Amankan Takhta, 11 Pangeran Arab Saudi Ditangkap

Amankan Takhta, 11 Pangeran Arab Saudi Ditangkap

TOPMETRO.NEWS – Penangkapan besar-besaran dipimpin Putra Mahkota Kerajaan Arab Saudi, Mohammed bin Salman, Sabtu (4/11). Sekali ciduk, 11 pangeran, empat menteri yang masih menjabat, dan belasan eks anggota kabinet pemerintahan terjaring.

Pemberantasan korupsi jadi alasan penangkapan para elite. Namun, sejumlah analis beranggapan, itu adalah dalih menuju takhta.

“Pangeran Bin Salman mungkin berdalih ia tengah melawan korupsi. Namun, penangkapan terhadap menteri, eks anggota kabinet, dan para pangeran senior akan mengejutkan para pemerhati isu Arab, yang akan menganggap langkah itu sebagai sebuah konsolidasi kekuasaan,” kata David Ignatius, pemerhati politik asal Amerika Serikat sekaligus kolumnis untuk The Washington Post.

Salah satu figur ternama yang ditangkap Pangeran Alwaleed Bin Talal, cucu pendiri Saudi, Abdulaziz al-Saud, dan keponakan raja yang menjabat saat ini, Salman Bin Abdulaziz al-Saud.

Dengan bendera King Holding Company, Alwaleed, yang pernah masuk dalam daftar orang terkaya dunia versi Forbes itu, diketahui memiliki investasi di sejumlah perusahaan ternama asal Amerika Serikat. Sebut saja Twitter, Apple, News Corporation, Citigroup, hotel Four Seasons, Ratona Group, dan perusahaan layanan berbagi transportasi Lyft.

Ada satu nama lagi yang penangkapannya mengejutkan. Dialah Pangeran Miteb bin Abdullah, Kepala Garda Nasional Arab Saudi.

Ayah Pangeran Miteb merupakan almarhum Raja Abdullah, yang juga pernah memimpin Garda Nasional dan mengubahnya menjadi pasukan yang kuat dan bergengsi.

Tugas utama Garda Nasional melindungi Dinasti Al Saud yang berkuasa, mengamankan tempat-tempat suci yang penting di Mekah dan Madinah, juga ladang-ladang minyak yang membuat Arab Saudi dijuluki negara petrodolar.

Pangeran Miteb pernah dianggap sebagai pesaing takhta. Pelengserannya sebagai pimpinan Garda Nasional bahkan sudah dianggap sebagai upaya menyingkirkan rival terberat sang putra mahkota.

Penggulingan Pangeran Miteb hanya tiga bulan setelah Pangeran Mohammed bin Nayef disingkirkan dari garis suksesi sekaligus dari jabatannya sebagai menteri dalam negeri. Sebelumnya, dialah yang menyandang gelar putra mahkota.

Usai dua pangeran tersingkir, kendali bidang keamanan kini ada di tangan Putra Mahkota Mohammed bin Salman.

Hanya dalam dua tahun, Mohammed bin Salman menjelma jadi sosok sentral. Tak hanya berstatus putra mahkota, dia juga menjabat sebagai wakil perdana menteri–di bawah sang ayah yang juga menjabat sebagai PM–dan menteri pertahanan. Semua posisi bergengsi itu didapatnya di usia muda, yakni 32 tahun.

Seperti dikutip dari The New York Times, kekuasaannya yang menggurita tentu saja memicu resistensi di dalam maupun luar keluarga kerajaan. Pengangkatan Mohammed bin Salman sebagai putra mahkota bahkan tak disetujui secara bulat oleh para bangsawan. Ia melewati sekitar 36 pangeran lain yang dianggap mampu memerintah Arab Saudi.

Dalam sistem suksesi Arab Saudi, kekuasaan diberikan secara bergiliran antara anak-anak dan keturunan pendiri kerajaan, Raja Abdulaziz atau Ibn Saud sejak kematiannya pada 1953.

Itu mengapa, pemilihan raja Arab Saudi dilakukan dengan mengedepankan primus inter pares alias musyawarah daripada monarki absolut.

Namun, sejarah mencatat, dua raja dilengserkan secara paksa. Raja Saud bin Abdulaziz al Saud digulingkan pada 1964. Sementara, Raja Faisal bin Abdul Aziz dibunuh keponakannya sendiri. Itu artinya, sistem suksesi yang mengedepankan stabilitas “boleh” dilanggar.

Sejumlah dugaan menyebut, Raja Salman yang kini berusia 81 tahun bisa jadi mundur dalam waktu dekat, dengan alasan kesehatan. Atau, ia bisa saja mangkat.

Manuver Mohammed bin Salman diduga untuk memuluskan jalannya menuju takhta. Bisa jadi, ia ingin menyingkirkan bibit-bibit perlawanan.

“Sang pangeran muda hendak menggenggam kekuatan eksekutif itu secara agresif demi mendorong agendanya,” ucap David Ignatius seperti disiarkan liputan6. (tmn)

 

Related posts

Leave a Comment