HARI-hari yang biasanya indah, tiba-tiba menjadi suram. Kehidupan yang sebenarnya cukup, menjadi terasa serba kurang. Semua hanya karena ucapan orang lain, yang sebenarnya tidak ada gunanya sama sekali, kecuali hanya nyinyir.
Saat ini di medsos, juga banyak postingan soal kehidupan artis yang serba berlebihan. Istri artis si Anu dapat uang belanja sekian ratus juta dari suaminya, si Anu merasa sedih karena hanya bisa ngasih 50 juta per hari kepada istrinya, dan lainnya, yang kemudian malah seolah jadi standar hidup kebanyakan.
Belum lagi Drama Korea yang nyaris semua penghuninya hidup di awang-awang. Yang demikian ini juga diharapkan harus terjadi di dunia nyata.
Tidak ketinggalan banyak orang mengaku ‘content creator’, bikin konten asal ada, yang hanya pamer keberadaan dan kehidupannya. Lalu memaksanakan, bahwa seolah itulah standar kehidupan. Kondisi ekonomi, maupun situasi keluarganya, yang misalnya nggak akur antara menantu dan mertua, malah dipaksakan, bahwa itu adalah kondisi lazim terjadi di mana-mana.
Akibatnya, banyak kaum ibu yang malah terganggu pikiran dan mental. Menganggap, bahwa memang benar, seperti harus itulah standar yang dijalankan.
Misalnya antara seorang perempuan dengan mertuanya. Hubungan dengan mertua perempuan, sebenarnya baik-baik saja. Namun akibat mendengar cerita si ‘content creator’ tadi, hubungan baik tadi malah seolah-olah selalu ada yang kurang. Pikiran curiga, dampak dari medsos, menjadi ‘makanan’ sehari-hari. Akibatnya sadar tidak sadar, dia pun bertingkah tidak wajar terhadap mertua. Lalu kemudian terjadi keretakan.
Ujungnya dia merasa jadi korban juga, sebagaimana yang dilihatnya pada postingan di medsos. Padahal, justeru postingan itu yang sebenarnya menjadi awal malapetaka.
Mindset yang menganggap bahwa semua video atau postingan di medsos adalah sebuah kebenaran, sungguh sudah meracuni pikiran banyak orang.
Sangat banyak lagi postingan atau konten di medsos, yang dianggap malah jadi standar kehidupan. Padahal lagi, semua manusia punya jalan kehidupan dan standar masing-masing dan banyak yang tidak menyadari hal ini. Dan kebanyakan pula perempuan yang kurang menyadari.
Penulis pernah membaca tulisan entah dari mana sumbernya, yang intinya menyebut, bahwa ucapan tak penting dari orang lain, bisa mendatangkan bencana bagi mereka yang tidak punya prinsip.
Berikut adalah kutipan tulisan tersebut:
1. Seorang bertanya kepada temannya, “Berapa gajimu sebulan kerja di toko itu?” Temannya menjawab, “1,5 juta Rupiah.”
“Cuma 1,5 juta Rupiah? Sedikit sekali ia menghargai keringatmu. Apa cukup untuk memenuhi kebutuhan hidupmu?”
Sejak saat itu temannya itu jadi membenci pekerjaannya. Lalu dia meminta kenaikan gaji pada pemilik toko. Pemilik toko menolak dan mem-PHK-nya. Kini temanmu malah tidak berpenghasilan dan jadi pengangguran.
2. Saat arisan seorang ibu bertanya, “Rumahmu ini apa tidak terlalu sempit? Bukankah anak-anakmu banyak?”
Rumah yang tadinya terasa lapang, sejak saat itu mulai dirasa sempit oleh penghuninya. Ketenangan pun hilang saat keluarga ini mulai terbelit hutang kala mencoba membeli rumah besar dengan cara kredit ke bank.
3. Saudara laki-lakinya bertanya saat kunjungan seminggu setelah adik perempuannya melahirkan, “Hadiah apa yang diberikan suamimu setelah engkau melahirkan?” “Tidak ada,” jawab adiknya pendek.
Saudara laki-lakinya berkata lagi, “Masa sih, apa engkau tidak berharga di sisinya? Aku bahkan sering memberi hadiah istriku walau tanpa alasan yang istimewa.”
Siang itu, ketika suaminya lelah pulang dari kantor menemukan istrinya merajuk di rumah, keduanya lalu terlibat pertengkaran. Sebulan kemudian, antara suami istri ini terjadi perceraian.
Dari mana sumber masalahnya? Dari kalimat sederhana yang diucapkan saudara laki-laki kepada adik perempuannya.
4. Seseorang bertanya pada kakek tua, “Berapa kali anakmu mengunjungimu dalam sebulan?” Si kakek menjawab, “Sebulan sekali.” Yang bertanya menimpali, “Wah keterlaluan sekali anak-anakmu itu. Di usia senjamu ini seharusnya mereka mengunjungimu lebih sering.”
Hati si kakek menjadi sempit. Padahal tadinya ia amat rela terhadap anak-anaknya. Ia jadi sering menangis dan ini memperburuk kesehatan dan kondisi badannya.
Apa sebenarnya keuntungan yang didapat ketika mengajukan pertanyaan-pertanyaan seperti di atas…? Sama sekali tidak ada, selain hanya merusak kebahagiaan orang lain.
Maka oleh karena itu, jagalah diri dan jangan mencampuri kehidupan orang lain. Jangan mengecilkan dunia mereka. Menanamkan rasa tak rela pada yang mereka miliki. Mengkritisi penghasilan dan keluarga mereka dan lain-lain.
Kita akan menjadi agen kerusakan di muka Bumi dengan cara ini. Bila ada bom yang meledak cobalah introspeksi diri, bisa jadi kitalah sebenarnya yang menyalakan sumbunya…
Semoga bermanfaat…