Disbupar Sumut Komit Lestarikan Cagar Budaya di Barus

Dinas Kebudayaan dan Parawisata

Topmetro News – Dinas Kebudayaan dan Pariwisata (Disbupar) Provinsi Sumatera Utara terus melakukan inovasi untuk menunjang wisatawan manca negara maupun lokal.

Salah satunya di Kota Barus, Kabupaten Tapanuli Tengah, Sumatera Utara. Wilayah yang berada di pantai barat Sumatera ini menyimpan banyak peradaban sejarah nasional. Dengan luas tiga hektar, Kota Barus disebut-sebut kota Islam pertama di Indonesia.

Warisan budaya ini juga menjadi salah satu destinasi wisata Sumatera Utara yang menjadi tujuan wisatawan mancanegara. Seperti situs Makam Mahligai yang berasal dari “Mahligai” yang sama artinya dengan istana kecil.

Makam Mahligai berada Desa Aek Dakka, terletak diatas bukit. Tuan Syekh Siddik adalah pendirii dari istana kecil tersebut, dan makamnya juga berada di pemakaman Mahligai. Selain itu, terdapat juga kuburan-kuburan tua dengan jumlah batu nisan yang cukup banyak.

Dinas Kebudayaan dan Parawisata

Salah satunya batu nisan dengan nama Tuan Syekh Rukunuddin. Diatas batu nisan tersebut tertulis beliau wafat dalam usia 102 tahun 2 bulan 10 hari. Batu nisan aslinya kini berada di Museum Negeri Provinsi Sumatera Utara, Kota Medan.

Selain catatan yang ada di batu nisan Syekh Rukunuddin, banyak lagi faktor lain yang memperkuat anggapan dan keyakinan terebut mulai dari daerah bukit di Desa Lobu Tua hingga menjurus ke utara. Hal tersebut diperkuat melalui penelitian yang dilakukan para ahli seperti Prof OW Walters dari Amerika, Prof Wan Azis dari Malaysia, Drs Hasan Muarif Ambari dari Jakarta, dan Abdullah Abbas Nasution pengarang sejarah dari Malaysia.

Bukan hanya itu, Kota Barus juga banyak meyimpan sumber daya alam yang berlimpah. Seperti pohon kapur, kayu gaharu, kayu cendana, kayu sapan, kemenyan, cengkeh, pala, dan lain sebagainya.

Tempat Perburuan Hasil Bumi Oleh Bangsa Luar

Pada zamannya, Kota Barus menjadi tempat perburuan kapur oleh bangsa Afrika. Kapur ini dibuat sebagai bahan pengawet jasad Firaun (mumi). Bukan itu saja, kapur juga dijadikan sebagai memanaskan badan pada musim dingin.

Bukan hanya Afrika, bangsa mulai dari benua Asia hingga Eropa juga menempuh perjalanan berbulan-bulan untuk sampai ke Kota Barus. Kalifah-kalifah ini membawa hasil bumi di Kota Barus seperti kapur barus, rotan, dan lain-lain untuk diperdagangkan di negaranya.

Dari semua itu, pedagang Arab lah yang menjadi Kota Barus primadona hasil bumi untuk mereka perdagangkan kembali di negerinya. Pada pedagang Arab ini bukan hanya satu dua, melainkan berbondong-bondong berlayar dengan kapal yang lumayan besar datang ke Barus.

Kepala Dinas Kebudayaan dan Parawisata (Disbupar) Provinsi Sumatera Utara, Hidayati mengatakan, dalam sejarah kita mengetahui bahwa Kota Barus adalah banyak menyimpan warisan budaya yang tak terhingga.

“Kita komitmen akan melestarikan warisan Budaya di Sumatera Utara. Inikan salah satu cagar budaya yang menjadi kebanggaan masyarakat Sumatera Utara. Kita harus lestarikan untuk meningkatkan harkat dan martabat masyarakat dan meningkatkan wisatawan,” kata Hidayati, pada Selasa (11/12/2018).

Hidyati menuturkan, pelestarian yang dilakuan Disbupar Provinsi Sumut ini juga mengacu pada undang-undang Benda Cagar Budaya No 11 Tahun 2010, UU No 5 tahun 1992 PP No. Tahun 1993 tentang pelaksanaan UU No 5 Tahun 1992.

Warisan Sejarah

“Kita harus menjaga dan melestarikan benda dan cagar budaya. Agar warisan budaya ini menjadi sejarah yang tidak terlupakan. di Kota Barus ini beberapa hal kita lakukan seperti pembuatan pagar yang tujuannya agar makam tetap terjaga dan terawat,” ungkapnya.

Penulis: Rizal

Related posts

Leave a Comment