Warga Arab Israel Kecam Pernyataan Benjamin Netanyahu

benjamin netanyahu

topmetro.news – Warga Arab Israel mengecam penyataan Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu yang diduga melakukan taktik rasis, untuk mencoba memenangkan pemilihan umum bulan depan. Menghadapi pemilihan umum yang ketat pada 9 April, Netanyahu telah berupaya untuk meraih suara dari pemilih agama dan nasionalis sayap kanan, yang takut akan pengaruh politik warga Arab Israel. Sebab, seluruh warga Arab Israel mendukung perjuangan Palestina.

Pada Minggu (10/03/2019) malam perdana menteri, yang telah bertugas selama 13 tahun itu, memicu kemarahan warga Arab Israel ketika ia menulis di Instagram: “Israel adalah negara bangsa orang-orang Yahudi – dan hanya itu.”

Salah seorang warga Arab Israel Gabriel Abdullah menyatakan, Benjamin Netanyahu telah melukai hati warga Arab Israel atas pernyataannya. ” Dia menggunakan peluru terakhirnya,” kata Abdullah, seperti dikuti dari, theguardian.com, pada Selasa (12/03/2019) . Sementara orang-orang Arab Israel merasakan diskriminasi, katanya, kata-kata Netanyahu menunjukkan bahwa itu telah mengakar “sebagai pola negara”.

Orang Arab Israel adalah orang-orang Palestina, yang tinggal di kota-kota dan desa-desa mereka. Sejak perang seputar penciptaan Israel pada tahun 1948, dan keturunan mereka. Ratusan ribu lainnya melarikan diri atau diusir. ” Dia mengaduk tanah di Israel,” kata Gabriel Abdullah, seorang warga negara Arab Israel yang menjalankan sebuah perusahaan pariwisata di Yerusalem.

Pernyataan Netanyahu Sangat Berbahaya

Dari penyataan perdana menteri Israel, Benjamin Netanyahu. “Itu sangat, sangat berbahaya, tetapi dia akan menggunakan apa saja.”. Hal itu sangat merugikan satu pihak.

Abdullah tidak sendirian di antara anggota minoritas Arab Israel, pada hari Senin (11/03/2019) menilai pernyataan Netanyahu sangat menyakitkan hati, yang mengatakan negara itu “bukan negara semua warganya”. Banyak yang mencirikan komentarnya sebagai taktik rasis, untuk mencoba memenangkan pemilihan umum yang akan datang.

Orang-orang yang bertahan sekitar seperlima, dari hampir sembilan juta penduduk negara itu, dan pendukung Israel telah lama menggembar-gemborkan posisi mereka, sebagai tanda demokrasi yang sehat. “Ini demokratis untuk Israel Yahudi, dan ini adalah rezim apartheid untuk non-Yahudi,” kata Abdullah.

Hassan Jabareen, direktur Adalah, sebuah kelompok hak asasi manusia nirlaba yang mendukung warga Palestina Israel mengatakan, pernyataan Netanyahu adalah “rasisme par excellence.” ” Apa yang diterima begitu saja di negara-negara demokratis di seluruh dunia, adalah sebuah negara berdasarkan prinsip kesetaraan bagi semua warga negara. Di Israel di bawah rezim rasis Netanyahu tidak seperti itu,” katanya. (TM-YOFE)

Related posts

Leave a Comment