran pakaian dalam gudang, lemari es.

Bahkan dalam gudang yang dijadikan operasional itu juga dilengkapi dua ruangan besar untuk wanita dan pria dilengkapi masing-masing 4 unit toilet, dengan meja kerja berbentuk huruf U dan bilik untuk menahan kedap suara seolah-olah para warga asing yang akan memeras pejabat itu benar-benar dalam ruangan. Disebelah ruang kerja juga dibuat sekat atau batas dengan kamar tidur ber AC dengan tempat tidur bertingkat.

Kepala Dusun III Desa Telaga Sari, Wahyono (60) ketika dikonfirmasi dilokasi menyebutkan jika keberadaan ke 78 warga asing itu tidak diketahuinya karena tidak melaporkan ke pemerintah setempat.

“Gudang itu dibangun tahun 2016 dan baru beroperasi berkisar dua bulan. Kami tidak tahu kegiatan didalamnya. Gudang berdiri diloaksi lahan garapan tapi surat keterangan tanah dikeluarkan tahun 2000 an oleh Suwandi yang saat itu menjabat Kepala Desa Telaga Sari,” ujarnya. (TM/WES)

Related posts

Leave a Comment