Pentolan ISIS Asal Indonesia Dikabarkan Tewas

Dituding Korupsi Biaya Operasional

 

TOPMETRO.NEWS – Bahrumsyah alias Abu Muhammad al Indonesi yang merupakan Pentolan kelompok teroris ISIS dilaporkan tewas dalam aksi bom bunuh diri untuk tentara Suriah yang gagal Senin (13/2). Bahrumsyah merupakan WNI yang menjadi komandan pasukan ISIS asal Asia Tenggara atau disebut Katibah Nusantara.

Seperti dikabarkan detik sesaat lalu, Bahrumsyah jadi koordinator pengajian oleh Aman Abdurrahman alias Oman. Bahrumsyah pernah menjadi mahasiswa Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah, Jakarta ini juga menerbitkan tulisan-tulisan Oman melalui percetakannya.

Bahrumsyah bersama seorang rekannya bernama Fachry lantas membentuk Forum Aktivis Syariat Islam (Faksi), yang isinya sebagian besar merupakan murid Oman. Di sinilah Abu Jandal, yang mempunyai nama asli Salim Mubarok at-Tamimi dari Malang, Jawa Timur, bergabung. Juga Siswanto dari Pondok Pesantren Al-Amin, Lamongan, serta aktivis JAT Iskandar Abu Qutaibah dari Bima, Nusa Tenggara Barat.

Bahrumsyah diketahui merupakan anggota ISIS asal Indonesia yang menjadi pelopor Katibah Nusantara bersama Rosikien Nur. Jumlah personel pasukan ini diperkirakan 100 orang pada saat keduanya bergabung.

Namun kepemimpinan Bahrumsyah di Katibah Nusantara tidak berjalan mulus. Kelompok pasukan ini mengalami perpecahan internal. Seorang pentolan ISIS Indonesia dari Malang, Jawa Timur, Salim Mubarak at-Tamimi alias Abu Jandal al-Yemeni al-Indunisy, menuding Bahrumsyah korupsi uang operasional pasukan.

Markas pusat memberi mereka biaya operasional untuk tiap pejuang sebesar 700 pound Suriah atau Rp 50 ribu tiap hari. Namun uang itu tidak disalurkan oleh Bahrumsyah.

April 2015, Abu Jandal mengajak beberapa personel asal Surabaya, Lamongan, Malang, Solo, dan Bekasi ke Ash-Shaddadi, Suriah, untuk mengadukan perbuatan Bahrumsyah kepada Komite Syariah Provinsi. Ia mendesak agar Bahrumsyah diganti.

Aduan itu juga terkait dengan kesewenang-wenangan Bahrumsyah menuding pihak yang tidak sepaham sebagai kafir. Perangai Bahrumsyah itu diduga dipengaruhi mertua dari istri keempatnya bernama Muhammad Agus Supriadi alias Abu Hamzah asal Depok, Jawa Barat.

Abu Hamzah tercatat sebagai anggota Firqoh Abu Hamzah (FAH) sebelum bergabung dengan ISIS. Kelompok ini merupakan sempalan dari Lembaga Dakwah Islam Indonesia (LDII).

Aturan FAH pun hanya tegas ketika diberlakukan terhadap orang-orang yang tidak sepaham, dianggap kafir. Anehnya, mereka tidak mewajibkan salat Jumat dan melarang beribadah haji ke Mekah, Arab Saudi, sebelum khilafah berdiri.

Namun, tidak dinyana, Komite Syariah menolak aduan Abu Jandal. Malah ia ditahan selama satu bulan karena dianggap memecah belah Katibah Nusantara.

Keputusan Komite Syariah ini menuai kekecewaan pasukan asal Indonesia dari kubu Abu Jandal. Mereka pun hengkang dari Katibah Nusantara dan membentuk kesatuan sendiri bernama Katibah Masyaariq, yang berpusat di Homs, kota di wilayah barat Suriah.

Perpecahan ini membuat Bahrumsyah mengadu kepada Aman Abdurrahman dan Abu Bakar Ba’asyir melalui surat. Sikap kedua ustad ini pun mengecewakannya. Keduanya mempermasalahkan pengaruh Abu Hamzah. Malah Ba’asyir mewanti-wanti Bahrumsyah akan adanya intel Indonesia yang menyusup ke Katibah Nusantara dengan kedok LDII.

Kepemimpinan Katibah pun tidak hanya pecah menjadi dua. Satu pendukung ISIS asal Indonesia, Bahrun Naim, juga memainkan keberpihakan sendiri dengan bersikap netral. Bahrun memutuskan pindah ke Raqqah, kemudian Manbij, tempat berkumpul pasukan ISIS asal Eropa.

Perpecahan itu menyebabkan penyaluran simpatisan ISIS ke Suriah terpecah menjadi tiga jalur: Bahrumsyah, Abu Jandal, serta Bahrun Naim, yang datang ke Suriah paling akhir. Selain itu, mereka bersaing untuk menunjukkan keunggulan masing-masing dengan cara melancarkan operasi di kampung halaman, Indonesia.

Berdasarkan perkiraan polisi dan BNPT, teror di Jalan Thamrin, Jakarta, pada Kamis, 14 Januari 2016, turut dikomandoi oleh Katibah Nusantara. Mereka menuding komando tersebut berasal dari Bahrun.

Namun tudingan itu dibantah Bahrun melalui rekaman yang tersebar melalui Internet. Ia mengaku tidak tahu-menahu atas serangan yang terjadi di dekat Mal Sarinah itu. Apalagi soal komunikasi pemberian perintah.

“La wong saya jarang online, dikira komunikasi, komunikasi dari Hong Kong apa?” katanya.

IPAC menyebutkan, Bahrumsyah dan Bahrun Naim sudah mempunyai plot masing-masing di Indonesia, tapi tidak termasuk serangan di Jalan Thamrin. Bahrumsyah sudah mengorder Hendro Fernando untuk menyalurkan sejumlah uang ke Mujahidin Indonesia Timur pimpinan Santoso.(dt/editor3)

Related posts

Leave a Comment