Rizal Ramli: Rakyat Ingin Menu yang Berbeda

kebijakan impor pangan

topmetro.news – Dua calon presiden yang berlaga dalam Pilpres 2019 diminta untuk menawarkan menu yang berbeda di meja makan Rakyat Indonesia. Sedangkan kebijakan impor pangan disebutkan, akan tetap terjadi, siapa pun presidennya.

Soal menu disampaikan oleh Mantan Menko Bidang Kemaritiman, Rizal Ramli. Menurutnya, kedua capres harusnya berbeda dalam pemikiran, analisa dan strategi di bidang ekonomi, hukum dan sosial. Menurutnya, jika menu yang ditawarkan kedua capres sama, tak ada artinya lagi pilpres.

“Kedua capres harus berbeda dalam pikiran, dalam analisa dan strategi. Kalau nggak, pilpres ini tidak ada artinya,” kata Rizal Ramli di kediamannya di Jalan Bangka, Jakarta, Sabtu (16/2/2019).

Untuk itu, ekonom senior ini mendorong kedua pasangan calon presiden tidak hanya menawarkan kepada Rakyat Indonesia menu tempe dan tahu yang seluruh bahannya harus impor.

Kedua paslon, kata Rizal seharusnya bisa menawarkan menu lain. Seperti ayam, daging, ikan dan bahkan ‘dessert’. Menurutnya, dengan pilihan terbaik yang disajikan, Bangsa Indonesia dapat menjadi bangsa yang maju dan lebih baik di kemudian hari.

“Sekali-kali rakyat kita makan ‘dessert’ dong. Karena kalau kita ingin jadi bangsa yang lebih hebat, lebih makmur tidak bisa dengan menu-menu yang biasa seperti hari sebelumnya,” katanya.

BACA JUGA | Harga Beras Saja Prabowo Salah, Apalagi Kebijakan Pangan

Kebijakan Impor Pangan

Sedangkan soal kebijakan impor pangan disampaikan oleh Ketua Institut Hijau Indonesia Chalid Muhammad. Menurutnya, Indonesia butuh strategi baru untuk mengatasi persoalan pangan. Indonesia disebut tidak bisa hanya bertumpu pada beras.

“Soal pangan, kalau pakai pendekatan model pangan sekarang, kekuatan pada beras. Saya berani bertaruh siapa pun presidennya pasti akan impor,” katanya.

Hal itu disampaikan Chalid, Sabtu (16/2/2019), dalam Dialog Perspektif Indonesia ‘Jelang Debat Kedua’ di Jakarta. “Ingat. Populasi kita tumbuh, konversi lahan kita meningkat, ada masalah irigasi. Harusnya ada revitalisasi, diversifikasi pangan,” tegas Chalid.

Menurut Chalid, Indonesia mempunyai beragam jenis pangan. “Orang Maluku makan sagu, Orang Jawa makan sagu, ketela. Beragam sekali jenis pangan kita. Tetapi ketika ada politik revlouasi hijau, semua orang tertinggal kalau tidak makan beras. Akibatnya Bulog urusan beras bukan logistik,” tukas Chalid.

Pada kesempatan itu, Chalid juga menyoroti keinginan Paslon 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno fokus pada food, energy, water (FEW) atau pangan, energi dan air.

“Campaign (kampanye) FEW sudah hampir 25 tahun. Semua orang tahu urgensi FEW. Itu baik. Tetapi pertanyaan detil, apa langkah konkret kita berdaulat di bidang pangan, energi dan air. Kita bukan negara baru berdiri, sudah puluhan tahun. Ada kebijakan yang harus dikoreksi,” kata Chalid.

Hadir juga sebagai pembicara, Direktur Eksekutif Institute for Essential Services Reform Fabby Tumiwa. Fabby menyatakan, FEW saling berkaitan satu sama lain. “Yang dilakukan oleh Paslon 01 (Joko Widodo-Maruf Amin) juga menyangkut itu (FEW) kalau lihat visi misi. Cuma yang penting bagiamana itu dilakukan,” kata Fabby.

sumber: beritasatu.com

Related posts

Leave a Comment