topmetro.news – Riwayat Mohammad Firdaus Barus yang dikenal banyak warga dengan panggilan Uus ataupun Barus, kini tinggal kenangan usai meregang nyawa di ujung tikaman pisau belati yang sengaja ditusukkan oleh Muhammad Riski alias Puyul, pada Senin 22 April 2024, persis 3 bulan yang silam.
Hal itu tergambar jelas dari reka adegan ulang dalam rekonstruksi pembunuhan
terhadap Mohammad Firdaus Barus alias Uus yang digelar oleh Satuan Reserse Kriminal (Sat Reskrim) Polres Batu Bara di halaman Mapolres tersebut, yang dipimpin langsung oleh Kasat Reskrim Polres Batu Bara AKP Dr Enande Hatorangan Daulay SH MH, Rabu (24/7/2024).
Rekonstruksi sendiri diperagakan dalam 13 adegan, dan diawali dengan adegan pertemuan antara korban Mohammad Firdaus Barus alias Uus yang kala itu sama-sama begadang pada satu lokasi pesta dengan tersangka (TSK) pelaku penganiayaan hingga menjadi penyebab tiadanya Uus, yakni Muhammad Rizki alias Puyul, (Senin 22 April 2024) sekira pukul 03.00 WIB.
Sejurus tak ada angin dan hujan alias tanpa sebab apapun, tiba-tiba saja korban Uus menendang bagian wajah tersangka Puyul. Dan begitu dirinya ditendang korban Uus, lantas spontan tersangka Puyul sebagai pelaku penikaman bertanya, “Apa salahku, kenapa kau tendang mukaku.”
Kemudian Uus menjawab, “Ngapai kau ketawai aku?” Lalu tersangka kemudian membalas pertanyaan dengan mengatakan, “Siapa yang mengetawai kau?”
Seterusnya ketegangan dan perdebatan semakin sengit antar korban dengan tersangka terus berlangsung, sebelum akhirnya korban langsung membalas dengan cara memukul wajah tersangka. Dalam reka adegan, tersangka mengatakan kepada korban bahwa dia bukanlah imbang korban karena postur badan tersangka yang lebih kecil dari korban.
Mungkin karena merasa jengkel dengan perkataan tersangka, kemudian korban menjawab agar dicarikan imbang. “Kau carikan lah aku imbang, siapa pun jadi,” bilang Uus sebelum ia terkapar meregang nyawa.
Selanjutnya tersangka pergi meninggalkan tempat terjadinya keributan dengan hati tak senang dan perasaan penuh emosi. Puyul pun segera pulang ke rumahnya sembari berteriak memanggil serta membangunkan ayah kandungnya Bahyar alias Belanda, yang pagi dini hari itu masih tengah lelap tertidur.
Usai ayahnya terbangun, lantas tersangka mengadukan bahwa wajahnya telah ditendang dan dipukuli oleh Uus. Bahkan tersangka berusaha memprovokasi ayahnya dengan mengatakan kalau korban minta dicarikan imbang.
Sampailah pada peragaan adegan 3, tersangka Bahyar alias Belanda bersama Puyul pada dini hari saat itu juga keluar sambil membawa sebilah pisau yang dipegang oleh Puyul.
Keduanya pun tampak sama-sama bergerak mencari korban sampai ke depan rumahnya. Namun setibanya kedua tersangka, ayah dan anak tersebut. Mereka hanya duduk diam saja, kemudian beberapa saat jalan mondar mandir seraya menunggu korban nanti akan keluar dari dalam rumahnya.
Akan tetapi karena sudah satu setengah jam menunggu dan sosok korban tidak kunjung juga keluar dari rumah akhirnya kedua tersangka pun sepakat untuk pulang ke rumah mereka.
Kemudian pada pagi harinya, Senin 22 April 2024 sekitar pukul 08.00 WIB, Belanda sengaja sarapan di warung sambil kembali menunggu korban keluar dari dalam rumahnya.
Belanda sendiri disebutkan sempat menunggu korban hingga tengah hari dan balik lagi sekira pukul 16.00 WIB, dengan mengambil posisi duduk di warung itu lagi, sambil mengintai korban keluar dari rumahnya.
Sekitar setengah jam kemudian, barulah terlihat korban keluar dari rumahnya melalui gang samping ia berjalan kaki seorang diri hendak menuju tangkahan ikan.
Melihat korban muncul, tersangka Belanda pun membangunkan anaknya Muhamnad Riski. Sesudah diberitahu ayahnya, tersangka Muhammad Riski bergegas mengambil sembilah pisau dan menyelipkannya didalam kantong celana. Dan keduanya mengikuti korban yang saat itu tengah berjalan menuju tangkahan.
Setelah dekat dengan korban, tersangka Puyul mengeluarkan pisau yang dibawanya. Seorang warga yang memergoki tersangka mengeluarkan pisau, sempat berteriak mengatakan kalau Puyul membawa pisau belati. Mendengar teriakan warga, korban sendiri sempat menoleh kebelakang sebelum ia berusaha ingin melarikan diri.
Na’asnya, baru lari sekitar 3 meter. Korban pun jatuh dengan posisi terlentang, sehingga kesempatan itu digunakan tersangka Belanda langsung menduduki kedua kaki sembari memegang kedua tangan Uus. Di sisi lain, tersangka Puyul menuju sisi kanan korban sambil mencabut pisau yang dibawanya. kemudian seketika menusuk dada sebelah kiri korban sampai berulang kali.
Korban yang sudah terjepit berusaha memberikan perlawanan dengan cara melepaskan tangannya dari genggaman Belanda dan menangkap tangan tersangka Puyul. Mendapat perlawanan, membuat tersangka terus menekan pisaunya dan mengarahkan pisau tersebut ke arah tenggorokan korban.
Dan akhirnya ujung pisau tersebut tertancap ke dalam tenggorokan korban, hingga menjadi penyebab luka bolong yang membuat korban mengeluarkan kucuran darah segar, sebelum dia meninggal dunia di TKP.
reporter | Bimais Pasaribu