Kenapa Turis Asing Suka ke Danau Toba tapi Lama Menginap di Bali?

wisatawan asing

topmetro.news – Ada sebuah fakta yang harus diketahui para pegiat wisata Sumut, bahwa ternyata Kawasan Danau Toba menjadi salah satu tempat yang selalu ingin dikunjungi wisatawan asing. Namun kemudian, para wisatawan itu malah memilih Bali untuk tempat berlama-lama. Kenapa?

Seorang profesor Warga Negara USA bernama Prof Dr Uli Kozok MA mengungkapkan, umumnya wisatawan mancanegara/Eropa senang ke Danau Toba. Menurutnya, wisatawan itu suka berenang, menyelam, berperahu, kayak, dan kegiatan lainnya. Namun mereka tidak betah berlama-lama, karena fasilitas tidak mendukung.

“Fasilitas ini yang kurang. Sehingga wisatawan hanya tinggal sampai tiga hari saja dan selanjutnya mereka ke Bali yang memiliki fasilitas standar internasional,” tandas Prof Uli Kozok.

Untuk itu, kata profesor yang mendiami Hawaii USA ini, pemda setempat harus menyiapkan fasilitas sesuai standar internasional. Selain itu, prasarana pendukung wisata Danau Toba juga perlu dapat perhatian. Seperti kapal pesiar lengkap dengan jadwal perjalanannya. Misalnya setiap dua jam ada perjalanan kapal pesiar dari Bakkara ke Samosir.

“Ini memang memerlukan biaya besar. Tetapi kalau ini sudah berjalan maka wisatawan akan ramai ke Danau Toba dan biaya pengadaan kapal pesiar itu akan terpenuhi secepatnya,” tambah Prof Uli Kozok yang mertuanya Orang Medan ini.

Nilai Jual Budaya

Selain itu, Uli Kozok menilai, kekayaan budaya Kawasan Danau Toba mempunyai nilai jual yang tinggi bila profesional mengelolanya. Alumni pendidikan doktor University of Hamburg Jerman ini mengatakan, Kebudayaan Batak sangat kaya, menarik, dan beraneka ragam. Dalam Kawasan Danau Toba, ada Karo, Simalungun, Toba, Dairi dll, dan ini sangat berpotensi menarik wisatawan.

Untuk itu, katanya, pemerintah daerah pada Kawasan Danau Toba perlu bekerja sama dan bersinergi membangun dan mengembangkan fasilitas/infrastruktur dan Budaya Batak secara berkesinambungan. Sehingga mampu mendorong peningkatan wisata dalam negeri maupun mancanegara ke Sumut khususnya Danau Toba.

“Saya melihat kedua faktor ini yang perlu segera dilakukan. Agar pembangunan Kawasan Danau Toba berbasis budaya daerah dapat terwujud,” kata profesor peneliti naskah dan Sastra Batak ini.

Akan tetapi pemda setempat harus memberikan perhatian pada potensi budaya itu. Serta juga merekrut ahli-ahli budaya terutama lulusan perguruan tinggi yang berlatar belakang budaya. Sehingga betul-betul memahami Kebudayaan Batak.

“Terutama untuk pernaskahan, maka Orang Batak seharusnya tahu mana pohon yang bisa digunakan untuk ‘laklak’ itu. Ini menjadi daya tarik yang luar biasa bagi wisatawan. Tetapi pemda harus betul-betul merawat ini, memberikan perhatian dan merekrut orang-orang akademisi budaya dari universitas untuk merawat itu,” tambah Prof Uli Kozok.

Sehingga terkait penyampaiannya tersebut, Prof Uli Kozok yang pernah mendiami Kawasan Danau Toba selama tujuh tahun itu pun sangat mengapresiasi langkah ‘IASDABA’ untuk mengadakan seminar. Dengan harapan, seminar nantinya bisa menginventarisir semua kelebihan dan kekurangan Kawasan Danau Toba. Untuk kemudian membuat sebuah konsep sebagai pedoman pemda setempat.

Seputar Seminar

IASDABA akan menggelar sebuah seminar internasional untuk membahas Danau Toba. Seminar bertema ‘Pembangunan Kawasan Danau Toba Berbasis Budaya Daerah’ itu akan berlangsung pada 11 September mendatang. IASDABA sendiri adalah sebuah organisasi yang concern dengan keberadaan Danau Toba.

Beberapa pembicara akan mengisi seminar yang akan berlangsung secara virtual tersebut. Antara lain, Prof Dr Uli Kozok MA dari USA dan Dr Guiseppina Monaco dari Italia. Sementara dari dalam negeri ada Prof Dr Robert Sibarani MS (Direktur Sekolah Pascasarjana USU) sebagai pembicara. Moderator seminar adalah seorang pengusaha sukses yang juga selalu memberi perhatian terhadap Danau Toba, yakni Drs Tigor Tampubolon.

Selain menghadirkan pembicara hebat, acara juga akan diisi secara khusus oleh Direktur Utama BPODT Arie Prasetyo, GM BPGKT Dr Ir Wan Hidayati MSi, unsur pemerintah dari tujuh kabupaten di Kawasan Danau Toba, peneliti dan pemerhati Danau Toba serta tokoh komunitas lokal dan tokoh agama.

Kepada media, Prof Dr Robert Sibarani MS yang juga ketua panitia seminar mengutarakan, bahwa keanekaragaman budaya daerah Kawasan Danau Toba merupakan kekuatan kultural sebagai daya tarik untuk wisatawan. Apalagi dengan penetapan Kaldera Toba sebagai anggota Unesco Global Geopark (UGG), maka katanya, saatnya semua pihak memberi perhatian pada keanekaragaman budaya sebagai daya tarik wisata Kaldera Toba.

“Dengan demikian, pemerintah daerah dan pengelola Kaldera Toba atau pengelola Danau Toba sangat perlu melibatkan kajian-kajian akademis ahli budaya dan merekrut lulusan-lulusan perguruan tinggi yang berlatar kebudayaan untuk membenahi Kawasan Danau Toba,” sebutnya.

Harapan untuk Danau Toba

Menurutnya, ada harapan pada masa mendatang, bahwa pengembangan Kawasan Danau Toba akan semakin nyata dan dapat meningkatkan kesejahteraan masyarakat lokal apabila mendapat pengelolaan dengan baik. Pengelolaan potensi budaya seputar Kawasan Danau Toba dapat melibatkan para akademisi berlatar belakang budaya dan merekrut para alumni yang berlatar belakang budaya dari Fakultas Ilmu Budaya USU.

Sedangkan mengenai rencana ‘IASDABA’ membuat seminar, katanya, adalah berdasarkan keinginan berbuat baik untuk Kawasan Danau Toba. Prof Robert pun berharap, agar keinginan itu dapat tersiar dan tersampaikan dengan baik kepada masyarakat.

“Ini adalah seminar yang digagas oleh IASDABA dengan harapan, sesuai dengan namanya, akan tercipta Danau Toba yang ‘ias’ (bersih). Kemudian, bagaimana agar pengelolaan Kaldera Danau Toba berbasis budaya. Yang artinya berbasis budaya tujuh daerah yang ada di Kawasan Danau Toba, antara lain, Samosir, Simalungun, Humbahas, Toba, Taput, Karo, dan Dairi,” paparnya.

Harus disyukuri, kata Prof Robert, bahwa di dunia ini, danau terindah adalah Danau Toba. “Diciptakan oleh Tuhan melalui letusan Gunung Toba. Jadi keindahan itu bisa menjadi atraksi selain penampilan budaya. Juga soal tumbuhan yang sebenarnya unik, seperti andaliman. Demikian juga dengan hayati yang unik seperti ihan, pora-pora, yang tidak ada pada daerah lain,”sebutnya.

“Tapi yang jadi pokok seminar adalah daya pikat keberagaman budaya. Dan budaya ada yang muncul dari beradaban dan ada yang dari dalam pribadi kita masing-masing. Dan semua sebaiknya terkemas dengan maksimal. Munculkan kebaikan-kebaikan. Artinya, mari kita pelihara karakter kebaikan dengan kekuatan media. Kalau bukan kita lagi mengapresiasi Danau Toba, lalu siapa lagi?” katanya.

Profesor berharap, seminar itu akan menghasilkan sesuatu yang sangat bermanfaat bagi Kawasan Danau Toba yang hebat. “Materinya hebat, pembicara hebat, dan yang dibicarakan juga hebat. Ini akan menjadi sesuatu kombinasi yang benar-benar hebat,” katanya.

Pedoman untuk Pemda

Sementara Sekretaris Panitia Seminar Tigor Tampubolon, berharap, hasil dari seminar ini bisa menjadi pedoman bagi pemerintah dalam memajukan kawasan masing-masing. Termasuk tentunya Kawasan Danau Toba.

Tidak lupa Tigor mengingatkan, bahwa sebenarnya Orang Batak adalah penjamu tamu yang baik. Dan tentunya ini akan sangat sinkron apabila dikaitkan dengan Kawasan Danau Toba yang butuh kunjungan pendatang (tamu).

“Ada istilah dalam Orang Batak yaitu ‘maramak na so balunon’. Ini bermakna, bahwa Orang Batak selalu terbuka untuk tamu. Suka menjamu tamu dan selalu bersikap hangat kepada tamu. Kalau ini benar-benar dijalankan, maka pendatang atau turis tentunya akan menjadi betah dan rindu untuk datang kembali,” urainya.

reporter | Jeremi Taran

Related posts

3 Thoughts to “Kenapa Turis Asing Suka ke Danau Toba tapi Lama Menginap di Bali?”

  1. Sitta Tambunan

    karena di Samosir dan Toba kan blum ada rumah sakit lengkap? apalg Samosir butuh plg sikit 2 lg rumah sakit lengkap 1 di Onan Runggu, 1 di Tomok , gimana sih BODT ini ? Apa sih kerjanya, dsnau Toba sudah taman alam yg ibdah taknperlu dipermak2 , masa danau Toba sebagai tujuan wisata dunia blum lengkap fasilitas umumnya? siapa yg mau? fasilitas umum spt tanda2 jalan lebgkap sampai ke pedesaan, rumah sakit lengkap di kecamatan, universitas negeri yg mendukung wisata spt fak. agribisnis, , pemakingan dan pemasaran, fak .teknik mesin agribisnis, fak .seni tradisional, panggung dan pemasaran, jalan yg bagus sampai ke desa2 , balai seni tradisional tempat anak2 berlatih, terima kasih

  2. Sitta Tambunan

    Bagaimana pertanian mendukung wisata? Di Partungkoan dan Ronggur Ni Huta ada banyak vekas sungai yg dalam klo dibebdung itu kan bisa jd bendungan besar untuk pengairan ke perumahan, pertanian dan perikanan? terima kasih

  3. Sitta Tambunan

    Bagaimana tamu mau ke danau Toba klo fasilitas umum blum lengkap? seperti jalan yg bagus sampe ke desa2 lengkap dgn tanda2 jalannya. Seharusnya Toba dan Samosir dan sebagai tujuan wisata dunia punya 3 Rumah Sakit lengkap 1 di Tomok,1 di Ronggur Ni Huta , 1 di Simanindo, ntah apapun ditambah BODT ini , danau Toba sudah punya taman alam yg indah ngapain dipermak2 macam kota yg tak punya taman alam? Pendidikanpun mendukung wisata siapa tau tamupun ingin tinggal sambil kuliah di Samosir kan? Harus ada universitas negeri dgn fakultas Agribisnis , pengepakan dan pemasaran, fakultas teknik mesin agribisnis, fakultas seni tradisional: ukir, tenun, gondang/tortor, panggung , produksi dan pemasaran . Balai2 senivtradisional di desa tempat anak2 berrlatih, utulah yg mendukung wisata, terima kasih.

Leave a Comment