topmetro.news, Langkat – Manager Perkebunan Tebu Plat Merah Rayon A Kwala Madu Hari Situmorang yang disebut arogan karena memaki dan menuduh warga pencari rumput untuk pakan ternak di sekitar areal perkebunan tebu Karang Rejo sebagai pencuri, akhirnya membantah.
Kepada awak media, Hari Situmorang mengaku memang dirinya sempat marah dan menyampaikan larangan bagi siapa saja untuk mengarit di areal perkebunan tebu.
“Saya hanya melarang pencari rumput agar tidak mengarit di areal perkebunan tebu. Karena akhir-akhir ini, kami temukan ada tanaman baru tebu yang terlihat bekas babatan benda tajam. Jadi saya rasa wajar jika saya curiga kepada warga yang mengarit rumput saat Hari Sabtu (10/5/2025) yang beritanya viral itu,” terangnya.
Tapi, sambungnya, dia tidak ada mengeluarkan kata-kata kasar seperti memaki warga itu.
“Saya memang sempat marah dan curiga kalau warga pencari rumput kemarin itu, yang melakukan pembabatan batang tebu muda milik kebun. Tindakan saya membongkar rumput yang diarit itu hanya untuk memastikan ada atau tidak mereka sengaja mengarit batang tebu muda itu. Makanya saya bilang mau bawa ke polsek. Ternyata memang mereka tidak ada memotong batang tanaman tebu,” paparnya.
Dalam kesempatan itu, Hari Situmorang mengucapkan permohonan maaf kepada warga yang jika sikap dan ucapannya terlihat kasar kepada warga Suka Makmur yang mengarit rumput pada Hari Sabtu (10/5/2025) kemarin.
“Dengan rendah hati, saya mengucapkan permohonan maaf kepada warga, khususnya para perternak yang ada di sekitar kebun Desa Karang Rejo dan Suka Makmur Kecamatan Binjai Kabupaten Langkat,” tuturnya.
Memang, sambung Hari Situmorang, ada larangan bagi warga yang tidak berkepentingan untuk memasuki areal perkebunan tebu. Termasuk warga yang mencari rumput untuk pakan ternak, terangnya.
Sebagaimana diberitakan sebelumnya, beberapa warga Desa Suka Makmur sedang mengarit rumput di sekitar jalan tanah areal perkebunan tebu di Karang Rejo. Warga kaget dan tidak terima dihardik dengan kasar oleh Manager Rayon A Kebun Kwala Madu bernama Hari Situmorang.
Bahkan kata mereka, Hari Situmorang menuding warga yang sedang mengarit rumput liar yang tumbuh subur di antara tepi parit dan jalan tanah kebun tebu yang tak terurus dan menuduh mereka sebagai pencuri tebu.
Padahal, warga Desa Suka Makmur yang menjadi korban makian dan dituduh sebagai pencuri tanaman bahan baku gula putih itu sudah menjelaskan, mereka bukan pencuri, tapi murni ngarit rumput untuk pakan ternak kambing mereka.
“Saat itu Sabtu, sekitar jam 11:14 WIB, kami warga (peternak) lagi ngarit di pinggiran parit dan sekitar jalan tanah berumput di sekitar kebun tebu. Tapi tidak ada tebu yang diarit. Tiba-tiba kami didatangi manager kebun tebu itu sambil maki-maki dan sempet dipaksa mau di bawa ke polsek. Manager itu langsung mengacak-acak rumput yang ada di atas becak. Padahal sudah dicek sama Beliau bahwasannya tidak ada apa-apa (tebu keras) di dalam becak. Namanya lagi ngarit rumput, ya yang ada cuma rumput-rumput liar buat pakan kambing. Kami cuma rakyat kecil yang mencari rumput untuk ternak kambing, kami bukan pencuri. Tapi manager itu terus menginterogasi kami seperti pencuri. Tolong, jangan persulit kami mencari rumput untuk pakan ternak,” ujar warga ketika itu.
reporter | Rudy Hartono