Cangkang Kelapa Sawit Berpotensi Tambah Devisa, Kata APCASI

cangkang kelapa sawit

Topmetro.News – Cangkang kelapa sawit masih berpotensi untuk menambah penerimaan devisa negara. Penilaian potensi itu diungkapkan Asosiasi Pengusaha Cangkang Sawit Indonesia (APCASI) yang menegaskan penguatan nilai Dolar AS atas Rupiah menjadi peluang bagi Indonesia untuk meraih devisa dari ekspor cangkang kelapa sawit.

“Sedikitnya ada 30 persen limbah berupa cangkang kelapa sawit yang belum bisa diekspor, padahal berpotensi menjadi Dolar,” kata Dikki Akhmar, Ketua APCASI, Senin (10/9/2018).

Cangkang Kelapa Sawit Diminati Pasar Asia

Dia menjelaskan cangkang kelapa sawit sebagai sumber bioenergi kini sangat diminati dan dibutuhkan di pasar Asia, terutama negara Jepang dan Thailand.

“Kebutuhan dalam negeri hanya 40 sampai 50 persen. Itupun terbatas untuk industri CPO nya sendiri, sedangkan untuk kebutuhan industri lain masih sangat minim, ada peluang besar untuk ekspor.”

Hambatan ekspor, menurut dia, salah satunya biaya pajak dan pungutan cangkang sawit yang masih tinggi sehingga total menjadi 17 Dolar AS per metrik ton. Dengan begitu, sambung dia, hampir 30 persen cangkang sawit di beberapa daerah tidak bisa diekspor dan hanya menjadi limbah yang tidak produktif.

Biaya mengumpulkan limbah dari wilayah terpencil menjadikan cangkang kelapa sawit biaya logistik tinggi, akibatnya marjin keuntungan ekpotir sangat kecil.

Sumbang Devisa 30 Juta Dolar AS

Hingga 2017, jelas Dikki Akhmar, volume eskpor cangkang sawit mencapai 1,8 juta ton dengan nilai devisa 30,6 juta Dolar AS. “Kami yakin jika pajak ekspor (PE) diturunkan menjadi 3 Dolar AS dan pungutan sawit juga hanya 3 Dolar AS, sehingga total biaya ekspor 6 Dolar AS, maka volume ekspor dapat kami tingkatkan menjadi 2,5-3 juta ton per tahun,” katanya.

Ketua APCASI ini menilai, masih belum seimbang dengan pendapatan devisa saat pajak masih di angka 17 Dolar AS, namun ada nilai intangible seperti peningkatan penggunaan energi ramah lingkungan, berkurangnya penanganan limbah yang tidak produktif, serta peningkatan ekonomi masyarakat di daerah terpencil.

“Meningkatnya volume ekspor memberi efek domino pada ekonomi masyarakat daerah perifer secara signifikan seperti bisnis angkutan, tenaga buruh pelabuhan dan tenaga pengumpul.”

Katanya pula, cangkang sawit ini sudah punya harga standar internasional yang diterbitkan Argus Media International Corp, sama seperti batubara, sehingga eksportir bisa menentukan harga sendiri.(*)

Related posts

Leave a Comment