Alumni Geologi UGM Ingatkan Potensi Bencana di Lokasi IKN Nusantara

Ibu Kota Negara

topmetro.news – Rencana Pemerintah Indonesia untuk memindahkan IKN (Ibu Kota Negara) ke Pulau Kalimantan, tepatnya Kalimantan Timur, mendapat tanggapan dari berbagai pihak.

Salah satunya adalah alumni geologi tahun 1980 dari UGM (Universitas Gajah Mada), Raya Timbul Manurung.

Kepada topmetro.news, Senin (31/1/2022), ia menyampaikan beberapa catatan dan masukan untuk pembangunan IKN, khususnya dari sudut geologi.

Pulau Kalimantan, kata dia, diketahui aman dari gempa bumi, letusan gunung berapi, dan tsunami. “Dan Kalimantan Timur, kita ketahui kaya akan potensi migas dan batubara. Bahkan lapisan batubara sering muncul di permukaan tanah seperti terlihat di tebing jalan, dan lainnya,” kata Raya Timbul.

Rawan Bencana

Namun ternyata, kata Raya Manurung, kawasan bakan IKN itu (Kaltim) rawan dengan bencana. Menurutnya, beberapa bencana yang berpotensi terjadi antara lain:

  1. Longsoran tanah, karena penyusun batuan yang mudah bergerak (shale/clay) dan dilewati banyak patahan.
  2. Semburan minyak dan gas, karena banyak terdapat sumur minyak dan gas dangkal, ada yang kedalaman 100 meter.
  3. Rembesan minyak gas bumi dari sumur minyak gas dangkal, yang mengikuti jalur patahan.
  4. Bahaya model lumpur Lapindo, karena terdapat ‘mud volcano’ (gunung api lumpur) yang dilewati jalur patahan.
  5. Bahaya kebakaran dan asap karena banyaknya perlapisan batubara yang mudah terbakar.
  6. Banjir di pegunungan (model banjir bandang).

Selain itu, ada beberapa keterbatasan di kawasan bakal IKN tersebut, antara lain:

  1. Sumber air tanah sedikit, dibanding Jawa.
  2. Lapisan tanah untuk fondasi kontruksi relatif kurang stabil, karena banyak mengandung serpih dan clay.
  3. Bahan kontruksi galian C sedikit sekali seperti batu dan pasir.

Sepengatahuannya, bahwa pembangunan IKN berlangsung dengan cluster. Yakni, bangunan pemerintahan/instansi terkait, bangunan kedutaan/perwakilan asing, cluster bangunan publik/perumahaan, kawasan bisnis, kawasan industri, dan lainnya. Juga ada alokasi untuk RTH dan hutan kota.

“Sektor swasta di bawah pimpinan REI akan mendominasi pembangunan kawasan pemukiman, kawasan komersial, kawasan industri dan fasilitas terkait,” katanya.

Lalu, katanya, dengan adanya kondisi geologi daerah IKN dan potensi bencananya, akan mempengaruhi biaya pembangunan kontruksi, resiko kontruksi, serta mitigasi bencana.

“Maka dengan mengetahui dan mengenali potensi bencana secara detail dari awal, akan membuat pembangunan kontruksi lebih aman. Dan mitigasi bencana lebih mudah,” katanya.

Data Geologi

Oleh karena itu ia mengusulkan agar Ketua Badan Otorita IKN memanfaatkan data geologi tersebut. Kemudian melibatkan para ahli geologi di Indonesia di bawah koordinasi IAGI (Ikatan Ahli Geologi Indonesia). Tujuannya untuk melakukan penelitian lebih derail dalam rangka perencanaan, pembangunan, dan pengawasan pembangunan di IKN.

“Pihak swasta, yaitu para developer yang dengan koordinasi REI, juga agar bekerja sama dengan IAGI, untuk meminimalkan resiko bahaya dan biaya konstruksi,” katanya.

Sedapat mungkin, kata Raya Manurung, jangan sampai ada kesalahan dalam perencanaan atau memilih lokasi.

“Karena bila salah dalam perencanaan dan memilih lokasi dekat dengan lapisan batubara yang mudah terbakar atau dekat dengan sumur gas dangkal, maka konstruksi bangunan bisa terganggu. Biaya penanganan akibat bencana terjadi bisa membengkak. Sehingga harga per unit bangunan menjadi lebih mahal dan mengakibatkan berkurangnya animo konsumen,” tutupnya.

reporter | Jeremi Taran

Related posts

Leave a Comment