Dosen Pertanian Nommensen Pertahankan Disertasi S3 di USU

topmetro.news – Salah satu dosen Fakultas Pertanian Universitas HKBP Nommensen (UHN) Medan, Dr Ir Hotman Manurung MS, mempertahankan disertasi di S3 Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan USU. Tentang ekstraksi minyak dari serat mesokarp kelapa sawit untuk menghasilkan konsentrat karotenoid dan nanoemulsi sebagai pewarna alami pangan.

Disertasi itu diuji di depan para penguji, Promotor Prof Dr Jansen Silalhi, Co Promotor Dr Ir Donald Siahaan dan Prof Dr elisa Julianti. Sedangkan penguji adalah Prof Dr Setiati Pandia, Dr Delvian SP MP, dan Prof Drs Manihar Situmorang MSc PhD, di Ruang IMGT USU, Selasa (10/4/2017).

Dr Ir Hotman Manurung memberikan paparan bahwa pabrik minyak kelapa sawit (PKS) menghasilkan residu tandan kosong sawit (TKS). Juga serat mesokarp sawit (SMS), dan limbah cair yang masih mengandung minyak dan karotenoid. Akan tetapi PKS menggunakan TKS dan SMS hanya sebagai bahan bakar. Sehingga mengakibatkan minyak dan karotenoid hilang dengan sia-sia dan menimbulkan gas rumah kaca (GRK).

Penelitian Empat Tahap

Tujuan penelitian adalah untuk mengekstraksi minyak dari residu PKS yang dimanfaatkan untuk menghasilkan produk konsentrat karotenoid dan produk nanoemulsi sebagai pewarna alami pangan. Hotman Manurung mengatakan lagi, penelitian dilaksanakan dengan empat tahap yaitu 1) Penentuan kuantitas dan kualitas minyak limbah, 2) Pembuatan konsentrat karotenoid, 3) Pembuatan nanoemulsi, dan 4) Applikasi nanoemulsi sebagai pewarna dan sumber karotenoid pada mie kering dan permen jeli.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa kuantitas dan kualitas minyak SMS lebih tinggi dibandingkan dengan minyak TKS dan minyak limbah cair: Kadar minyak SMS sebesar 3,91% dengan rendemen maserasi 3,47%. Sedangkan kadar minyak TKS sebesar 2,86% dengan rendemen maserasi 2,26%. Kadar minyak limbah cair 0,31% tetapi dengan maserasi limbah cair tidak menghasilkan minyak.

“Kadar karotenoid minyak SMS sebesar 2.305 ppm, DOBI (deteriosation of bleaching index) 3,49 dan ALB (asam lemak bebas) sebesar 9,68%,” tegas Hotman Manurung lagi.

Dia mengatakan, hasil penelitian disimpulkan bahwa minyak SMS lebih potensial dimanfaatkan untuk menghasilkan konsentrat karotenoid dan nanoemulsi yang digunakan sebagai pewarna mi kering dan permen jeli dibandingkan minyak TKS. Konsentrat karotenoid minyak SMS mengandung karotenoid sebesar 302.442ppm dengan DOBI 5,74. Nanoemulsi yang terbaik dihasilkan dari kombinasi perlakuan perbandingan minyak dengan air 20:80(b/b) dengan emulsifier tween 80 5% pada tekanan 500 bar dengan karakteristik nanoemulsi: Zave 156 nm, PDI (polidiversitas index) 0,170 dan Zeta potensial -21,30mV, serta paling stabil sampai pada penyimpanan beku selama 16 hari.

Tingkat Kesukaan Warna

Aplikasi nanoemulsi minyak SMS sebagai pewarna dapat meningkatkan tingkat kesukaan warna mi dan permen jeli dari tidak suka menjadi suka. Mi kering yang diaplikasikan dengan 10% nanoemulsi minyak SMS dapat diklaim sebagai pangan berkarotenoid tinggi. Berdasarkan uji kuantitas dan kualitas minyak TKS dan SMS, maka minyak SMS sangat potensial digunakan sebagai pewarna alami pangan dan sumber karotenoid. Efek reduksi emisi GRK(Gas rumah kaca) dari SMS setelah dilakukan maserasi dapat mencapai 88,77%.

Di akhir paparannya, Dr Ir Hotman Manurung MS mengatakan bahwa penggunaan residu SMS sebagai bahan bakar di PKS sebaiknya dilakukan ekstraksi terlebih dahulu. Gunanya untuk memperoleh minyak yang kaya karetenoid dan nilai dobi yang tinggi serta dapat mereduksi emisi GRK. Kemudian minyak SMS dapat digunakankan untuk menghasilkan produk konsetrat karotenoid dan nanoemulsi untuk pewarna sari kering dan permen jeli.
“Dan aplikasi nanoemulsi SMS sebagai pewarna mikering dilakukan pada konsentrasi 10%,” sebut Dr Ir Hotman Manurung. (TM-RAJA)

Related posts

Leave a Comment