Siapa Peduli? Dua Sungai di Tarutung Kritis

Dua sungai 'besar' yang mengalir di Kota Tarutung saat ini dalam kondisi kritis. Sampai sekarang, kondisi ini tercermin tidak mendapat perhatian dari pemangku kepentingan, terutama Balai Wilayah Sungai dan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara.

topmetro.news – Dua sungai ‘besar’ yang mengalir di Kota Tarutung saat ini dalam kondisi kritis. Sampai sekarang, kondisi ini tercermin tidak mendapat perhatian dari pemangku kepentingan, terutama Balai Wilayah Sungai dan Dinas Kehutanan Provinsi Sumatera Utara.

Tapi siapa peduli…???

Pendapat itu disampaikan anggota Fraksi Partai Golkar DPRD Taput Joni Tombang Marbun SE, Rabu (13/7/2022).

Kata Joni Tombang, kedua sungai itu, Aek Sigeaon dan Aek Situmandi memiliki peran penting untuk pengairan sawah dan lingkungan hidup di Kota Tarutung.

Dari pengamatannya, permukaan dan debit air kedua sungai itu terus menurun dari hari ke hari.

“Kejadian ini merupakan akibat perbuatan manusia. Ada kegiatan di hulu dan di hilir yang jelas merusak ekosistem yang berdampak pada kelestarian sungai. Di hulu sungai terjadi perambahan hutan yang tidak diikuti reboisasi. Sementara dihilir terjadi pengerukan pasir besar besaran. Seharusnya, semua pihak termasuk masyarakat harus prihatin atas kondisi sungai ini,” ujar Marbun.

Ia pun menegaskan, sudah saatnya pemerintah provinsi dan Pemkab Taput berkoordinasi untuk mengatasi dan memperbaiki kerusakan kedua sungai itu.

Tidak Didengar

Lebih lanjut Joni Marbun mengatakan, Komisi B DPRD Taput sudah pernah menyuarakan kondisi sungai ini kepada Kementerian PUPR RI di Jakarta. Tetapi suara mereka itu belum diakomodir.

“Kita sudah sampai permasalahan ini ke PUPR RI. Tetapi nampaknya suara kita itu tidak didengar,” ujarnya dan menambahkan, masalah kedua sungai itu sudah masalah serius yang perlu penanganan segera.

“Hal ini juga sudah disampaikan dalam rapat rapat di DPRD Taput. Bahkan sudah pernah saya usulkan membentuk Pansus Aek Sigeaon melibatkan OPD terkait di Pemkab Taput,” sebutnya.

Perubahan Hutan

Joni Tombang Marbun juga merasa prihatin atas penebangan hutan alam secara masiff di hulu Sungai Sigeaon sejak puluhan tahun lalu. Yang kemudian berganti dengan Pohon Ekaliptus yang rakus air dan tidak menyimpan air tanah.

Berubahnya ribuan hektar hutan alam menjadi konsesi perkebunan Ekaliptus, membuat sumber air tanah di kawasan hulu Sungai Sigeaon dari waktu ke waktu semakin berkurang.

“Perubahan itu diakui oleh masyarakat Kecamatan Parmonangan yang menyebut sungai yang mengalir di kawasan itu debit airnya juga menurun,” sebut Marbun.

Ia menambahkan, banyak warga masyarakat yang memanfaatkan lahan bekas penebangan hutan Pinus menjadi lahan pertanian kering.

“Seyogyanya hutan Pinus itu harus dihutankan kembali dengan tanaman pohon buah yang berfungsi untuk memperbaiki lahan dan bernilai ekonomis. Tetapi kenyataannya, sangat jarang orang yang peduli pada lingkungan hidup,” ujarnya.

Penambangan Pasir

Salah satu kegiatan masyarakat yang merusak Sungai Sigeaon dan Sungai Situmandi adalah eksplorasi (penambangan) pasir secara besar-besaran di hilir kedua sungai itu.

“Penambangan pasir dengan menggunakan mesin sudah berlangsung puluhan tahun di hilir sungai. Sekarang, kedua sungai ini cenderung tidak berpasir lagi. Hal ini mengakibatkan arus sungai menjadi deras dan berpotensi menggurus tebing dan dasar sungai,” urainya.

“Semua pihak harus mau mengakui kegiatan penambangan pasir yang berlebihan itu sangat berbahaya untuk kelestarian kedua sungai dan lingkungan Kota Tarutung,” tegasnya.

Solusi Pemkab Taput

Bupati Tapanuli Utara Drs Nikson Nababan MSi, kepada wartawan menyebutkan, gejala kerusakan Sungai Situmandi dan terutama Sungai Sigeaon sudah terpantau beberapa tahun lalu. Untuk mencari solusi nya, instansi terkait terutama Dinas PUPR telah melakukan survei.

“Dari hasil survei itulah kami membuat program rehabilitasi sungai yang diusulkan kepada Kementerian PUPR RI di Jakarta. Di antaranya pembangunan bendungan multifungsi” ujar Bupati.

Ia pun berharap bendungan itu bisa menjadi salah satu ikon wisata sungai di Kota Tarutung.

“Kita sudah melakukan lobi-lobi ke Badan Wilayah Sungai di Provinsi dan di Kementerian PUPR dan menyampaikan proposal yang rinci. Bahkan kepada putra daerah yang ada di DPR RI,” sebut Bupati.

reporter | Jansen Simanjuntak

Related posts

Leave a Comment