Pemilih Tak Tersentuh Jadi Penentu Kemenangan Pilpres

pemilih tak tersentuh

topmetro.news – Hasil survei yang dirilis sejumlah lembaga, termasuk Rumah Demokrasi dan Litbang Kompas beberapa waktu lalu, menunjukkan adanya kelompok pemilih tak tersentuh kedua pasangan calon presiden dan calon wakil presiden yang masih tinggi. Hasil survei Litbang Kompas Maret 2019 menyebutkan, masih ada 13,4% responden yang belum menentukan pilihannya.

Sementara, survei Rumah Demokrasi pada bulan yang sama menyebutkan adanya 14% pemilih yang belum menentukan pilihannya (undecided voters). Dengan selisih elektabilitas yang semakin tipis, suara pemilih tak tersentuh ini bakal menentukan pemenang Pilpres 2019.

“Pemenang Pemilu Pilpres 2019 dipastikan berasal dari migrasi pemilih tak tersentuh itu. Beberapa lembaga survei pun mulai melihat potensi ini,” kata Direktur Rumah Demokrasi Ramdansyah dalam diskusi “Migrasi Suara Pilpres 2019: Hasil Survei vs Realitas” di Jakarta.

BACA JUGA | Beredar Hastag: Coblos Baju Putih

Potensi Pemilih tak Tersentuh

Ramdansyah memaparkan, merujuk pada Pilpres di Amerika Serikat pada 2016, kelompok tak tersentuh yang mencapai angka sekitar 14% menentukan kemenangan Donald Trump atas rivalnya Hillary Clinton. Padahal, survei-survei sebelumnya menempatkan Clinton sebagai pemenang.

“Pengalaman Pilpres Amerika Serikat 2016, politik identitas yang memengaruhi emosi publik menjadi kata kunci keberhasilan Donald Trump. Politik identitas dapat menimbulkan eksodus suara pemilih tak tersentuh. Terlebih, keberadaan netizen militan dari kedua kubu dapat meningkatkan emosi loyalitas dan migrasi suara,” katanya.

Dengan merujuk Pilpres AS itu, Ramdansyah mengatakan kemenangan Pilpres 2019 di Indonesia ditentukan dengan strategi jitu pasangan calon dalam meraup suara kelompok tak tersentuh di sisa masa kampanye yang tinggal sekitar 20 hari sebelum hari pencoblosan. Menurutnya, salah satu cara efektif memperkuat basis pemilih loyal dan mencegah imigrasi suara pemilih adalah dengan menyentuh sisi emosional.

“Jawaban spekulatifnya adalah selama kampanye rapat terbuka yang dimulai 24 Maret ini, terus menerus dibangun aspek emosional konfrontatif dari kelompok tak tersentuh. Hanya ini yang dapat membuat eksodus ekstrim pemilih. Persoalannya kalau di AS Donald Trump menggunakan pendekatan menakut-nakuti dengan isu Islamofobi guna membangkitkan keberadaan politik identitas. Di Indonesia pendekatannya tentu saja dapat berbeda, tetapi kata kuncinya sama,” katanya.

Upaya para Kandidat

Ramdansyah memaparkan, sebagai calon petahana, Joko Widodo (Jokowi) telah berupaya mendekati kelompok tak tersentuh tersebut dengan naik motor gede, naik sepeda ontel atau menampilkan Jokowi sebagai penyuka grup musik heavy metal Metallica. Namun, Ramdansyah mengatakan, Jokowi dan tim suksesnya tidak merawat suara pemilih tak tersentuh ini.

“Kesibukan Jokowi sebagai presiden justru menjebaknya pada formalitas untuk menjangkau mereka yang tersentuh. Petahana lebih sering mendekati kerumunan,” katanya.

Sebaliknya, rival Jokowi, pasangan capres-cawapres nomor urut 02 Prabowo Subianto-Sandiaga Uno terus blusukan ke seluruh pelosok Indonesia. Strategi blusukan yang dilakukan terutama oleh Sandiaga yang mengklaim telah mengunjungi 1.500 titik termasuk ke daerah yang menjadi basis Jokowi bukan untuk mendapatkan kemenangan, melainkan untuk menggerus elektabilitas pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin. Selain itu, Prabowo-Sandi juga terus berupaya mendekati kelompok emak-emak.

“Pendekatan terhadap emak-emak merupakan counter strategy terhadap strategi mendekati kerumunan kelompok tak tersentuhnya pasangan Jokowi-Ma’ruf Amin. Bahkan emak-emak ini semakin hari semakin emosional dan militan,” katanya.

Kelompok emak-emak ini menjadi penting karena dalam survei Rumah Demokrasi, kata Ramdansyah, sebagian responden kurang puas dengan kinerja pemerintah di sektor ekonomi yang dirasakan langsung oleh kelompok emak-emak. Dampak ekonomi yang dirasakan ini berpotensi menggeser pilihan politik publik.

“Migrasi suara pemilih terjadi karena petahana dihukum karena performa ekonomi yang dianggap kurang memuaskan,” katanya.

sumber | beritasatu.com

Related posts

Leave a Comment