Pemerhati Bonapasogit Berharap Kepala Daerah Mampu Ikuti Irama Jokowi

Kepala daerah

topmetro.news – Sejumlah pemerhati bonapasogit lintas kabupaten menilai, bahwa para kepala daerah mestinya mampu mengimbangi ‘irama’ dan kecepatan pembangunan yang saat ini sedang dijalankan oleh Pemerintahan Jokowi.

Menurut mereka, laju pembangunan oleh pusat, khususnya di bonapasogit, sudah berjalan dengan cepat. Sehingga agak aneh, kalau kemudian para kepala daerah di bonapasogit masih terkesan ada yang tertatih-tatih.

“Kita saksikan sendiri, bagaimana upaya pembangunan oleh pusat di bonapasogit. Lalu ketika Jokowi sudah berlari, maka mau tidak mau, para kepala daerah juga harus ikut berlari,” kata salah seorang yang ikut diskusi, yaitu Chairman North Sumatera Tourism Board Raya Timbul Manurung (Ratiman).

“Persoalan sekarang, mampukah para kepala daerah di bonapasogit ‘mengejar’ kinerja Pak Jokowi?” sambungnya.

Selain Raya Timbul Manurung, beberapa lainnya yang ikut membahas pembangunan bonapasogit itu adalah: Burhanuddin Rajagukguk (salah satu tokoh legendaris Protap, Ketua Asosiasi Kontruksi di Sumut dan pengurus LPJK Sumut). Daulat Situmorang (arsitek alumni ITB Angkatan 1971. Saat ini membangun Patung Jesus Kristus setinggi 50 meter di Harian Boho dan juga. salah satu pengurus Gajah Toba).

Lalu ada Robin Sihotang (jurnalis), Ketua Kadinda Samosir Frans Simbolon (juga Ketua Organda Deli Serdang). Parlin Manihuruk (mantan Sekjen Agresu, pemerhati dan penggerak ekonomi kerakyatan). Parningotan Simbolon SH MKn (notaris dan pakar hukum serta tokoh Budaya Batak dari PSBI) dan Sahat Simatupang.

Menurut mereka, secara objektif, bahwa para kepala daerah di bonapasogit belum seluruhnya bisa mengimbangi kinerja Presiden. “Belum semua. Kami lihat, masih ada yang tertatih-tatih, tentunya sesuai dengan level masing-masing,” kata Burhanuddin Rajagukguk.

Butuh Pemimpin Baru?

Termasuklah di beberapa daerah yang kebetulan akan menghadapi pilkada, seperti Kabupaten Samosir Humbahas, dan Tobasa, menurut pengamatan mereka, masih perlu peningkatan akselerasi. Bahkan sebenarnya, terkesan membutuhkan suksesi kepemimpinan.

Sehingga tentu saja, lanjut mereka, para kepala daerah dimaksud harus memacu diri menjelang pilkada, agar dapat penilaian positif. Lalu kemungkinan terpilih kembali. “Atau kalau tidak mampu, mereka tentu akan diganti oleh rakyat yang ingin percepatan pembangunan. Diganti oleh figur pemimpin yang dianggap lebih mampu belari. Persoalannya lagi, apakah mereka mampu, atau sudah kehabisan ide dan tenaga?” kata Parningotan Simbolon.

Sementara Daulat Situmorang melihat, bahwa sektor pariwisata yang mestinya bisa jadi primadona, terkesan belum dimaksimalkan. “Tentu saja tidak bisa hanya berharap pusat. Pemda punya peranan lebih penting. Termasuk misalnya, untuk menata mental masyarakat setempat, agar lebih terbuka kepada turis,” katanya.

Hasil pengamatan mereka selama ini, bahwa kepala daerah sekarang, termasuk di bonapasogit, belum ada yang mampu menyaingi kualitas kerja Risma (Walikota Surabaya), Ridwan Kamil (waktu Walikota Bandung), Walikota Jember, Bupati Banyuwangi, dan lainnya.

“Belum adalah. Masih lumayan jauh,” kata Frans Simbolon.

Oleh karena itu, mereka berharap agar masyarakat di bonapasogit bisa lebih kritis menilai proses pembangunan yang sedang dilaksanakan. “Jangan lagi ada istilah kawan, dongan sapunguan, karena unsur marga, untuk menentukan pimpinan. Itu sudah usang. Sekarang adalah era kinerja,” kata Parlin Manihuruk.

Sehingga dengan adanya sikap kritis, timpal Parningotan Simbolon, maka mudah-mudahan akan ada instropeksi diri oleh para kepala daerah. “Kemudian sikap kritis ini pula akan mengantar masyarakat di daerah yang akan pilkada, untuk membuat keputusan. Apakah memberi kesempatan lagi, atau mengganti dengan yang baru,” sebutnya.

Diskusi Panel Bangso Batak

Ide membahas bonapasogit itu muncul, setelah sebelumnya mereka mengikuti Diskusi Panel Bangso Batak. Diskusi itu sendiri berthema: Peluang bisnis industri otomotif/pengangkutan, penjualan BBM dan peningkatan pemasarannya juga management transportasi darat dalam menyikapi pembangunan jalan dan jalan tol.

Acara diskusi panel itu digelar di Grand Aston Hotel City Hall Medan, Kamis (27/6/2019), dengan Raya Timbul Manurung sebagai moderator. Raya Manurung sendiri adalah alumni Teknik Geologi UGM Angkatan 1980. Satu angkatan dengan Jokowi yang kuliah di Fakultas Kehutanan UGM Angkatan 1980.

Diskusi panel dibuka Walikota Medan diwakili Asisten Ekbang. Dengan narasumber dari Pertamina, Jasa Marga, Balai Kereta Api, Dishub Provsu dan Kota Medan. Dihadiri pelaku bisnis pariwisata, transportasi, jasa kontruksi, pakar hukum, pengusaha UMKM, pengamat sosial dari Fisipol USU, dan tokoh budaya.

reporter | Jeremi Taran

Related posts

Leave a Comment