TOPMETRO.NEWS – Layanan transportasi online kini sedang ramai. Bisa dibilang, sang pelopornya Uber.
Sekadar diketahui, Uber didirikan tahun 2010 di Amerika Serikat. Model bisnisnya benar-benar mengguncang industri taksi dan ditiru banyak perusahaan lainnya. Inilah sosok yang mendirikannya.
Perusahaan Uber dilahirkan duet Travis Kalanick dan Garett Camp. Sosok Kalanick menarik dibahas, terutama karena statusnya sekarang yang adalah CEO Uber dan sedang dilanda berbagai kontroversi. Seperti apa kisah hidup pria yang sudah jadi miliarder ini?
Kalanick lahir 40 tahun lampau di Los Angeles, California. Ibunya bekerja di bidang periklanan dan ayahnya, Donald, bekerja di pemerintahan kota Los Angeles. Saudaranya Cory berprofesi sebagai pemadam kebakaran.
Masa kecilnya, seperti dilansir detik hari ini, Kalanick sempat bercita-cita jadi mata-mata. Namun kemudian, ia tampak lebih berbakat sebagai pebisnis. Pada umur 18 tahun, Kalanic sudah mendirikan bisnis sendiri yang berkiprah di bidang bimbingan belajar.
“Kalanic salesman yang bagus. Dia menjadikan itu sebagai kepribadiannya. Dia selalu berusaha menjual sesuatu padaku,” kata salah seorang temannya sebagaimana laporan Business Insider, Jumat (26/6).
“Dia juga pencerita yang baik. Dia bisa mengilustrasikan banyak hal berbeda. Dia juga bersemangat dan oportunis, yang bisa saja adalah sifat yang baik atau buruk,” tutur temannya yang lain.
Kalanick kuliah di University of California dan mengambil jurusan teknik komputer. Di masa kuliah ini, dia turut mengerjakan proyek bernama Scour yang gunanya untuk berbagi file. Scour adalah mesin cari peer to peer yang cukup populer di zamannya.
Scour mendapat cukup banyak pendanaan dan Kalanick nekat berhenti kuliah demi fokus pada pekerjaannya di situ. Perusahaan ini berkembang cukup pesat, dibantu dengan tangan dingin Kalanick yang tugas utamanya membantu promosi Scour.
Tapi Scour dibenci para penyedia konten karena memungkinkan konsumen memiliki konten tanpa bayar. Akibatnya, Scour digugat USD 250 miliar. Akhirnya, Scour bangkrut. Tapi Kalanick tak menyerah. Tak lama berselang, dia membuat perusahaan baru bernama RedSwoosh. Fokus perusahaan ini adalah menghantarkan konten web pada user dengan biaya murah.
Sayang, perkembangan RedSwoosh tak seperti harapan. Tragedi terorisme 11 September 2001 membuat perkembangan perusahaan teknologi terhambat seiring lesunya ekonomi. Banyak pegawai keluar dan Kalanick putus asa. Redswoosh akhirnya dijual ke Akamai Technologies senilai USD 20 juta.(det-ed3)