Jangan Salahkan Masyarakat yang Lebih Fokus ke Pilpres

sosialisasi pileg

topmetro.news – Publik tak bisa disalahkan jika saat ini hanya fokus pada Pemilu Presiden (Pilpres) 2019 ketimbang pemilu legislatif (pileg). Peran calon anggota legislatif (caleg) dalam sosialisasi pileg justru yang semestinya dioptimalkan.

“Jangan disalahkan masyarakatnya kalau hanya perhatikan pilpres. Caleg DPR, DRPD provinsi, kabupaten/kota yang mestinya ikut aktif sosialisasi,” kata Menteri Dalam Negeri (Mendagri) Tjahjo Kumolo di Semarang, Jawa Tengah, Sabtu (23/2/2019).

Seperti diketahui, pileg dan pilpres akan berlangsung serentak pada 17 April 2019. Hal ini merupakan sejarah pertama demokrasi di Indonesia. Sebab sejak 2004 yaitu ketika Indonesia menerapkan demokrasi langsung, pileg digelar terlebih dahulu dari pilpres.

Menurut Tjahjo, para caleg yang diusung setiap partai politik (parpol) peserta pemilu memiliki tiga tugas. Pertama, sosialisasi partainya. Kedua, kampanyekan program caleg. Ketiga, terkait pasangan calon presiden dan wakil presiden (paslon).

“Tugas caleg itu yakni sosialisasikan partai. Lalu kampanyekan dirinya sendiri. Terakhir ialah paslon yang didukung partainya, baik sendiri atau gabungan. Kalau hanya salah satu tugas yang dijalankan, itu bisa dianggap melanggar etika sebagai kader partai,” ujar Tjahjo.

BACA JUGA | Didukung Rama Shinta Kota Bandung, Jokowi-Ma’ruf Unggul di Jawa Barat

Sosialisasi Pileg

Tjahjo menambahkan, caleg-caleg setiap tingkatan sudah sepatutnya menyampaikan inovasi cerdas kepada pemilih. Tjahjo dapat memahami jika sejumlah caleg beralasan enggan untuk sosialisasi pileg terlalu dini.

“Karena ada caleg berpikiran, masyarakat kita itu daya ingatnya terbatas. Sebulan. Jadi kalau baliho, kaos, iklan-iklan dipasang, dan bagikan jauh hari, masyarakat bisa lupa. Kemungkinan akan masif pertengahan Maret nanti,” imbuh Tjahjo.

Pada bagian lain, menurut Tjahjo, pemilih akan memakan waktu sekitar 10 menit untuk menggunakan hak suaranya. Hal ini sebagaimana simulasi yang pernah dicoba. Sejumlah pemilih memang tentu ada yang mempunyai pilihan caleg serta paslon pilpres.

“Simulasi kami, mereka yang usia 50 tahun ke atas, mulai ke TPS (tempat pemungtan suara), dipanggil, buka lima kertas suara sampai nyoblos, dan celup jari ke tinta, rata-rata di atas 10 menit. Kebanyakan itu, kalau enggak punya gambaran caleg asal coblos. Atau coblos gambar partai. Ada juga yang pilih Pilpres saja,” ujar Tjahjo.

Tjahjo optimistis pileg dan pilpres berlangsung aman. Sebab, ada sinergi antara penyelenggara dan pengawas pemilu dengan aparat keamanan dalam hal ini TNI/Polri. Satuan Polisi Pamong Praja serta Satuan Perlindungan Masyarakat juga akan turut membantu. “Saya yakin aman,” tegas Tjahjo.

Sementara Direktur Eksekutif Sindikasi Pemilu dan Demokrasi (SPD) August Mellaz mengatakan, perhatian publik kini memang tersita pada isu pilpres daripada pileg. Misalnya, isi mengenai elektabilitas paslon, tanpa menghadirkan substansi program.

sumber | beritasatu.com

Related posts

Leave a Comment