5 Mahasiswa Asal Sumut Ditabrak Mobil Polisi di Palangkaraya, 2 Tewas

ditabrak mobil polisi

Topmetro.News – Ditabrak mobil polisi, dua mahasiswa bernama Ritson Pangaribuan dan Syahril Malau menjadi korban kecelakaan maut. Keduanya tewas setelah ditabrak mobil polisi jenis Chevrolet double gardan yang oleng, tepat di sisi jalan arah Bundaran Besar, Palangka Raya, Minggu (21/4/2019). Tak jauh dari SDN 1 Menteng, Jalan Yos Sudarso.

Ditabrak mobil polisi, 3 Rekan Korban Selamat

Namun 3 rekannya masih bernasib beruntung. Apriani Ningsih Simarmata, Yogi Sidabutar dan Lamtio Simatupang dilaporkan selamat dari kecelakaan maut itu.

Seperti disiarkan jaringan pemberitaan JPNN, Yogi Sidabutar pun mencoba mengisahkan detik-detik kecelakaan maut yang menewaskan dua orang sahabatnya itu. Pemuda 22 tahun itu masih tampak syok ketika ditanya soal peristiwa yang tak pernah mereka sangka sebelumnya.

Saat itu dia bersama pacarnya, Lamtio Simatupang sedang menikmati kesunyian menjelang pergantian hari. Saat itu mereka berboncengan.

Ketika melintas, tiga rekannya yang duduk santai di atas sepedamotor di bahu jalan menyapa. Meminta dirinya mampir. Keduanya memutuskan untuk bergabung. Namun keduanya terlebih dulu mampir ke Toko Waralaba. Sekitar 20 meter dari lokasi nongkrong teman-temannya.

”Pas lewat, pacar saya bilang ‘kau dipanggil tuh’. Tapi kami berbelok ke Indomaret dulu untuk berbelanja,” kisahnya ketika ditemui wartawan di rumah sakit.

Saat itu mereka bergabung dengan teman-temannya. Sesaat kemudian, mereka melihat mobil oleng. Matanya silau akibat sorotan lampu mobil yang tepat mengarah ke tempat nongkrong mereka. Cepat sekali. Tak sempat lagi bibir berucap untuk meminta teman-temannya menghindar. Dia langsung melompat.

“Mobil oleng ke kiri dan kemudian menabrak kami,” kata pemuda Batak itu terbata-bata.

Tak Sempat Selamatkan Pacar

Dia sedikit menyesal karena tangannya tak sempat meraih tubuh pacarnya ketika melompat dari atas sepeda motor.

“Tertinggal di atas sepedamotor,” ungkapnya.

Diduga mobil melaju dengan kecepatan tinggi. Namun, ketika Kalteng Pos (Jawa Pos Group) mencoba mengamati lokasi kejadian, tak tampak bekas rem yang membekas di aspal jalan.

Setelah benturan hebat itu, lanjut Yogi, dia melihat pacar dan teman-teman tergeletak.

Sepedamotor itu ringsek. Seorang pria berbadan tegap dengan baju seragam berwarna cokelat keluar dari mobil. Tiba-tiba saja warga berkerumun.

Yogi berteriak sejadi-jadinya. Memeluk tubuh pacarnya yang berlumuran darah. Tak berdaya. Kakinya lemas tatkala melihat teman-temannya tergeletak tak bergerak di atas trotoar.

Menderita Gegar Otak

Sampai Senin malam, Lamtio masih kritis. Alat bantu pernafasan masih terpasang. Indikasi awal yang disampaikan rekan-rekannya, Lamtio menderita gegar otak.

“Kata dokter, dia (Lamtio, red) gegar otak kak,” ucap mereka.

Belakangan diketahui, mobil berwarna gelap yang terlibat insiden itu diketahui dikemudikan AKP MA. Bertugas di Polres Palangka Raya. Malam itu dia menuju Pos Bundaran Besar, usai memantau pleno rekapitulasi surat suara di Kantor Kecamatan Jekan Raya.

Diduga Kelelahan yang Berujung Kelengahan

Perwira Pertama yang bertugas merencanakan dan mengendalikan administrasi operasi kepolisian itu, diduga mengalami kelelahan dalam bertugas mengawal rangkaian kegiatan pemilu. Kelelahan itu berujung kelengahan. Tidak memperhatikan kondisi fisik dan mata. Akhirnya celaka.

“Diduga pengemudi mengalami microsleep (episode pendek tidur yang berlangsung 1-30 detik yang terjadi selama mengantuk). Faktor kelelahan dalam mengawal dan mengamankan jalannya pemilu,” jelas AKBP Timbul RK Siregar, Kapolres Palangka Raya kepada wartawan di RSUD dr Doris Sylvanus.

Unitlaka Satlantas Polres Palangka Raya pun sudah memeriksa sejumlah saksi mata.

Ada 4 orang saksi. Bahkan, olah tempat kejadian perkara sudah dilakukan.

“Sedangkan jenazah korban meninggal (dunia) sudah diterbangkan langsung ke pihak keluarga di Sumatera Utara,” ungkapnya.

Minta Kasusnya Diproses Tuntas

Keluarga korban Afriani Ningsih Simarmata yang menemaninya di RS Siloam, meminta polisi mengusut tuntas kasus ini.

Hingga kini Afriani masih dirawat intensif di RS Siloam, sembari menunggu kedatangan orang tuanya dair Kota Medan.

“Kami minta sesuai prosedur saja. Kalau mau lebih jelas, nanti sama orang tuanya. Kebetulan sudah berangkat ke sini dari Medan,” ucap salah satu keluarga korban yang tak mau namanya disebutkan.

Di tempat terpisah, teman sekamar Afriani di Mes Putri 2 di Jalan Keminting 2 mengatakan, saat malam kejadian itu, Afriani ingin keluar mencari makan.

Dikatakannya, Afriani adalah sosok yang tidak pernah nongkrong, apalagi keluar saat tengah malam.

“Cuma keluar cari makan saja katanya malam itu. Biasanya nggak pernah segala nongkrong itu. Apalagi sudah tengah malam.”

Reporter | jeremitaran

Related posts

Leave a Comment