Menghidupkan Kembali Jalur Kereta Api Trans Sumatera, Transportasi Jadi Murah dan Ekonomi Meningkat

Zaman era kolonial dulu, angkutan kereta api dibangun secara besar-besaran. Baik untuk tujuan dagang maupun militer. Pembangunan jalur transportasi kereta api ini mulai dari Tanah Deli hingga Rantauprapat yang hingga kini masih berfungsi.

topmetro.news – Zaman era kolonial dulu, angkutan kereta api dibangun secara besar-besaran. Baik untuk tujuan dagang maupun militer. Pembangunan jalur transportasi kereta api ini mulai dari Tanah Deli hingga Rantauprapat yang hingga kini masih berfungsi.

Awalnya pembangunan jalur kereta ini sebagai transportasi bahan-bahan hasil perkebunan.

Melihat pembangunan ini, ternyata sejak Zaman Kolonial dahulu telah ada rencana pembangunan jalur kereta api dari Rantauprapat hingga Padangsidimpuan. Bahkan hingga ke Sumatera Barat. Hal ini dibuktikan dengan ditemukannya peta yang diterbitkan tahun 1925 oleh Pemerintah Hindia Belanda.

Menurut Staff Khusus Bupati Mandailing Natal Irwan Hamdani Daulay, dengan ditemukannya peta masterplan pembangunan jalur kereta api ini, bisa kembali dikaji dan dikembangkan. Hal ini dilihat dari kebutuhan saat ini dan di masa depan.

“Untuk wilayah Tapanuli Bagian Selatan pembangunan jalur kereta api ini perlu dikaji dan dikembangkan. Jalur ini bisa menghubungkan Pantai Barat dan Pantai Timur Sumatera. Sehingga dengan adanya jelur kereta api ini akan meningkatkan perekonomian di kawasan tersebut,” ungkap Irwan kepada topmetro.news, Sabtu (26/11/2022).

Irwan menjelaskan dari sisi geografis, beberapa kawasan seperti di Padang Lawas Utara (Paluta) dan Padang Lawas (Palas) dibutuhkan transportasi hemat untuk pengangkutan CPO dan hasil-hasil perkebunan lainnya.

“Khusus untuk kawasan Mandailing Natal, dengan adanya jalur kereta api maka akan membuka keterisolasian kawasan di pantai. Ada sekitar 170 km kawasan di sekitaran Pantai Barat yang memiliki potensi sumber daya alam dan keindahan pantainya,” tegas Irwan.

Mantan dosen Unimed ini juga menambahkan adanya jalur kereta api di kawasan Mandailing Natal dapat menambah nilai ekonomi kawasan perkebunan sawit di Pantai Barat yang mencapai 160.000 ha. Ia juga menilai, dengan sedikit perubahan dari master plan Pemerintah Hindia Belanda yang menghubungkan Padangsidimpuan hingga Padang, Sumatera Barat, maka secara ekonomi akan memberikan dampak yang cukup maksimal.

“Jalur kereta api dari Padangsidimpuan ini akan berintegrasi dengan Bandara Malintang, yang rencana akan selesai tahun 2024. Kemudian dihubungkan ke jalur Pantai Barat Singkuang, Kecamatan Muara Batang Natal. Setelah itu, dari Singkuang disambungkan ke kawasan Tabayung dan Pelabuhan Ketek di Batahan, yang direncanakan menjadi Kawasan Ekonomi Khusus, kemudian dihubungkan hingga Stasiun Pariaman, sesuai dengan master plan zaman Hindia Belanda,” tuturnya.

Kolaborasi Pemda

Peta yang diterbitkan tahun 1925 oleh Pemerintah Hindia Belanda | topmetro.news
Peta yang diterbitkan tahun 1925 oleh Pemerintah Hindia Belanda | topmetro.news

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Melihat potensi ini, Irwan menegaskan untuk mewujudkan ini dibutuhkan kerjasama beberapa pemerintah daerah. Mulai dari Pemerintah Kabupaten Mandailing Natal, Pemerintah Kotamadya Padangsidimpuan, Pemerintah Kabupaten Labuhanbatu, dan Pemerintah Kabupaten Labuhan Batu Selatan.

Kemudian Pemerintah Kabupaten Paluta, Kabupaten Palas, Pemerintah Kabupaten Agam, Pemerintah Kabupaten Pasaman Barat, dan Pemerintah Kotamadya Pariaman.

“Para bupati dari beberapa kabupaten tersebut harus duduk satu meja dan membahas jalur kereta api yang menghubungkan dua provinsi ini. Bahkan Gubernur Sumut dan Gubernur Sumbar juga harus dilibatkan. Biayanya juga diperlukan sekitar Rp28 triliun dengan panjang jalur kereta api sekita 700 km,” ungkapnya.

Irwan menilai, jika proyek ini terlaksana, maka transportasi murah, aman dan efisien akan terwujud. Bahkan, akan memberikan dampak peningkatan ekonomi yang cukup besar. Proyek ini juga layak dijadikan proyek strategis nasional.

reporter | Jeffry Barata Lubis

Related posts

Leave a Comment